Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
108 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY
Miranty berdiri di ambang pintu kamar Samiah. Murung, mengawasi isi kamar Samiah. Di dalam kamar itu hanya ada tempat tidur tanpa seprai, lemari baju kayu pendek yang pintunya terbuka. Isinya kosong. Jam meja digital pemberiannya masih ada diatasnya. Juga lampu terapi darinya. Miranty mengambil kedua barang itu dan membawanya keluar dari kamar.
ANITA (O.S.)
Miranty melangkah keluar rumah. Ke halaman. Mobil Bobby menunggu disana.
109 EXT. HALAMAN RUMAH - DAY
Miranty membuka pintu bagasi. Ia meletakkan jam meja digital dan lampu terapi yang dibawanya ke atas tas besar yang sudah ada di dalam bagasi mobil. Ia menutup pintu bagasi.
ANITA (O.S.)
Miranty masuk ke dalam mobil, duduk di kursi penumpang depan. Di kursi belakang, Samiah duduk tegang. Memandang rumah yang ditinggalinya selama puluhan tahun diluar jendela mobil.
Di kursi kemudi, Bobby memasang sabuk pengaman. Ia menoleh pada Miranty.
BOBBY
Miranty mengangguk. Mobil berjalan keluar pagar rumah.
MIRANTY (O.S.)
Mobil berjalan.
POV dari dalam mobil. Diluar jendela, pohon-pohon dan rumah-rumah bergerak. Miranty memejamkan mata sebentar. Membukanya kembali. Ia menoleh ke belakang. Samiah terpejam. Kepalanya bersandar ke jendela.
Miranty kembali melihat ke depan. Ke jalan tol yang membentang luas di hadapan mobil.
110 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - NIGHT
Di ruang kerja Anita, Miranty duduk di kursi depan meja kerja Anita.
Secarik kertas bertuliskan nama dan alamat ditaruh diatas meja.
ANITA
Anita berjalan ke sudut ruangan. Ia duduk di kursi sofa satu dekat jendela. Menyandarkan punggung dan kepalanya di sandaran sofa. Memejamkan matanya.
Miranty mengambil kertas itu. Rahangnya mengeras.
ANITA
Miranty mendongak cepat ke arah ibunya.
MIRANTY
Wajah Anita menegang.
MIRANTY (CONT'D)
Apa ibu pernah nyiapin sarapan, ngelonin tidur, mandiin, nemanin belajar, nyisirin rambutku, gosokin perut aku kalau malem-malem aku kebangun sakit perut?
Suara Miranty bergetar. Matanya basah. Anita mengalihkan pandangannya ke tangannya diatas meja.
MIRANTY (CONT'D)
(beat)
Pipi Miranty basah.
Anita tidak menjawab. Ia menatap keluar jendela.
ANITA
Anita tersenyum getir. Melirik Miranty.
ANITA (CONT'D)
(beat)
Anita menatap Miranty. Matanya berkaca-kaca.
ANITA
111 INT. MOBIL BOBBY - DAY
Miranty duduk merosot di kursinya. Memandang lemah ke jalan diluar jendela.
ANITA (O.S.)
Miranty melirik Bobby, gagah dengan kacamata hitamnya.
MIRANTY
Bobby tersentak. Menoleh cepat pada kakaknya sebelum segera melihat ke depan. Bobby mengerutkan keningnya.
BOBBY
Bobby tampak berpikir.
BOBBY
(beat)
Miranty memandangi adiknya, ujung sebelah bibirnya terangkat. Miranty melihat ke jalanan di depan. Jari-jarinya memainkan bibirnya sendiri.
BOBBY
(beat)
Miranty mengangguk-angguk sambil mengerutkan bibirnya.
MIRANTY
(beat)
Bobby tertawa kecil.
MIRANTY
Bobby menoleh pada Miranty dan menggeleng.
Bobby menyalakan lampu sen ke kiri.
BOBBY
Miranty mengangguk.
112 INT/EXT. REST AREA, MOBIL - DAY
Bobby memarkir mobilnya. Menarik rem tangan dan mematikan mesin. Miranty membuka pintu mobil.
MIRANTY
Di restoran, Bobby melahap cepat makanan di hadapannya. Miranty duduk di samping Samiah, di depan Bobby.
MIRANTY
Miranty menyodorkan tisu pada Bobby. Bobby mengambilnya dan mengelap keningnya yang berkeringat dengan tisu.
Samiah berhenti makan. Menyisakan separuh porsi di piringnya.
MIRANTY
SAMIAH
Miranty menggeser piring Samiah ke depan Bobby.
MIRANTY
BOBBY
Bobby duduk merosot, bersandar ke sandaran kursi sambil mengusap-ngusap perutnya.
Hening. Bobby dan Miranty sibuk dengan telepon genggam masing-masing.
SAMIAH
Miranty menoleh pada Samiah. Bobby masih melihat ke telepon genggamnya.
SAMIAH (CONT'D)
Miranty duduk tegak di kursi mereka masing-masing. Bobbyt melirik ke arah Samiah. Kepalanya masih menunduk ke telepon genggam. Bobby melirik Miranty. Lalu Samiah. Lalu Miranty. Samiah.
BOBBY
Miranty mengangkat sebelah tangannya ke arah Bobby. Memintanya untuk tenang.
SAMIAH
Bobby dan Miranty bertatapan.
MIRANTY
Samiah melihat Miranty dan Bobby bergantian. Tiba-tiba terlihat seperti teringat sesuatu. Samiah beanjak dari kursinya.
SAMIAH
Samiah berjalan cepat meninggalkan mereka. Miranty dan Bobby bertatapan sambil ternganga. Miranty cepat-cepat berdiri dan menyusul Samiah.
113 INT. MOBIL - DAY
Bobby melirik ke spion dalam. Dia bisa melihat Samiah memandang keluar jendela. Kembali memerhatikan jalan. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk stir mobil. Ia melihat spion lagi.
Tiba-tiba Samiah memandang ke spion. Membalas tatapan Bobby.
SAMIAH
(beat)
(beat)
Miranty dan Bobby saling pandang sesaat.
SAMIAH (CONT'D)
(beat)
114 INT. MOBIL - DAY
Samiah tertidur. Bobby menengok Miranty.
BOBBY
Miranty menoleh pada Bobby.
MIRANTY
BOBBY
MIRANTY
BOBBY
MIRANTY
BOBBY
MIRANTY
BOBBY
Miranty menunduk dan melirik Bobby.
MIRANTY
Bobby mengerang. Tawa Miranty pecah.
115 EXT. TOL - DAY
Matahari hampir terbenam. Mobil Bobby meluncur keluar tol.
116 EXT. DESA SAMIAH - NIGHT
Mobil Bobby meluncur di jalan menuju desa. Beberapa meter sekali mereka menjumpai rumah penduduk atau toko atau warung. Tertutup rapat. Lampu jalan semakin jarang ditemui. Miranty fokus pada layar telepon genggamnya, memerhatikan peta di layar.
MIRANTY
SAMIAH
MIRANTY
Mobil Bobby melambat dan berhenti di pinggir jalan. Di depan sebuah rumah joglo dengan halaman depan yang luas. Miranty dan Bobby memerhatikan layar telepon genggam mereka.
BOBBY
MIRANTY
117 EXT. DESA SAMIAH - NIGHT
Mobil berhenti di tengah jalan sempit. Kanan dan kirinya gelap. Miranty dan Bobby menganjurkan tubuhnya ke depan. Mencoba melihat apa yang ada diluar jendela mobil.
MIRANTY
Bobby menurut. Mobil terus berjalan dan melambat ketika menemukan tiang lampu jalan. Bobby menunjuk sebuah bangunam dengan papan di bagian depannya. Bobby membaca papan itu.
BOBBY
Miranty melihat ke arah yang ditunjuk Bobby.
MIRANTY
BOBBY
Miranty memandang Bobby.
BOBBY (CONT'D)
Bobby menguap. Mematikan mesin mobil dan menurunkan sandaran kursinya. Ia membuka sabuk pengaman. Merebahkan diri di sandaran kursi dan langsung memejamkan matanya. Miranty memandangi adiknya.
MIRANTY
Miranty membuka sabuk pengamannya, menurunkan sandaran kursinya. Ia menoleh dan melihat Samiah tertidur. Miranty bersandar, memejamkan matanya. Ia membuka matanya setelah beberapa detik. Ia memejamkan mata lagi. Gelap.
118 EXT. KANTOR DESA - DAY
Suara ketukan beruntun. Ketukan itu semakin kencang dan cepat. Bobby dan Miranty tersentak bangun. Samiah bergeser ke tengah kursi.
Bobby mengucek-ucek matanya. Menguap. Langit sudah terang. Sekarang mereka bisa melihat jelas bangunan kantor desa. Lahan kosong di sebelahnya. Di samping kanan jalan. Pohon-pohon di sepanjang jalan itu. Dan wajah yang menempel diluar kaca jendela pintu kursi Miranty. Miranty menjauh cepat dari jendela. Wajah seorang laki-laki yang tersenyum lebar. Gigi-giginya yang besar menarik perhatian Miranty. Laki-laki itu melambaikan tangannya. Ia berpindah ke jendela belakang. Melambai pada Samiah.
ORANG ASING
Laki-laki itu menunjuk dadanya sendiri.
ORANG ASING
Ia terus menunjuk dirinya.
SUTRIS
Miranty membuka kaca jendela. Ia menganguk pada Sutris.
MIRANTY
Miranty menoleh ke belakang. Samiah ternganga dan terpaku melihat Sutris. Bobby membukakan kaca jendela di samping Samiah. Miranty keluar dari mobil.
SUTRIS
MRIANTY
SUTRIS
Samiah keluar dari mobil. Sutris menyalami Samiah.
SUTRIS
(pada Samiah)
SAMIAH
SUTRIS
Samiah memandangi Sutris. Tersenyum segan dan menggeleng pelan. Senyuman Sutris surut. Ia menoleh pada Miranty.
SUTRIS
BOBBY
SUTRIS
Sutris menunjuk Kantor Desa. Miranty, Bobby dan Samiah sama-sama menoleh ke bangunan Kantor Desa. Bobby segera menoleh kembali pada Sutris.
BOBBY
SUTRIS
(Sambil berjalan ke pagar)
Sutris membuka gembok pagar. Sambil memasukkan motornya dan membuka pintu kantor, Sutris terus bicara.
SUTRIS
Mereka masuk ke ruangan kantor desa.
SUTRIS
BOBBY
Bobby segera berjalan ke arah yang ditunjuk Sutris.
MIRANTY
SUTRIS
119 INT. KANTOR DESA - DAY
Empat gelas berisi teh panas tersaji di meja tamu kantor desa. Tiga gelas diantaranya hampir habis. Samiah, Miranty, Bobby dan Sutris duduk di kursi yang mengelilingi meja itu. Beberapa pegawai kantor desa lainnya udah terlihat disana.
Sutris menatap Samiah.
MIRANTY (O.S.)
Sutris mengangguk-angguk. Berbisik pada Miranty.
SUTRIS
SAMIAH
Bobby menahan tawanya.
SUTRIS
(tertawa kecil)
SUTRIS
BOBBY
Sutris tersenyum dan mengangguk. Sutris menoleh ke belakang sesaat.
SUTRIS
Miranty dan Bobby mengangguk. Sutris beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke ruang berisi meja-meja kantor. Ia berbicara pada salah satu pegawai.
120 EXT. DESA SAMIAH - DAY
Sutris mengendarai motornya, beberapa meter di depan mobil Bobby. Miranty membuka kaca jendelanya. Tersenyum memandangi pemandangan diluar sambil setengah memejamkan mata. Kanan kiri jalan adalah sawah-sawah. Masih hijau terang padi-padinya. Di kejauhan siluet biru dan keabuan gunung-gunung membatasi horizon. Di pinggir sawah ditumbuhi pohon-pohon kelapa tinggi. Miranty menyandarkan kepalanya di ambang jendela.
Bobby melirik Miranty.
BOBBY
Miranty tergelak.
Motor Sutris melambat, memberi tanda pada mereka untuk melambat juga, dan menunjuk ke sebua rumah sederhana. Di depan rumah itu ada beberapa motor. Sutris menghentikan motornya, memarkirnya di pinggir dan turun dari motor.
Bobby menghentikan mobilnya. Menurut petunjuk Sutris dan mencari spot yang layak untuk parkir.
Sutris berdiri menunggu di depan rumah itu. Rumah itu tidak ada pagar. Dinding semen kombinasi kayunya pas berada di pinggir jalan tanah. Terdengar suara-suara orang dari dalamnya.
Bobby, Miranty dan Samiah turun dari mobil.
MIRANTY
Sutris menggeleng cepat. Tersenyum lebar.
SUTRIS
121 INT. WARUNG MAKAN - DAY
Sutris tertawa renyah sambil memasuki pintu kecil rumah itu Bobby, Miranty dan Samiah mengikuti Sutris. Setelah melewati pintu, mereka tiba di ruangan yang hanya mendapat cahaya dari pintu luar. Terlihat sekilas lemari kayu tua menghimpit di dinding. Sebuah sepeda dan motor tersimpat di ruangan itu. Sutris melintasi sebuah lorong yang diterang lampu kuning redup di langit-langitnya. Mereka bertiga terus mengikuti Sutris. Sutris berbelok di sudut.
Setelah berbelok, mereka melihat pintu keluar. Sutris melewati pintu itu.
Mereka tiba di ruangan yang lebih besar dan terang. Dindingnya anyaman bambu dan kayu. Sebuah tungku api menyala. Diatasnya, kuali besar berisi sayur menggelegak. Seorang wanita berpakaian sederhana dan rambut digelung kecil duduk di bangku bambu panjang dan lebar, hampir sebesar dipan, di dekat tungku, mengupasi bawang merah. Di atas kursi bambu terlihat wadah-wadah penuh dengan bumbu dan bahan masakan.
Panci-panci besar berisi makanan berderet di lantai. Di sisi dinding lain, orang-orang makan di kursi tanpa meja.
Bobby menelan ludah memerhatikan makanan di panci-panci besar.
Sutris menyapa ibu yang duduk sambil mengupas bawang. Ibu itu mendongak. Memandang Sutris, mengamati satu per satu rombongan tamu yang baru datang. Pandangannya berhenti saat melihat Samiah.
Cut to:
Sutris, Samiah, Miranty dan Bobby duduk di kursi kecil diatas lantai. Masing-masing memegang piring berisi nasi dan lauk. Bobby melahap makanan di piringnya dengan cepat.
Sutris makan sambil mengobrol dengan ibu yang tadi mengupas bawang, LASTRI. Bu Lastri duduk di dekan Samiah. Ia menepuk-nepuk lutut Samiah sambil berbicara dengannya. Mereka bicara dalam bahasa jawa yang tidak dipahami Miranty dan Bobby.
Miranty menatap Sutris.
Sutris menangkap maksud Miranty.
SUTRIS
Lastri mengatakan sesuatu dalam bahasa jawa pada Sutris. Sutris tertawa, lalu bicara pada Miranty.
SUTRIS
Miranty tersenyum.
Lastri mengatakan sesuatu pada Sutris. Kali ini kalimatya lebih panjang. Kemudian Lastri memanggil seseorang dari belakang dapur. Seorang wanita muda muncul membawa lap di tangannya. Mengusap-usapkan tangannya ke lap itu. Ia berjalan sedikit membungkuk dan berhenti beberapa langkah di depan Lastri.
Sutris mengeluarkan telepon genggamnya. Lastri mengatakan sesuatu pada perempuan muda itu. Si perempuan kembali ke dalam dan muncul lagi membawa telepon genggamnya. Ia menyebutkan sederet nomor pada Sutris. Sutris tampak mencatat nomor itu ke telepon genggamnya.
Sutris menoleh pada Miranty dan Bobby.
SUTRIS
Lastri memotong kalimat Sutris. Sutris menyimak dan mengangguk-angguk.
SUTRIS
Lastri kembali memotong omongan Sutris.
SUTRIS
MIRANTY
SUTRIS
Sutris berdiri dari bangkunya. Berjalan memutar sambil bicara di telepon dengan bahasa Jawa.
Di samping Miranty, Lastri dan Samiah kembali mengobrol dalam bahasa Jawa.
Sutris kembali ke bangkunya.
SUTRIS