Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Growth: Story of the Inner Child
Suka
Favorit
Bagikan
5. [Awal Permasalahan] Bagian 4 - Mimpi Buruk

13) INT. RUANG KONSULTASI PSIKOLOG

Adisa menghela napasnya setelah menceritakan tentang dirinya. Ibu Psikolog mengangguk-ngangguk mendengarnya. Lalu ia lanjut berbicara

PSIKOLOG

Oke. Sekarang kita tarik lagi ke belakang. Gimana sih kamu waktu kecil, seperti apa pola pengasuhan orangtua kamu waktu kecil

ADISA

Hmm… dari mana ya

PSIKOLOG

Terserah. Kalau bingung, mungkin kamu bisa ceritakan hal-hal yang paling berkesan. Entah itu baik atau buruk

ADISA

Ayah saya orangnya keras, kalau Ibu orangnya lembut tapi cenderung nurut aja sama Ayah…. 

Adisa diam, berpikir sejenak. Ibu Psikolog tetap diam menunggu

ADISA

Oh iya, saya ingat dulu pernah dimarahin Ayah karena saya nangis waktu diganggu kakak pas lagi menggambar. Entah kenapa, sejak itu saya jadi jarang menggambar lagi sampai sekarang. Mungkin sesekali, tapi ya… gak sebagus dulu

Ibu Psikolog langsung mengerti, seolah menemukan titik terang. Ia mengangguk-ngangguk

PSIKOLOG

Hmm… begitu ya. Jadi, Adisa, hal itu mungkin bisa jadi penyebabnya. Setiap kamu menggambar, kamu keinget sama kejadian itu. 

Adisa mengangguk mengiyakan. Lalu tiba-tiba teringat sesuatu

ADISA

Oh, ada lagi yang cukup membekas

14) [FLASHBACK TAHUN 2006] INT. GEDUNG BULUTANGKIS DEKAT RUMAH ADISA, PONTIANAK - PAGI

Adisa dan keluarganya bermain bulutangkis di GOR dekat rumahnya. Avia dan Ayah yang memang sudah mahir asyik bermain di lapangan, sedangkan Adisa masih belajar dan memantul-mantulkan kook sendiri. Ibu duduk di pinggir lapangan memerhatikan mereka.

Tak lama, pertandingan berakhir. Ayah menang dengan skor 21-17.

AYAH

Yes! Ayah menang.

AVIA

(Nada kecewa) Yaah…

AYAH

Gantian sama Disa ya, Kak.

Ayah lalu memanggil Adisa

AYAH

Ayok, Disa! Ke situ (menunjuk lapangan)

Adisa menurut, lalu mereka memulai permainan

AYAH

1...2...3… yak! (memulai servis)

Adisa tidak berhasil menangkis kook dari Ayahnya. Ia lalu mengambil kook dan mau memulai servis.

AYAH

Ayo fokus ke kooknya Disa!

Dengan raut kecewa, ia tetap menuruti Ayahnya lalu memberikan kooknya. Ketika ayahnya melakukan servis yang kedua, Adisa dapat menangkisnya. Namun ketika ayahnya membalas, Adisa lagi-lagi tidak dapat menangkisnya. 

AYAH

Yaah… Disa ga bisa main. (mengeluh dengan nada meremehkan)

AYAH

Ayo kak, main lagi. (memanggil Avia)

Avia yang sedang duduk di pinggir lapangan langsung masuk dan bermain lagi dengan Ayah. Adisa kembali ke pinggir lapangan untuk mendatangi Ibunya dengan wajah kecewa yang ditutupi. 

IBU

Minum dulu, Disa. (menyodorkan botol minum)

Adisa menurut.

15) EXT. DEPAN GOR-GANG MENUJU RUMAH - PAGI SETELAH BERMAIN

Setelah cukup puas bermain, mereka memutuskan pulang ke rumah. Mereka berjalan kaki karena jarak antara GOR dan rumah mereka hanya 200 meter.

Sambil berjalan pulang, Avia dan Ayah masih membahas soal permainan tadi

AVIA

Tadi tuh harusnya aku bisa menang lho, Yah

AYAH

(Tertawa menang) Kamu sih, lemparnya ke net. Jatuhnya ke kamu sendiri lagi.

AVIA

Hih, coba jatuhnya ke tempat ayah tadi! Minggu depan lagi ya Yah (berseru tidak terima)

AYAH

(Menoleh ke belakang) Disa besok-besok masih mau main bulutangkis lagi ga? Kamu tadi gak bisa main gitu.

ADISA

Hmm… (Mengangguk pelan)

AVIA

(Menoleh ke belakang) Belajar Sa, biar bisa ngalahin Ayah ntar! (menyemangati dengan mengepalkan tangan)

AYAH

(Tertawa kecil) Kalau ngalahin Ayah, pikir-pikir dulu hehe. (dengan bangga)

Adisa tetap berjalan sambil memerhatikan sekelilingnya. Ia mengalihkannya dengan melihat rumah-rumah dan gedung-gedung tinggi yang terlihat dari gang rumah mereka. Ibunya di sampingnya mengelus kepalanya sambil merapikan rambutnya ke belakang telinga.

[FLASHBACK END]

16) INT-EXT. RUMAH KOS ADISA & NAYA-JALANAN-KAMPUS - JAM 7 PAGI

Adisa di kamarnya sedang merapikan kerudungnya, bersiap untuk berangkat kuliah bersama Naya. Setelah itu, ia mengecek ulang kamarnya sebelum keluar dan mengunci kamarnya. Lalu Adisa keluar kamar, Naya sudah menunggu di teras rumah.

Wajah Adisa terlihat lebih lesu, Naya menyadarinya

NAYA

Jangan lupa sarapan biar seger. (menyodorkan sebungkus roti)

ADISA

Thanks. (memasukkan roti ke dalam tas)

Adisa lalu menyalakan motornya dan mengenakan helm, Naya lalu naik. Mereka berangkat

Ketika mereka memasuki area kampus, Adisa tiba-tiba melamun. Sampai tiba-tiba Naya berseru membuatnya kaget karena melaju saat melewati polisi tidur. 

NAYA

Sa! Adisa! (menepuk bahu Adisa)

Adisa tersadar beberapa detik kemudian, lalu membuka kaca helmnya

ADISA

Hah, kenapa?

NAYA

Itu polisi tidur! (berseru kesal)

ADISA

Heh? Oh… iya maap Nay. (dengan datar)

NAYA

(menghela napas)

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan kampus Teknik Kimia. Naya lalu turun.

NAYA

Thanks, hati-hati banyak lobang.

ADISA

Iya iya. Duluan Nay.

Adisa lalu melaju ke arah kampus Teknik Industri yang tak jauh dari Teknik Kimia

17) INT-EXT. RUANG KELAS KAMPUS TEKNIK INDUSTRI UPD-KORIDOR - PAGI

Di kelas, Adisa beberapa kali kehilangan fokus. Sesekali ia memerhatikan dosennya, lalu kemudian ia menunduk dan menggerakkan kakinya. 

ADISA (V.O)

Duh, gila ya. Kalo aja tadi polisi tidurnya lebih tinggi…

[FLASHES, NO SOUND]

Adisa dan Naya melewati polisi tidur yang tinggi dengan kecepatan cukup tinggi. Lalu mereka loncat dan jatuh bersama motornya.

[FLASHES END]

ADISA (V.O)

Ya ampun… amit-amit kalo sampe kaya gitu…

BU DOSEN

Mbak kerudung biru yang di pojok (Memanggil dari meja dosen)

Adisa seketika tersentak, kembali ke alam sadarnya. Ia langsung menegakkan duduknya dan menoleh ke arah ibu dosen mata kuliah Kewirausahaan saat ini.

BU DOSEN

Apa yang dimaksud Break Even Point?

ADISA

Emm… (berpikir mencari kata-kata)

BU DOSEN

(dengan cepat) Sebelahnya.

ADISA (V.O)

Loh… padahal saya ngerti Bu. Lagi nyari kalimat buat jelasin, malah keduluan Bella deh

Bella di sebelah Adisa lalu menjawab

BELLA

Emm… Jika diibaratkan dalam grafik, BEP adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan.

ADISA (V.O)

Nah ituuu… saya mau jawab itu Bu. Kenapa sih gak bisa sabar nungguin, giliran Bella aja ditungguin

Adisa melirik Bella dengan wajah datar tapi matanya sedikit kecewa

BU DOSEN

Betul. Berarti kamu sudah belajar sebelum perkuliahan ya, mbak.

ADISA (V.O)

Terus yang lain gak belajar gitu? Hhhh…

Adisa akhirnya berusaha memerhatikan dengan menopang tangan di dagunya hingga perkuliahan berakhir.

BU DOSEN

Oke, tugas model bisnisnya dibagi kelompok 3 orang ya. Minggu depan mulai presentasi. Saya akhiri dulu, selamat pagi.

MAHASISWA

Terima kasih, Bu…

Mereka lalu keluar kelas setelah perkuliahan berakhir. Shera menepuk Adisa dari belakang ketika keluar kelas.

SHERA

Woy! Napa lu? Ngelamun aja gua perhatiin.

ADISA

Gak tau, lagi ga fokus aja. (Dengan pelan)

SHERA

Apa? Gak denger. (Memekik dengan nada tinggi)

ADISA (V.O)

Ck, berisik banget.

ADISA

(menggeleng) Gak papa.

SHERA

Mikirin apa sih… eh, kelompokan yok tugas yang tadi.

BELLA

Yuuk

ADISA

(Berpikir sejenak) Oke

ADISA

Duluan Bel, Sher. (Melambaikan tangan)

BELLA

Kemana?

ADISA

Perpus.

BELLA

Sendiri aja?

ADISA

Iya. Pengen nyari buku buat skripsi.

BELLA

Gak papa kan?

ADISA

(Tertawa kecil) Gak papa, udah biasa.

BELLA

Ya udah, hati-hati. Dadaah.

SHERA

Bye, Dis.

Adisa lalu berjalan berlawanan arah dengan Bella dan Shera

BELLA

Sher, Adisa kayaknya agak aneh habis kamu tanyain gitu deh

SHERA

Masa sih? Kan dia emang gitu

BELLA

Gak selalu, tau. Tadi tuh keliatan kalo kesel Sher

SHERA

Oh gitu? Yaa.. gua gak ngerti

Lalu mereka lanjut berjalan

18) EXT-INT. DEPAN PERPUSTAKAAN KAMPUS-DALAM PERPUS-LANTAI 5 PERPUS - JAM 10 PAGI

Adisa berjalan ke arah perpustakaan pusat yang tak jauh dari kampusnya. Lalu mengambil laptop dan buku catatan dan memasukkan ransel ke loker. Kemudian ia menuju lift dan menekan angka 5.

Di lantai 5, Adisa menemukan tempat duduk yang menghadap langsung ke kaca gedung -dimana dia bisa melihat seluruh kampus. Setelah meletakkan laptopnya, ia mencari buku.

ADISA (V.O)

Kalau lagi pengen sendiri, tempat ini jadi favoritku di kampus. Apalagi sekarang mahasiswa jarang yang nongkrong di perpus, jadi gak perlu ketemu orang-orang yang kukenal deh di sini.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar