Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Growth: Story of the Inner Child
Suka
Favorit
Bagikan
6. [Permasalahan] Bagian 5 - Masa Lalu yang Menjawab

19) EXT-INT. LAPANGAN SMP 10 PONTIANAK-RUANG OLAHRAGA SEKOLAH-RUMAH NENEK ADISA, JAM 10 PAGI

Ayah Adisa/Pak Amin yang seorang guru olahraga di SMP 10 baru saja menyelesaikan pelajarannya di pagi menjelang siang ini. 

PAK AMIN/AYAH ADISA

Baik anak-anak, kita akhiri dulu pelajaran hari ini. Minggu depan, kita praktek lari sprint, persiapkan fisik kalian dengan baik. Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

SISWA-SISWI

Waalaikumsalam warahmatullaahi wabarakatuh. Terima kasih Pak.

Selesai pelajaran, Pak Amin (ayah Adisa) menuju ruang olahraga untuk membereskan alat-alat. Lalu, temannya (sesama guru olahraga) memberitahu sesuatu saat hendak keluar ruangan.

GURU 2

Pak Amin, HPnya bunyi terus.

PAK AMIN

Oh ya, makasih Pak.

Pak Amin langsung meraih HPnya cepat di dalam tasnya. Ada 3 panggilan tak terjawab dari Ci Rini, tetangga Ibunya di kampung. Ia lalu menelpon Ci Rini sambil berusaha santai, meskipun tak bisa menyembunyikan raut cemasnya.

PAK AMIN

Hallo, Ci Rini. Ada apa?

CI RINI (S.O)

Ini nak, mau ngabarin Ibumu sakit di sini sudah 2 hari. Tadi malam demam, jadi ibu bawa ke dokter, terus Ci Rini temenin di rumah.

Pak Amin

Loh? Sekarang keadaannya gimana, Ci?

Ci Rini (S.O)

Syukur sekarang udah turun panasnya. Ci Rini ngabarin aja, biar kamu tau. Adik kamu si Tata gak bisa dihubungin soalnya.

Mendengar itu, raut wajah Pak Amin berubah kesal.

PAK AMIN

Loh? Masa ibunya sendiri sakit dia gak peduli?

CI RINI (S.O)

Ci juga gak ngerti nak, tapi syukurlah hari ini panasnya udah turun. Mungkin kecapekan.

PAK AMIN

Ya sudah, makasih ya Ci, udah mengabari.

CI RINI (S.O)

Sama-sama.

Pak Amin lalu menutup telpon. Beliau kemudian menelpon Ibunya, neneknya Adisa dan Avia.

PAK AMIN

Hallo, Assalamualaikum Bu. Kata Ci Rini Ibu sakit ya?

19.1) CUT TO RUMAH NENEK ADISA

Nenek Adisa (67) sedang duduk di ruang tengah dengan pintu terbuka. Saat ini beliau tinggal sendiri, sesekali ditemani Ci Rini. Di dinding rumah, terdapat beberapa foto, salah satunya foto lama keluarga mereka. Kakek Adisa, nenek Adisa, ayahnya, dan Tata, adik ayahnya yang jarak umurnya 15 tahun darinya.

NENEK ADISA

Wa’alaikumsalam. Iya, udah enakan kok.

PAK AMIN (S.O)

Ibu gak ngehubungi Tata?

NENEK ADISA

Nggak nak, dia kan juga ngurus bayinya. Gak enak Ibu ngerepotin dia.

19.2) CUT BACK TO RUANG OLAHRAGA SEKOLAH

Pak Amin

(nada sedikit meninggi) Kan rumahnya gak jauh dari Ibu. Kenapa sih anak itu dari kecil sampai sekarang, mau enaknya aja. Gak membantu sama sekali.

Pak Amin mengusap kepalanya, menyandar keras di dinding, sambil menghela napas panjang

19.3) CUT TO RUMAH NENEK ADISA

NENEK ADISA

Udah nak gak papa. Ibu juga udah enakan.

PAK AMIN (S.O)

Yah tapi kan dia dari sebelum nikah juga udah sering ngerepotin Ibu. Pas udah nikah malah gak ngurusin Ibu.

NENEK ADISA

Gak papa, nak. Doakan aja Ibu sehat terus.

PAK AMIN (S.O)

Ya sudah, minggu ini saya usahakan ngunjungin Ibu.

NENEK ADISA

Jauh lho, gak papa?

PAK AMIN (S.O)

Gak papa, Ibu kalau ada apa-apa bilang sama Ci Rini ya. Jangan kecapekan.

NENEK ADISA (S.O)

Iya… Ci Rini nanti siang ke rumah lagi kok. Ya sudah, kamu lagi di sekolah kan.

19.4) CUT BACK TO RUANG OLAHRAGA SEKOLAH

PAK AMIN

Iya. Saya tutup ya Bu, Assalamu’alaikum

NENEK ADISA (S.O)

Wa’alaikumsalam

Setelah Pak Amin menutup telpon, ia menyandar di dinding dan menghela napas. Sambil memegangi kepalanya, ia berdecak kesal bercampur kecewa. Ia lalu melihat layar HPnya, terdapat foto keluarganya saat lebaran bersama Ibunya di sana. Hanya berlima waktu itu. Adiknya, Tata, baru datang setelah acara selesai. Kakek Adisa sudah tidak ada sejak Adisa kecil.

20) (BACK TO) LANTAI 5 PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PATRA DHARMA-FLASHBACK - JAM 10 PAGI

Setelah Adisa mendapat buku yang tepat untuk skripsinya, ia membawanya ke mejanya lalu duduk membacanya.

Lalu, Adisa mencatat poin-poin penting di buku catatannya.

Setelah selesai mencatat, ia menutup buku dan membuka laptop untuk refreshing. Ia memilih membuka situs video dan mencari-cari video yang menarik.

Tiba-tiba matanya tertuju pada satu video dari seorang cewek yang berjudul “Terjebak di Inner Child?”. Ia yang penasaran langsung membuka video itu dan menontonnya.

ADISA (V.O)

Terjebak di inner child? (mengucap ulang judul video itu)

Adisa mencerna kalimat-kalimat yang diucapkan di video itu. 

WANITA DI VIDEO

Halo, kali ini kita akan membahas mengenai inner child. Inner child adalah diri 'kecil' kita yang bersemayam dalam diri kita. Karena ketika kita kecil, kita mengingat banyak hal yang secara tidak sadar terbawa sampai dewasa.

Adisa memfokuskan dirinya

WANITA DI VIDEO

Inner child penting untuk kita kenali, agar kita tidak mudah menjadi orang yang rapuh dan sensitif. Terkadang, kita tidak menyadari ada luka batin yang tersembunyi di masa kecil, yang terbawa sampai dewasa. Pola asuh orang tua sangat berperan dalam membentuk inner child kita. Jika orang tua di masa kecil sering memarahi anaknya karena kesalahan kecil, bahkan dimarahi ketika menangis, dampaknya ketika dewasa anak akan takut melakukan kesalahan sehingga susah mengeksplor hal baru. Hal itu akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak percaya diri, gampang tersinggung, dan sulit mengekspresikan perasaan.

Adisa tak mengalihkan mata dari laptopnya. Ia merasa apa yang dikatakan di video itu mirip seperti yang ia rasakan. Ia baru mengerti soal ini, kemudian mencoba menyelam mencari ‘inner child’nya yang tersakiti itu. 

Adisa menoleh ke jendela, memandang langit yang mulai kelabu menandakan hujan akan turun. Ia lalu teringat suatu kejadian yang menyakitkan -baru ia sadari, sejauh 10 tahun lalu.

20.1) [FLASHBACK] EXT. PANTAI - PAGI

Hembusan angin dan gulungan ombak kecil menerpa Adisa kecil. Panas terik di pantai tidak menghilangkan sumringahnya. Ayahnya menyusul di belakang sambil mengalungkan kamera analog tahun 90-an. Ia mengambil beberapa potret laut, lalu memanggil keluarganya agar mengambil posisi untuk difoto. 

AYAH

Ayo Bu, Kak, Dis, foto sini.

Mereka menuruti Ayah, lalu mengambil posisi membelakangi laut.

AYAH

1...2...3!

Satu foto berhasil diambil. Adisa langsung menghambur ke Ayahnya untuk meminjam kameranya.

ADISA KECIL

Yah, aku mau foto juga dong.

Ayah melepas kamera dari kalungannya

AYAH

Nih, hati-hati ya.

Adisa lalu meraih kameranya dan memotret beberapa gambar.

Jauh dari pinggir pantai, Adisa (masa kini) menatap kejadian itu sambil senyum tipis. Lalu ia mulai panik ketika Adisa kecil berlari menjauhi keluarganya untuk mengambil objek lainnya. Ditambah teriakan Ayah untuk mengingatkannya agar hati-hati.

Tiba-tiba kamera yang tidak dikalungkan itu terjatuh dari genggaman Adisa kecil. Seketika ia berhenti untuk mengambil kamera. Adisa masa kini tambah panik melihatnya.

ADISA KECIL

Aduh… (panik)

Adisa kecil buru-buru memasukkan baterai yang keluar. Ayah dari jauh mendatangi Adisa kecil, bersiap melempar omelan padanya.

AYAH

Tuh, jatuh kan kameranya! Kamu sih gak hati-hati! (meraih paksa kameranya)

Adisa kecil menunduk, tetapi matanya ke arah lautan. 

AYAH

Udah, kamu gak usah lagi main kamera! (mencubit lengan kiri Adisa kecil)

Cubitan yang singkat namun cukup menyakitkan itu secara tak sadar sering menghantui pikiran Adisa hingga sekarang. Adisa yang mengingat kejadian itu tak sadar matanya basah. 

[FLASHBACK END]

20.2) BACK TO INT. LANTAI 5 PERPUSTAKAAN - JAM 10, MENDUNG

Adisa mengetuk-ngetukkan jarinya di depan laptopnya. Matanya memerah, terlihat di bayangan layar. Ia buru-buru menghapus air matanya yang merembes ketika HPnya bergetar, menandakan pesan masuk. Ia langsung membukanya, ternyata dari Ayah. 

AYAH (DALAM PESAN)

Lagi ngapain, Disa?

Adisa menatap layar HPnya dengan datar beberapa saat, tapi akhirnya membalasnya singkat.

ADISA (MEMBALAS PESAN)

Nugas

Segera setelah itu, Adisa langsung membereskan barang-barangya dan bersiap pulang ke rumah kosnya.

21) INT. KAMAR KOS ADISA - JAM 9 MALAM

Karena tidak ada pekerjaan mendesak, Adisa bisa tidur cepat. Sambil memakai rangkaian skincarenya, ia menatap bayangannya di cermin dengan ekspresi datar, lalu senyum lebar.

ADISA

Semangat, Sa. Besok kuliah lagi. (mengepalkan tangannya di hadapan cermin)

Setelah itu, ia naik ke atas kasur dan bersiap tidur. Tiba-tiba, notifikasi di HPnya mengalihkan perhatiannya. Ada pesan dari grup tugas baru yang dibuat oleh Shera.

SHERA (DALAM GRUP CHAT)

Kita mau kerja kapan guys?

Tak lama, Bella membalas

BELLA (DALAM GRUP CHAT)

Sabtu siang aja, jam 1 di rumahku. Gimana?

Adisa berpikir sejenak, lalu membalas

ADISA (MEMBALAS CHAT)

Ok

Adisa langsung menutup HPnya setelah membalas pesan dan tidur.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar