Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Growth: Story of the Inner Child
Suka
Favorit
Bagikan
10. [Anti-Klimaks] Bagian 9 - Melepas Luka Batin

32) EXT. DEPAN RUMAH KOS ADISA-JALANAN (DI DALAM MOBIL) - JAM 3 SORE

Adisa keluar gerbang rumah kos ketika Avia datang menjemputnya dengan mobil HRV hitam. Setelah Adisa masuk ke samping kemudi, Avia menginjak pedal gas.

ADISA

Mobil siapa nih?

AVIA

Temen

Adisa menatap jam tangan laki-laki di dasbor mobil, lalu menatap Avia curiga

ADISA

Reza?

Avia agak salting mendengarnya. Adisa tertawa kecil sambil senyum setengah

AVIA

Apaan sih, sotoy ah

33) EXT. HALAMAN PARKIR BIRO PSIKOLOGI CITRA - SORE

Mereka sampai di Biro Psikologi untuk Adisa berkonsultasi. 

AVIA

Aku ikut gak nih?

ADISA

(menjawab cepat) Ga usah

Adisa lalu membuka pintu mobil

AVIA

Yakin? (menggoda Adisa)

Adisa langsung diam (membelakangi pintu mobil sebelum menutup). Ia menghela napas.

34) INT-EXT. DALAM GEDUNG-RUANG KONSULTASI BIRO PSIKOLOGI CITRA-LUAR GEDUNG - SORE

Adisa dan Avia memasuki ruang konsultasi bersama. Ibu Psikolog yang bernama Bu Ina (45) mempersilahkan mereka masuk

BU INA

Sore (menyapa dengan ramah)

AVIA & ADISA

Sore

BU INA

(menunjuk kursi di hadapannya) Silahkan duduk, kakaknya boleh ikut duduk di sebelahnya

Avia memilih duduk di sofa kecil di sudut ruang, di belakang Adisa

AVIA

Oh, gak papa. Saya di sini aja (tersenyum sopan)

Adisa memposisikan duduknya

BU INA

Mbak Adisa yaa. Usianya 21 tahun, mbaknya asli orang sini?

ADISA

Nggak Bu, saya aslinya Pontianak. Kuliah di sini

BU INA

(mengangguk-ngangguk) Wah, lumayan ya. Oke, mbak Adisa. Disini kita santai aja. Kamu punya waktu 2 jam dimulai dari pertama kali kamu ngomong. Kamu bebas ngomong apa aja, mulai dari mana aja, terserah kamu. Saya akan mendengarkan (berbicara dengan tenang dan lembut)

Avia memerhatikan Adisa dari belakang. Tiba-tiba, ponselnya bergetar, ada telpon dari Ibu. Lalu ia keluar gedung untuk mengangkat telpon

AVIA

Wa’alaikumsalam, Bu

34.1) CUT TO RUMAH PONTIANAK, DEPAN KAMAR - SORE

IBU

Via dimana? 

AVIA (S.O)

Nemenin Adisa ke psikolog Bu, dia mau

IBU

Syukurlah kalau gitu

AVIA (S.O)

Ibu sehat-sehat aja kan?

IBU

Sehat, Alhamdulillah. Ayah kepikiran Adisa, Vi. Beberapa kali keliatan ngelamun

Ayah duduk di teras rumah sambil meminum kopi. Pandangannya kosong ke depan. Samar-samar ia mendengar Ibu yang sedang membicarakan Adisa. 

IBU (S.O)

Ibu ngerasa bersalah Vi, sama Adisa. Ibu sadar kalau Ibu banyak kurangnya. 

Ayah menarik napas-membuangnya perlahan, lalu menyeruput kopinya lagi. Matanya menyiratkan rasa bersalah, namun masih tertutup gengsi

34.2) CUT BACK TO PARKIRAN GEDUNG - SORE

AVIA

Nggak papa Bu, gak papa… (tertahan) Ibunya Via Ibu terbaik sedunia (senyum lebar)

Avia meneteskan air matanya lalu menghapusnya. Ia menarik napas-membuangnya perlahan

AVIA

Doain aja ya Bu, moga aja Adisa mau ngomong habis ini

34.3) CUT TO RUMAH PONTIANAK, DEPAN KAMAR - SORE

IBU

Aamiin. Terakhir Ibu cuma ngirim chat aja, belum mau nelpon takutnya dia terganggu.

AVIA (S.O)

Oh, gitu.

IBU

Ya udah, Ibu tutup dulu ya. Hati-hati ya nak

AVIA

Iya Bu

IBU

Assalamu’alaikum

AVIA

Wa’alaikumsalam

Avia masuk ke mobil dan mengambil tisu untuk mengelap matanya yang basah. 

35) INT. RUANG KONSULTASI PSIKOLOGI CITRA

Avia masuk perlahan dan duduk di sofa, lalu kembali memerhatikan Adisa

BU INA PSIKOLOG

Oke. Karena kamu bilang Ayahmu orangnya keras, kita coba tarik ke belakang. Ayahmu berapa bersaudara, anak ke berapa, dan keluarganya seperti apa

ADISA

Ayah anak pertama, dua bersaudara dan adik terakhirnya bedanya 15 tahun sama Ayah. Keluarganya, yaa…

Adisa menoleh ke Avia

AVIA

Ayah tulang punggung keluarganya sejak kuliah karena kakek sakit-sakitan. Nenek kerja sambilan jualan kue. Kebetulan, adiknya Ayah ini orangnya agak manja dan baru bisa lepas dari tanggungan Ayah pas nikah. Dan, mohon maaf, sejak beliau tinggal dengan keluarga barunya, malah jarang ketemu Ibu. Padahal masih satu kota

Bu Ina mengangguk-ngangguk paham mendengarnya, seakan menemukan titik terang lagi

BU INA PSIKOLOG

Nah. Dari sini kita bisa tau, bahwa sifat keras Ayah kamu itu kemungkinan karena beban yang ditanggung. Ayah kamu jelas gak pengen anak-anaknya mengalami seperti beliau, makanya kamu dikerasin dengan harapan bisa menjadi lebih baik

Adisa merenungi kalimat Bu Ina. Lalu mereka melanjutkan konsultasinya. Avia di belakang mendengarkannya.

BU INA PSIKOLOG

Hmm… kamu sempat self harm sampai mimisan ya sebelum ngungkapin ke Ayah kamu? (Mengangguk-ngangguk mendengar Adisa) Oke oke. Sekarang saya tanya kamu, setelah kamu mengeluarkan unek-unek kamu ke orangtua kamu, kamu merasa lebih baik, nggak?

Adisa berpikir sejenak

ADISA

Hmm… gimana ya. Puas, agak lega, tapi jujur… lebih banyak ngerasa bersalahnya

BU INA PSIKOLOG

(Mengangguk) Nah

Bu Ina menanggapi Adisa, mereka lanjut berkonsultasi hingga sampai pada beberapa kesimpulan

BU INA PSIKOLOG

Oke, coba kita review lagi apa yang harus kamu lakukan setelah ini. Pertama…

Bu Ina mengangkat telunjuknya, dan mengangkat satu-satu jarinya sesuai hitungan

ADISA

Berpikir positif, kurangin overthinking, maafkan masa lalu, gak boleh self harm, fokus mengejar masa depan

BU INA PSIKOLOG

Sip (mengacungkan jempol)

Wajah Adisa lebih cerah dari sebelumnya

BU INA PSIKOLOG

Kalau sudah dipraktekkan, nanti kabarin saya ya. Kalau masih ada yang perlu dikonsultasikan, bisa chat saya. Kalau udah enakan, juga dikabari ya jadi saya juga tau

36) EXT. HALAMAN PARKIR BIRO PSIKOLOGI CITRA - MENJELANG MAGHRIB

Konsultasi berakhir. Bu Ina mengantar Adisa dan Avia sampai ke depan gedung

ADISA

Makasih banyak, Bu

BU INA PSIKOLOG

Sama-sama, semoga cepat pulih ya

Adisa dan Avia pamit, lalu masuk ke mobil

37) EXT. JALANAN-DI DALAM MOBIL - MENJELANG MAGHRIB

Jalanan padat dan suara murrotal menjelang maghrib mulai terdengar. Di dalam mobil, Adisa dan Avia membahas tentang konsultasi psikolog tadi

AVIA

Lumayan enakan kan, habis konsul tadi?

ADISA

Iya sih, jadi nemu banyak pandangan baru gitu

Avia mengangguk

AVIA

Mau makan dimana?

ADISA

Lagi pengen seafood genteng

SFX. Adzan maghrib

ADISA

Mampir masjid dulu aja

AVIA

Okeyy

38) EXT. WARUNG SEAFOOD TENDA, PINGGIR JALAN - MALAM

Pesanan Adisa dan Avia datang sekaligus. Ada cumi goreng tepung, ikan bakar, tahu, tempe, sambal terasi, cah kangkung, dan dua gelas es teh. 

ADISA & AVIA

Makasih mas

Mereka lalu mencuci tangan dan makan. Mood Adisa meningkat setelah suapan pertama, lalu lanjut makan dengan lahap. 

ADISA

Sambelnya enak banget (sambil makan)

Tiba-tiba ada penjual kerupuk keliling di dekat mereka. Adisa memanggil penjual kerupuk itu

ADISA

Mas! Kerupuknya 2 ya

PENJUAL KERUPUK

Oh iya. 12 ribu ya mbak

Adisa menyodorkan selembar 10 ribu dan selembar 5 ribu

ADISA

Ambil aja kembaliannya mas

PENJUAL KERUPUK

Eh… makasih banyak mbak

Penjual kerupuk meninggalkan mereka lalu mendatangi meja-meja lainnya

Avia tersenyum melihat Adisa yang terlihat lebih bahagia. Mereka lanjut makan hingga habis tak bersisa

AVIA

Habis ini mau kemana lagi?

Adisa berpikir sejenak

ADISA

Mau eskrim ga?

Avia tertawa kecil, lalu mengangguk mengiyakan. Lalu mereka beranjak untuk membayar makanan

39) EXT. ROSE GELATO (CAFE ES KRIM) - MALAM

Adisa dan Avia memakan es krim mereka masing-masing di tempat duduk outdoor sambil memandang jalanan.

AVIA

Sa

Adisa menoleh

AVIA

Waktu pertama kamu tau istilah inner child, apa yang kamu tangkep?

ADISA

Hmm, ya gitu. Inner child kan diri kecil dalam diri kita kan

ADISA

Nah. Disebutin spesifik gak, inner child itu buruk atau baik?

Adisa berpikir sejenak

ADISA

Inner child gak selalu buruk, Sa. Hal-hal baik dari orangtua kita juga menjadikan kita seperti sekarang, Sa. Kita benci sama orangtua kita karena bagi kita mereka terkadang jahat. Tapi kenapa kita gak bisa benci sama mereka…

Adisa mendengarkan. Matanya melihat ke bawah

ADISA

Karena kita sayang sama mereka. Dari mana asal rasa sayang itu? Ya dari kasih sayang mereka juga. Coba deh, inget-inget momen menyenangkan bareng Ayah Ibu waktu kecil

[FLASHBACK TAHUN 2001]

39.1) EXT. DEPAN PAGAR RUMAH ADISA (PONTIANAK) - PAGI

Adisa (4) mendekati kucing di depan pagar rumahnya perlahan. Namun kucing itu langsung lari ketika didekati Adisa. Adisa langsung mengejar kucing itu menjauhi rumahnya

IBU

Disa jangan jauh-jauh ya… (berteriak dari teras rumah)

Tepat beberapa detik setelahnya, Adisa jatuh karena tersandung batu. Ia lalu menangis keras.

Ibu yang mendengar itu langsung panik

IBU

Yah! Disa Yah!

Ayah dan Ibu langsung menghampiri Adisa yang berjarak 5 meter dari pagar rumahnya. Tangisan Adisa bertambah keras

ADISA

Aduh, lututnya luka…

Ayah langsung meraihnya dan menggendongnya dengan hati-hati

ADISA

Sakit ya? Kuat ya, anak Ayah…

Mereka lalu berjalan kembali ke rumah

ADISA

Kenapa tadi, kok bisa jatuh? (dengan lembut)

ADISA

(terisak) mau ngejar kucing…

Ibu mengusap lembut kepala Adisa

ADISA

Nanti besok kucingnya datang lagi, ya. Kucingnya pulang dulu ke rumahnya…

Lalu mereka masuk ke rumah. Adisa mengangguk menurut, dan tangisnya berhenti

[FLASHBACK END]

39.2) BACK TO ROSE GELATO - MALAM

Adisa senyum setengah sambil tertawa kecil mengingat itu

ADISA

Kenapa ya, keburukan orang lebih gampang diingat dibanding kebaikannya

Avia menaikkan alisnya dan mengarahkan telunjuknya ke Adisa. 

AVIA

You’ve got the point

Adisa tersenyum tipis, lalu memandang jalanan. Ia menghela napas

ADISA

Besok deh, aku telpon Ibu

Avia tersenyum dan mengangguk

AVIA

Tau gak, Sa. Ibu tuh meskipun kelihatannya lemah di depan Ayah, tapi Ibu tuh sumber kekuatan Ayah. Yah, meskipun gak keliatan romantis, aku pernah ngintip pidatonya Ayah waktu jadi guru teladan 3 tahun lalu, disitu disebut kalo Ibu tuh sumber kekuatannya, Sa

Adisa menoleh ke Avia

AVIA

Ayah juga gak sekeras dulu, kan. Sedikit banyak, karena Ibu juga

Adisa melebarkan senyumnya, dengan mata yang tetap datar. Ia lega mendengarnya

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar