Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Emong
Suka
Favorit
Bagikan
7. ACT 2 Pt. 4

105 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Ruang tengah sudah ditata sehingga tidak ada perabot yang menghalangi di tengah. Kursi-kursi sewa berjajar rapi. Semua menghadap ke halaman belakang rumah. Sebagian diduduki tamu-tamu. Di area halaman belakang, ada panggung rendah kecil dihiasi balon dan tanaman artificial. Hiasan serupa memenuhi latar belakang panggung.

Beberapa orang berkemeja putih dan celana hitam hilir mudik sambil membawa baki berisi makanan dan minuman. Sesekali menghampiri tamu yang terlihat tidak memegang makanan dan minuman.

Anita dan Ahmad berada di bagian terdepan barisan kursi, mengbrol dengan sepasang tamu.

Irine, duduk di sofa besar yang sudah dipindah dari tempat biasanya. Kakinya berselonjor ke bawah, ia memegang sebuah kipas besar dan mengipasi wajah dan lehernya dengan cepat. Di sampingnya, dua orang perempuan sebayanga duduk sambil mengobrol dengannya.

Miranty menoleh ke kanan dan kiri. Ia melihat Samiah tengah mengatur gelas-gelas minuman di meja panjang. Samiah mengenakan kebaya model sederhana dan kain jarik longgar. Miranty bergegas menghampirinya.

Seorang wanita sebaya Anita berjalan ke meja panjang, MERRY, riasan wajah tebal dan rambut disasak tinggi, mengambil gelas minuman. Ia menoleh pada Samiah di dekatnya, memerhatikannya sebentar sebelum menyapanya.

MERRY

(lantang, suaranya cempreng)

Yu Sami, ya? (terkikik)

Samiah tersentak dan menoleh pada Merry. Samiah menarik ujung bibirnya, mengangguk. Terus memandangi perempuan itu. Perempuan itu menaruh satu tangannya di dada.

MERRY

Bu Merry, Yu Sami. Masa lupa? Mamanya Rendra sama Elly, dulu sering kesini waktu mereka masih kecil. Sering main sama Irwan, sama Anty juga.

Mulut Samiah membentuk "O". Ia mengangguk-angguk.

MERRY

Sehat, Yu? Hebat lho, Yu Sami awet banget disini. Udah berapa tahun, ya, Yu? dari Elly masih bayi lho, ya. Sekarang Elly udah anak dua, udah tiga puluh delapan! Cucu-cucu saya udah gede-gede, udah ada lima. Ini Anita baru mau cucu pertama.

Miranty sampai beberapa langkah di belakang Merry. Ia menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan mulai melangkah ke arah berlawanan.

MERRY

Anty mana? Tadi mau ajak Elly tapi dia ada acara.

Samiah melihat ke arah Miranty dan menunjuknya.

SAMIAH

Itu Anty.

Merry menoleh cepat ke arah Miranty.

MERRY

Anty!

Miranty meringis dan memejamkan matanya rapat-rapat sebelum mengganti ekspresi wajahnya dan membalikkan badan pelan-pelan. Menghadap ke arah Merry. Ujung bibirnya ditarik paksa. Miranty berjalan canggung, menghampiri Merry. Merry merentangkan kedua tangannya.

MERRY

Anty! Apa kabar?

Merry memeluk Anty.

MIRANTY

Baik, tante.

Merry mengamati wajah Miranty.

MERRY

(memegang pipi Miranty)

Kok pucet banget mukamu? Itu lingkar matanya gelap banget, kurang tidur ya kamu ya? Lembur terus, sayang? Apa lagi hamil muda kamu, ya? (Mengusap perut Miranty). Iya?

MIRANTY

Nggak, tante.

SAMIAH

Anty nggak bisa tidur kalau malam. Makanya pucet.

Di sisi ruangan lain, Anita melihat mereka bertiga. Ia pamit pada tamu di hadapannya dan berjalanke arah mereka bertiga.

MERRY

Ooh... (pada Miranty) Tante pernah tuh kaya gitu, terus sama dokter tante dikasih obat langsung enak tidurnya. Apa tuh ya nama obatnya? Aduh apa ya, sebentar tante tanyain langsung nih ke dokternya ya.

Merry mengeluarkan telepon genggam dari tas kecilnya.

MIRANTY

Nggak usah, tante. Makasih banyak. Aku nggak apa-apa, kok.

Merry mendongak, matanya melebar.

MERRY

Eh, bahaya lho kalau nggak cepet ditangani itu--

ANITA

Lagi ngobrol seru apa ini?

Merry menoleh ke arah Anita.

MERRY

Eh! Ini lagi reuni kita! Seru! Aku tadi kaget lho. Yu Sami! (tangannya mengulur ke arah Samiah) Masih kerja disini! Awet banget, ya ampun! Hebat! (tertawa)

Anita tersenyum lebar.

ANITA

Oh, iya, emang luar biasa Yu Sami. Tigapuluh tahun lebih disini. Masih semangat kerjanya. (Pada Samiah) Yu, tolong ini gelas-gelas kosongya dibawa ke belakang ya.

Samiah mengangkat dua gelas setengah terisi di meja dan berjalan meninggalkan mereka.

MERRY

(lebih pelan)

Yu Sami masih gesit, kerjanya? Tadi aku liat ada mbak baru kayanya ya.

ANITA

Iya lah, segesit-gesitnya Yu Sami udah perlu ada yang bantuin ya buat ngurus rumah sebesar ini.

Merry menoleh pada Miranty. Tanganya mengelus lengan Miranty.

MERRY

Ini, lho, tadi lagi ngobrol sama Anty. Katanya lagi insomnia, aku baru mau ngasih tau obat tidur yang aku minum dulu tapi Anty nggak mau. (Pada Anty) Harus ditangani segera lho, itu, sayang. Nanti merembet kemana-mana, ke ginjal, ke jantung, amit-amit.

Dua tamu, perempuan, sebaya dengan Anita dan Merry, menghampiri mereka. Saling menyapa dan berpelukan.

ANITA

(menunjuk Miranty)

Ini Anty, anakku yang kedua.

Mereka menyapa Miranty. Miranty mengangguk. Tersenyum kikuk. Miranty melemparkan pandangannya ke arah pintu dapur.

MIRANTY

Eh, maaf, tante aku mau ke belakang dulu, eeh, mau ngecek makanannya udah keluar semua apa belum.

Merry memegangi lengan Miranty.

MERRY

Eh, bentar dulu dong, sayang, kita ngobrolnya belum selesai, nih. Kamu sekarang sibuk apa?

MIRANTY

Aku masih nulis aja, tante.

MERRY

Nulis? Oh kamu penulis ya. Great! Nulis apa? Buku, atau artikel gitu?

MIRANTY

Aku nulis skrip film, tante.

Merry membuka mulutnya lebar-lebar.

MERRY

Oh, wow! Keren! Film apa aja, film apa aja?

MIRANTY

Belum ada yang sampe bioskop sih, tante. Baru film-film pendek. Film-film indie--indipenden. Bukan film komersil.

Mulut Merry membentuk "O". Ia mengangguk-angguk, tidak sesemangat sebelumnya.

MERRY

Sukses ya, sayang. Enak kalau suami udah bisa provide sepenuhnya sih, kita perempuan bisa bebas ngejar cita-cita ya, bisa fokus tanpa pusing mikirin duit. (tertawa monoton)

(beat)

By the way, suamimu yang mana ya, tante agak lupa, maaf. Udah lama banget nggak ketemu, kan. Terakhir pas nikahan Irwan kayanya, deh.

Anita cepat-cepat menyahut.

ANITA

Suaminya lagi dines ke Singapur, Mer. Lagi sibuk-sibuknya ini. Aku aja jarang ketemu.

MERRY

Oh... gitu. Seneng ya. (pada Miranty) Bisa sering-sering ngintil dines, lumayan kan, pulang-pulang bawa tas baru. (terbahak)

Tatapan Merry beralih pada perut Miranty. Ia mengelus lembut perut Miranty. Miranty tersentak.

MERRY

(suaranya lebih pelan)

Trus kamu lagi program apa ini?

Mulut Miranty terbuka, tapi tak ada kata-kata yang terucap. Tanpa sadar ia menahan napas.

ANITA

Doain aja, ya Mer. Biar cepet nyusul kakaknya.

MERRY

(bicara lebih pelan dan lembut) Tante doain terus pokoknya, semoga cepet nyusul Mas Irwan ya.

Miranty menatap ibunya. Mulutnya mengerut. Ia menoleh tegas pada Merry.

MIRANTY

Nggak, tante. Aku nggak program apa-apa. Aku emang nggak pengen punya anak.

Miranty tersenyum lebar, mengangguk pada Merry, dua tamu lainnya, dan Anita, yang terbelalak.

MIRANTY

Aku permisi dulu, tante.

Miranty segera membalikkan tubuhnya, dan melenggang ke dalam. Merry dan dua tamu itu menatap Anita yang terdiam canggung.

106 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Miranty membuka kamar Samiah. Kosong. Ia menutup pintu kamar. Di area cuci seterika, Samiah keluar dari kamar mandi. Miranty datang menghampiri.

MIRANTY

Bik, temenin ke atas yuk.

SAMIAH

Kok keatas, kan acaranya belum selesai. Bibik kan harus bantu-bantu dibawah.

MIRANTY

Acaranya udah ada EO yang ngurusin, ada catering, ada Endah sama orang-orang suruhannya ibu yang nanti beresin. Bibik bebas tugas.

SAMIAH

Tapi kan Anty harus ada di bawah dong, kan ini acara keluarga. Ayo. Bibik juga mau lihat acaranya. Itu ada panggung segala mau ada apa, Bibik penasaran.

(beat)

Aduh. Bibik mau pipis lagi. Lagi beser. Sebentar.

MIRANTY

Beser lagi, Bik?

Samiah kembali masuk ke kamar mandi. Terdengar suara siraman air dari dalam kamar mandi.

MIRANTY

Bik, pake aja popoknya ya.

SAMIAH (O.S.)

Hih. Nggak mau. Orang di rumah aja, nggak pergi-pergi. Bisa ke kamar mandi. Ngapain.

Samiah keluar dari kamar mandi.

MIRANTY

Ya kalau lagi beser-beser udah aja dipake. Daripada bolak-balik. Apalagi ini mau acara, repot ke belakangnya.

Samiah menepis.

SAMIAH

Udah nggak apa-apa. Nanti kalau mau ke belakang yang tinggal cepet-cepet aja.

Samiah berjalan lebih dulu menuju ke dalam. Miranty menyusul di belakangnya, masih berusaha membujuk Samiah.

107 INT/EXT. RUMAH KELUARGA AHMAD, PANGGUNG ACARA - DAY

Seorang MC memegang mic di tangannya, berbicara lantang diantara Irwan dan Irine di panggung. Para tamu tertawa menonton si MC.

Anita, Ahmad dan kedua orangtua Irine duduk di barisan kursi paling depan.

Jauh terpisah dari tamu, Miranty, Bobby dan Samiah duduk. Samiah ikut tersenyum-senyum melihat kelucuan si MC. Miranty dan Bobby sibuk dengan telepon genggam masing-masing.

Di panggung, MC masih berkelakar. Irwan dan Irine tertawa-tawa. MC memberikan sebuah kotak besar pada Irwan dan Irine. Mereka berdua memegangnya.

CLOSE UP SAMIAH. Mata Samiah berbinar melihat Irwan dan Irine jauh di depan. Mengangkat lehernya karena terhalang tamu-tamu di depannya.

Miranty melirik Samiah. Ia melihat ke arah panggung. Kamera bergerakdari Samiah ke panggung sejenak sebelum kembali sibuk dengan telepon genggamnya.

CLOSE UP ke kotak yang dipegang Irwan dan Irine.

MC memberi aba-aba.

MC

Satu...
(beat)
Dua...
(beat)
Tiga!

SLOW MOTION

Irwan dan Irine cepat-cepat membuka kotak. Balon-balon berwarna merah muda terbang keluar dari dalamnya. Tamu-tamu bertepuk tangan, sebagian menjerit dan bersorak senang.

Irine tertawa lebar sambil menitikkan air mata. Irwan memeluknya erat.

Kamera bergerak mengikuti balon yang terbang semakin tinggi.

CLOSE UP wajah Samiah. Pupil matanya bergerak keatas. Samiah beranjak dari duduknya. Berjalan maju pelan.

Miranty dan Bobby masih fokus pada layar telepon genggam mereka masing-masing.

Cut to:

Balon merah muda di langit. Balon mulai bergeser keluar frame. Menyisakan tali balon yang bergerak mengikuti. Semakin tinggi.

Cut to:

POV belakang kaki telanjang Samiah melangkah di lantai, kain jarik menutup hingga mata kakinya.

Cut to:

Tali balon melayang di langit. Perlahan berganti menjadi benang layangan. Kamera bergerak ke ujung tali, menampilkan layangan putih. Bergerak-gerak di langit. Kontras di langit biru terang.

Cut to:

EXTREME CLOSE UP ke kedua mata Samiah.

Cut to:

POV Belakang kaki Samiah.

CLOSE UP ke kedua kakinya. Semakin cepat melangkah. Mulai menginjak bagian lantai teras.

Cut to:

Miranty menengok ke sampingnya. Kursi di sampingnya kosong. Miranty menengok ke kiri dan kanan. Ia berdiri.

Cut to:

Anita menoleh ke samping. Samiah melewatinya sambil memandang ke balon-balon yang terbang di langit.

Cut to:

Samiah sampai di tepi lantai teras, beberapa meter dari panggung. Kamera bergerak ke kaki Samiah. Ke lantai, tempat kedua kaki Samiah menapak.

Cut to:

CLOSE UP ANITA. Anita membuka mulutnya. Matanya melebar, panik.

Tamu-tamu di dekatnya melihat ke arah yang sama. Kamera mengikuti arah pandang mereka. Ke lantai teras. Ke tempat Samiah berdiri.

Cairan mengalir dari kaki Samiah ke lantai. Keluar dari balik kain jariknya.

CLOSE UP ANITA. Anita merapatkan bibirnya. Matanya melotot. Ia berdiri dan menoleh ke belakang.

Cut to:

Miranty berlari ke arah Samiah. Melewati tamu-tamu yang melihat ke arah Samiah sambil menutup mulut, berbisik-bisik.

Miranty sampai di samping Samiah. Wajahnya pucat. Ia merangkul Samiah dan menuntunnya lewat samping taman, ke pintu belakang.

Anita mengawasi mereka.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar