Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Growth: Story of the Inner Child
Suka
Favorit
Bagikan
3. [Perkenalan] Bagian 2 - Masa Kecil dan Impian

7) INT. FLASHBACK TAHUN 2005. RUMAH ADISA - JAM 10 PAGI

Di rumah yang sama seperti sekarang, piala dan bingkai foto berjejer di atas lemari bufet kecil. Terdapat foto pernikahan dengan tulisan ‘1992’ —menunjukkan tahun foto itu diambil, dan berbagai macam piala. Ada piala juara I lomba menggambar gedung PT. Gagah Perkasa, juara II lomba menulis puisi Hari Kartini, juara I lomba fotografi tingkat kota, dan masih banyak lagi. Itu semua milik Adisa yang didapatnya dari umur 5 tahun hingga saat itu —berumur 8 tahun. Beberapa piala peringkat I tingkat kelas dan sekolah adalah milik Avia.

SFX. MESIN MOTOR

Avia di dalam rumah langsung membuka pintu. Ayah, Ibu, dan Adisa turun dan langsung berlari ke arah pintu. 

ADISA

Aku dapat ranking 1 lho, Kak!

AVIA

Wah, selamat! (mengacungkan tangan untuk mengajak tos)

Ibu langsung menuju lemari untuk mengambil kamera analog. Ayah masuk rumah lalu merangkul Adisa dengan bangga

IBU

Ayo foto dulu sama pialanya, Disa. (sambil menyalakan kamera)

Ayah menarik pelan lengan Adisa untuk mengatur posisi

AYAH

Disa pegang pialanya, ya. Kak, ayo, fotoin kita dulu! (memanggil Avia)

Avia mengambil kamera dan bersiap mengambil gambar

AVIA

1… 2… 3!

Satu foto berhasil diambil

AYAH

(Mengelus kepala Adisa) Hore… pinter anak ayah. Ayah taruh pialanya di sini ya.

Ayah meletakkan piala baru Adisa tepat di sebelah piala peringkat 1 seangkatan milik Avia yang didapatnya minggu lalu.

AVIA

Aku juga ranking 1 seangkatan lho, inget Yah.

AYAH

Tapi kemarin rapotmu ada yang dapet nilai 8 kan? Masih kurang itu. Adikmu nih, dapatnya diatas 9 semua.

IBU

(Sambil meletakkan rapor Adisa di dalam lemari bufet) SMP kan pelajarannya lebih susah, Yah. Dia masih bisa dapet ranking 1 seangkatannya lagi, lho.

AYAH

Bukan rankingnya, Bu. Nilainya! (sedikit meninggi)

Avia tidak berkutik mendengar kalimat terakhir Ayahnya. Ia langsung menuju kamarnya. Dengan raut sedikit kecewa, ia masih tersenyum.

8) INT. KAMAR ADISA DAN AVIA-RUANG TENGAH - MALAM

Adisa sedang sibuk menggambar pemandangan. Dinding kamarnya ditempeli banyak gambar karya Adisa dan beberapa milik Avia. Terdapat sebuah gambar perempuan dengan helm proyek bertuliskan “Adisa mau jadi insinyur”, dan sebuah gambar perempuan berkacamata dengan jas dokter dan stetoskop yang bertuliskan “dr. Avia Rahmadini”. Hasil karyanya sangat bagus dan diwarnai dengan cantik.

Di tengah-tengah keasyikannya menggambar, Avia tiba-tiba membuka pintu sambil membawa mainan ular tangga dan segelas jus

AVIA

Disa! Main ular tangga yok!

Adisa tidak beralih dari gambarnya

ADISA

Hih, ganggu aja.

Avia mengintip dari belakang

AVIA

Oh, lagi gambar.

Avia lalu meletakkan jus di atas meja tempat Adisa menggambar. Namun, tiba-tiba cipratan jusnya mengenai kertas gambar Adisa. Avia dan Adisa kaget.

ADISA

Kaaakk!! Lihat tuh kena jus!! (berteriak kencang, lalu menangis keras)

AVIA

Aduh… maaf Disa, kakak gak sengaja. (mengelus bahu Adisa)

ADISA

(sesegukan) Jangan ditaroh di meja dong!

Avia lalu membersihkan pelan bekas jus di kertasnya. Ia lega ketika kotorannya sudah hilang dan gambarnya tidak terganggu.

AVIA

(tersenyum lebar) Nah… tinggal nunggu kering, yaa. Masih bagus ini.

ADISA

(mengangguk, mulai tenang)

Ketika mereka mulai tenang, tiba-tiba Ayah membuka pintu dengan kasar.

AYAH

Ada apa ini nangis-nangis?! (nada membentak)

AVIA

(menjawab dengan grogi) Gak papa, cuma tadi Via gak sengaja nyipratin jus ke gambar Disa.

AYAH

Kamu ini Disa, gitu aja nangis. Kakak kan gak sengaja! Malu sama tetangga!

Adisa yang tadinya masih sesegukan kecil langsung diam tak berkutik. Avia juga tidak menyahut lagi. Mereka hanya menunduk.

Mereka terselamatkan oleh Ibu yang memanggil Ayah

IBU

Ayah… nih kopinya udah jadi.

Ayah langsung mendatangi Ibu di ruang tengah, lalu duduk di depan TV.

IBU

Ayah kalo lagi fokus trus diganggu juga kesel, kan? Gitu juga Adisa…”

AYAH

Tapi teriak-teriaknya itu loh, kedengeran sampe rumah sebelah. (dengan nada sedikit kesal)

Ibu mengelus bahu Ayah, lalu Ayah menghela napas dan lanjut meminum kopinya.

FLASHBACK END

9) INT. RUANG KULIAH KAMPUS TEKNIK INDUSTRI, UNIVERSITAS PATRA DHARMA SURABAYA - SEKITAR JAM 11 SIANG

Adisa sedang presentasi tugas kelompok. Ia berdiri di depan sambil menunggu teman sekelompoknya, Bella (21), selesai menjelaskan.

BELLA

Dalam menjalankan proyek ini, saya sebagai project manager membagikan resource menjadi beberapa bagian, yaitu...

FADE IN VO ADISA

ADISA (V.O)

Hari ini, kita lagi presentasi tugas mata kuliah Perencanaan Proyek Industri. Aku sebenernya suka matkul ini, tapi gak suka presentasi. Sekarang ini, teman sekelompokku yang namanya Bella lagi ngomong. Kalian bisa liat, penyampaian dan gesturenya bagus banget. Gak heran tuh, anak-anak malah merhatiin Bella bukan penjelasannya. Bentar-bentar, habis ini giliranku yang presentasi…

BELLA

Berikutnya adalah pembahasan timeline, yang akan dijelaskan oleh rekan saya Adisa

ADISA

Ya, jadi..

Seisi kelas langsung hening

ADISA

Ini timeline proyeknya… bisa dilihat disitu... (dengan terbata-bata dan ekspresi datar)

Beberapa teman sekelasnya bingung melihat Adisa, ada juga yang tidak acuh.

ADISA

Terakhir, penentuan atribut kualitas dan pengumpulan data dilakukan di waktu yang bersamaan. Selanjutnya, saya kembalikan ke Bella

Suaranya yang agak pelan membuat beberapa orang mengerutkan dahi. 

FADE IN VO ADISA

ADISA (V.O)

Duh ini nih yang suka bikin gak PD kalo presentasi. Bukannya sengaja ngecilin suara, tapi yaa emang gini...

BELLA

Demikian presentasi dari kami, dari teman-teman apakah ada yang ingin bertanya?

Seorang cewek bernama Shera (21) langsung mengangkat tangan. Dia yang dari tadi bingung melihat Adisa.

SHERA

Saya Shera, mau bertanya. Di bagian timeline proyek, penentuan atribut kualitas sama pengumpulan datanya kenapa waktunya bersamaan?

ADISA

(berpikir sejenak) Emm… Jadi waktunya bersamaan karena... datanya berdasarkan atributnya itu

ADISA (V.O)

Duh, aku ngomong apaan sih

SHERA

(mengerutkan dahi) Maksudnya gimana ya? Kalian kan harus tau dulu atribut-atribut proyeknya apa aja, supaya waktu ngumpulin data, datanya gak melebar dari scope proyeknya kan? Kalau kamu bikinnya digabung gitu, kan jadinya gak teratur

ADISA (V.O)

Lah iya, Shera bener juga. (melirik Bella mengharap bantuan)

BELLA

Oke, saya coba bantu jawab. Maksudnya Adisa gini, supaya kerja kita efisien, ketika kita sudah menemukan satu atribut, kita juga sambil mencari data untuk atribut A. Ketika menentukan atribut B, kita sambil merancang konsep pengambilan data yang berkaitan. Jadi, orang yang megang konsep dan mencari data di lapangan nanti berbeda, begitu. Apa sudah jelas, Shera?

SHERA

(mengangguk-ngangguk) Oke, jelas. Makasih jawabannya, Bella.

Adisa, Bella, dan satu anggota lainnya (extra) kembali ke tempat duduk setelah presentasi berakhir.

BU DOSEN

Adisa, tolong kamu pelajari kembali ya materi bahasan kamu.

ADISA

(dengan wajah datar) Iya Bu.

10) INT-EXT. KORIDOR KAMPUS-PARKIRAN KAMPUS - SIANG

Selesai perkuliahan, mereka semua keluar dari kelas.

ADISA (V.O)

Huft, akhirnya selesai juga. Jujur nih ya, aku kesel sama si Shera yang vokal itu. Tapi dipikir-pikir, dia bener juga.

Bella memanggil Adisa dari belakang

BELLA

Disa!

ADISA

(kaget lalu berhenti dan menoleh ke belakang)

BELLA

(menyusul Adisa yang berhenti) Udah ngerjain tugas Entrepreneurship belum? Deadlinenya besok kan?

ADISA

Udah, kurang dikit sih tapi. Mau lihat punyaku?

BELLA

(matanya berbinar) Mau dong! Makasih, Disaa.

ADISA (V.O)

Yah, seenggaknya dalam hal ini aku bangga karena berjasa buat seorang Bella yang perfect. Oh iya, aku dan Bella cukup dekat di kampus, dan Bella juga dekat dengan Shera. Kami cukup sering mengerjakan tugas bersama, tapi sejujurnya aku tidak begitu sering berinteraksi dengan Shera.

Tiba-tiba seseorang menyempil di antara Bella dan Adisa

SHERA

Hai guys!

ADISA

(melihat Shera sekilas) Hai Sher (dengan datar)

SHERA

Eh, Dis. Tadi tuh harusnya kamu gak usah ragu tau, kalau mau ngejawab.

ADISA (V.O)

Haduh, orang ini masih aja ngebahas.

ADISA

Iya, ngerti.

SHERA

Kok datar banget sih, Dis.

ADISA (V.O)

Astaga, pengen kuapain ni orang rasanya.

SHERA

Menurut gua ya, lu tuh pinter tau.

ADISA (V.O)

Trus selama ini lu kira gue bodoh? (wajahnya tetap datar)

SHERA

Seriusan deh. Aura lu tuh, keliatan pinter gitu.

ADISA (V.O)

Malah bahas aura.

SHERA

Intinya, jangan ragu sama diri lu sendiri. Then, you’ll shine by the way you are!

BELLA

Setuju! (mengacungkan jempol)

Adisa mengangguk pelan. Wajahnya yang datar tetap bisa menunjukkan senyum tipisnya yang ditahan

ADISA

Oke oke, thanks sarannya. (sedikit berintonasi senang)

Mereka sampai di pintu keluar gedung Teknik Industri, sampai tiba-tiba ada sekelompok laki-laki yang nongkrong di pagar gerbang. Gayanya sangat membuat tidak nyaman

BERANDAL 1

Assalamu’alaikum ukhti… minta nomernya dong!

Adisa tak menghiraukan dan tetap berjalan.

BERANDAL 2

Mbak cantik yang paling tinggi! Minta ig-nya dong!

Bella melirik sekilas, lalu menyadari dirinya yang dipanggil.

Tiba-tiba, Shera mendatangi mereka dengan berani.

SHERA

Maksud lu apaan manggil-manggil gitu? Najis banget pake minta-minta kontak segala! Catcalling tuh masuk pelecehan, tau ga?! (berseru kencang)

Gerombolan berandal itu malah memandang remeh Shera

SHERA

Lu pada anak mana dah? Kagak sekolah? Capek-capek pahlawan Indonesia merjuangin pendidikan, malah model beginian yang muncul di kampus.

Shera mengambil batu besar di dekat kakinya

SHERA

Pergi sekarang, atau abis ini lu kaga bakal bisa jalan lagi?!

Shera mengangkat batu yang siap ia lemparkan

Gerombolan itu langsung lari terbirit-birit. Adisa dan Bella saling lihat-lihatan, kagum pada Shera.

BELLA

Aaaa Shera-ku! Keren banget (membuat simbol hati dengan tangannya)

ADISA

Thank you, Sher. (tersenyum)

Ekspresi wajahnya terlihat lebih cerah dari sebelumnya

SHERA

Ho’oh. Jangan sampe dibiarin yang kayak gitu-gitu, nanti malah dianggap wajar.

BELLA

Siap (mengacungkan jempol ke Shera)

SHERA

Eh btw, mau ikut makan juga gak, Dis?

ADISA

(dengan wajah sedikit cerah dari sebelumnya) Hmm.. pengen, tapi sori aku udah ada janji.

SHERA

Yah, oke deh next time ya. Bye, Disa!

BELLA

Duluan yaa

Shera dan Bella langsung menuju mobil merah milik Bella. Adisa dengan cepat menemukan motor skuternya. Ia lalu menaiki motornya dan membuka HPnya sebelum menyalakan mesin. Lalu, ia berangkat menuju Heart’s Coffee, dimana dia akan bertemu Naya dan Arvin.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar