FADE IN:
7. INT.RUMAH SAKIT / RUANG TUNGGU - SORE
Hari itu adalah jadwal Sabdo untuk mengantar ibunya berobat ke rumah sakit. Sabdo melihat Cika bersama papanya yang duduk tak jauh darinya. Sabdo memperhatikan gerak-gerik Cika, ternyata Cika juga menunggu panggilan masuk ke ruang dokter. Cika sedang mengotak-atik ponsel, Sabdo datang menghampiri.
SABDO
Hai Cik...
Cika langsung menatap ke arah Sabdo.
SABDO (CONT’)
Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu.
Sebentar saja.
Cika
O... oke.
Cika pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mengikuti Sabdo ke arah pojok yang tak terlihat oleh Ibu Sabdo maupun Papa Cika. Mereka berdiri saling berhadapan.
SABDO
(Bicara baik-baik)
Cik, kamu ingat kan pernah menabrak saya
waktu di pasar? isi belanjaan saya tumpah dan berserakan ke mana-mana.
CIKA
Iya, gue ingat. Sekali lagi, gue minta maaf.
SABDO
Sebenarnya, saya enggak mau bilang. Tapi karena masih baru kerja di warteg Pak Eman, jadi kamu harus ganti rugi isi belanjaannya.
Karena kejadian itu, saya harus membeli lagi semua bahan-bahan yang rusak. Padahal, uangnya simpanan saya untuk ...
Belum sempat Sabdo menyelesaikan kata-katanya, Cika langsung berkata dengan kasar.
CIKA
Ganti rugi? Kemarin kan gue sudah bilang kalau enggak sengaja.
Do, ini rumah sakit. Gue sedang antar Papa berobat. Kenapa baru sekarang minta ganti rugi?
SABDO
(meninggikan suara)
Enggak! Pokoknya, sekarang juga kamu harus ganti rugi...
CIKA
(marah)
Gue enggak mau ganti rugi!
Dan enggak akan kasih satu rupiah pun ke elu!
Orang-orang mulai melihat keributan Sabdo dan Cika.
SABDO
(memelankan suara)
Papa kamu sakit, ibu saya juga sakit Cik...
Itu uang simpanan saya untuk beli obat ibu.
CIKA
Enggak ya enggak!!!
Cika balik kanan hendak meninggalkan Sabdo, Namun Sabdo menahan tangannya.
SABDO
Tolonglah Cik...
CIKA
Lepaskan tangan gue! atau gue teriak dan lu bakal berurusan dengan pihak keamanan di rumah sakit ini...
Sabdo melepaskan tangan Cika dan Cika langsung kembali duduk di sebelah sang papa. Sabdo menatap Cika dan berdiam pasrah.
Papa Cika, HERI (51 tahun, pemilik Restoran Dinasti Oriental, tegas, humanis, humoris) melihat wajah kusut sang anak, datang setelah diajak bicara pria tampan. Dia langsung mencecar Cika dengan kata-kata yang jahil.
PAPA CIKA
Habis bicara sama siapa? kok enggak dikenal kan ke papa sih?
CIKA
Bukan siapa-siapa pah, orang gila!
PAPA CIKA
Ih, kok marah? Orang gilanya tampan ya...
Seperti pangeran yang turun dari kuda menjemput putrinya, HIHIHI...
CIKA
(melotot)
Papa... setop ledek Cika!
CUT TO:
8. INT.APOTEK – MALAM
Sabdo ke apotek langganan nya untuk menebus resep obat untuk ibunya. BILLY (25 tahun, pemilik apotek, apoteker, pintar, suka bicara, teman satu SD Sabdo) sedang standby di meja kasir.
SABDO
Hai Bill, aku mau obat buat ibu.
Ini resep nya (Sabdo menyodorkan kertas ke Billy).
BILLY
Oke Do, tunggu sebentar ya. Gue racik.
SABDO
(berbisik)
Eh Bil, bisa beli separuh? Uangnya kurang, kalau obat nya habis, saya ke sini lagi.
BILLY
Bisa Do, kalau buat kamu mah selalu bisa!
kalau separuh, berarti cuma untuk lima hari ya Do...
SABDO
Iya Bill, enggak apa-apa untuk 5 hari.
BILLY
(tersenyum)
Kamu itu seperti bicara dengan orang baru kenal saja Do, HEHE...
Tak lama kemudian, Billy memberikan obat nya kepada Sabdo.
CUT TO:
9. INT.WARTEG PAK EMAN - SIANG
Cika mengutus salah satu karyawannya, Lulu (20 tahun, tukang cuci piring/bersih-bersih, pendiam, rajin)untuk mencurangi WARTEG Pak Eman.
Lulu datang ke WARTEG Pak Eman untuk menjalankan misinya.
Ia mengantre karena banyaknya pembeli.
Tampak Sabdo dan Ratih sedang sibuk melayani para pembeli dan Pak Eman duduk di meja kasir.
Saatnya tiba giliran Lulu.
LULU Nasi campur satu ya kak...
RATIH
Makan di sini atau bungkus?
LULU
Makan di sini saja.
Langsung taruh di meja pojok itu ya! (menunjuk meja) dan minumnya es teh manis.
RATIH
Oke, ditunggu. Nanti diantar.
Setelah memesan, Lulu langsung berlari keluar WARTEG dan memastikan tidak ada orang yang melihatnya. Lulu mematikan daya listrik. Tiba-tiba ruangan menjadi lebih gelap, lalu kipas angin, radio dan televisi mati.
Para pembeli menjadi gaduh karena padam listrik. Pelan-pelan Lulu masuk kembali dengan membawa segenggam pasir, menaburkan di piring nasi campur pesanan nya yang sudah ter saji di meja dan seekor kecoak mati. Setelah itu, Cika duduk dan mengaduk isi piring.
LULU (teriak)
AAAAAA... kecoak... ini, ada kecoak mati... eh eh eh... coba lihat! ini ada kecoak... IH! Ternyata jorok...
Pandangan Semua orang tertuju pada Lulu. Sabdo datang menghampiri.
SABDO
Ada apa kak? kok ribut-ribut...
LULU (berteriak)
Lihat! Lu lihat! ini kecoak kan? enggak pakai tambahan kecoak... ini ada pasir-pasir juga!
Gue manusia... Bukan Jin!
Lulu langsung beranjak dari WARTEG Pak Eman, sedangkan Sabdo berdiri diam menatap piring Lulu dengan wajah tidak percaya.
SABDO (V.O)
Enggak mungkin!
Sabdo lari mengejar Lulu, tapi kalah cepat. Lulu sudah keluar dari WARTEG.
SABDO (CON'T)
Kak kak kak... tunggu kak! Kakak....
Beberapa pembeli melihat isi piring Lulu, merasa jijik dan memutuskan untuk keluar juga dari warteg Pak Eman. Ada juga yang memutuskan untuk batal makan siang.
Pak Eman, Ratih dan Sabdo menatap satu-persatu pembelinya keluar dari WARTEG dengan wajah bingung.
Diam-diam, Lulu menyalakan daya listriknya kembali.
CUT TO:
10.EXT.PELATARAN/TAMAN RESTORAN DINASTI ORIENTAL – SIANG
Papa Cika kedatangan tamu, ajudan konglomerat keturunan dinasti Yuan bernama FELIX (35 tahun, tegas, disiplin).
FELIX
Maksud kedatangan kami, meminta restoran Dinasti Oriental dapat menyajikan menu bebek peking. Karena hanya di sini yang dapat membuat Bebek Peking dengan rasa otentik, khas pada masa kerajaan Dinasti Yuan.
PAPA CIKA/HERI
Bebek Peking? Wah... ini tiba-tiba sekali. Berarti, yang akan memakannya merupakan orang keturunan Dinasti Yuan?
FELIX
Benar Pak Heri. Beliau adalah Pak Zeng Shan. Beberapa tahun yang dulu, Pak Zeng pernah memakan Bebek Peking buatan restoran ini.
Kali ini, beliau akan ditemani istrinya dan mau langsung menikmati nya di sini.
PAPA CIKA
Ya. bebek peking memang menjadi sajian terbaik kami, bahkan yang terbaik pula di negeri ini.
FELIX
Tapi beberapa waktu lalu saya ke sini sudah tidak ada menu tersebut.
PAPA CIKA
Ya, karena menu Bebek Peking sudah kami hapus beberapa tahun yang lalu.
karena Ayah saya sudah meninggal dan tidak ada lagi yang dapat mengolahnya.
Dan sekarang, saya jadi penerus bisnis tanpa menu Bebek Peking. Masih ada Chinese food lainnya yang masih digemari oleh masyarakat.
FELIX
Meninggal...(menghela nafas).
Baik,tapi apa bapak yakin sudah tidak ada yang bisa memasak menu tersebut? Misalnya saja, mungkin ada yang mewarisi resep nya?
Kami akan membayar berapa pun jika restoran ini bisa menyajikan Bebek Peking.
PAPA CIKA
(Diam sejenak, sambil berpikir, ketuk-ketuk jari ke meja). Hem... siapa ya?
O iya, saya ingat! Ada Hansen...
FELIX
Maaf pak, jika boleh tahu Hansen siapa?
PAPA CIKA
Hansen adalah murid Ayah dan hasil masakan dia, sama persis seperti buatan Ayah. Saya akan menghubungi dia.
FELIX
syukur lah kalau begitu.
Berarti restoran ini bersedia, untuk menyajikan Bebek Peking?
PAPA CIKA / HERI
(dengan penuh keyakinan)
Ya, kami bersedia.
FELIX
Baik Pak Heri, Terima kasih sudah bersedia.
Kita akan berjumpa tiga bulan lagi, jika ada sesuatu berkaitan hal ini bisa langsung menghubungi saya.
PAPA CIKA
Baik Pak Felix, terima kasih kembali. Salam untuk Pak Zeng Shan beserta istri.
Mereka pun berdiri saling berjabat tangan.
CUT TO:
11.INT – RUANG KERJA CIKA - SIANG
Lulu datang ke ruang kerja Cika untuk memberitahu bahwa dia sudah melakukan pekerjaannya di WARTEG Pak Eman.
(SUARA KETUKAN PINTU)
CIKA
Ya, masuk...
Lulu masuk ke ruangan Cika
CIKA
Sudah beres Lu? Lancar?
LULU
Sudah Mbak, lancar jaya...
CIKA
HAHA... thank you... eh, ini bonusnya! (Cika menyodorkan amplop putih).
Ponsel Cika berdering
LULU (senyum)
Terima kasih Mbak Cika...
CIKA
(mengambil ponsel). Sebenarnya gue mau dengar ceritanya, tapi kapan-kapan ya. Ini ada telepon dari papa gue. Gue angkat ya!
Lulu mengangguk, lalu keluar dari ruangan.
Cika mengangkat telepon.
CIKA
Halo Pah...
PAPA CIKA
Cik, masih ingat sama Om Hansen? Kawannya Opa waktu di kitchen dulu...
CIKA
Iya pah, ingat. Ada apa?
PAPA CIKA
Kamu ke resto Om Hansen ya, Pandu Rasa. Sekarang! Soalnya nomor dia sudah enggak aktif. Cari dan minta kontak dia. Penting! Alamatnya papa kirim via chat. Thank you Cik... (KLIK,OFF)
CIKA
Tap...tapi pah... pah... halo...
HMMMPPPFFFTTT... kenapa enggak besok saja sih, sudah jam 2 siang. Perjalanan Ke Pandu Rasa dua jam, semoga enggak macet.
CUT TO: