Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Delusi (write on title)
Suka
Favorit
Bagikan
1. Renjana

FADE IN

1. EXT. LAPANGAN. DAY

Sepasang kaki telah mendarat di lapangan yang begitu luas. Iren menghela nafasnya.

Insert : mengangkat tangan kanannya untuk menghalau sinar matahari dari wajahnya.

RENJANA (V.O)

Aku iren. Kata orang hidupku sempurna. Bahkan jauh sebelum aku dilahirkan.

CUT TO

2. EXT. HAL. RUMAH. NIGHT

3 mobil sport terdapat di halaman rumah mewah itu. Juga beberapa mobil klasik yang tersimpan di sudut rumah. Suara air mengalir dari air mancur menambah indah tempat itu. Apalagi di malam hari. Dengan beberapa lampu yang menyala dengan begitu indah.

INTERCUT

3. INT. KANTOR. DAY

Seseorang memasuki ruangan dengan setelan jas berwarna silver. Serentak orang-orang yang berada di ruangan itu berdiri, memberi hormat.

RENJANA (O.S)

Pagi yang selalu kami lalui bukan tentang bagaimana hangatnya suasana di ruang makan. Tapi lebih, dengan siapa kamu sarapan? Dan kontrak apa yang sudah kamu tanda tangani?

CONT’D

4. EXT. CAFE. DAY

Niko. 29 th. Dengan memakai kemeja putih, juga celemek yang dilingkarkan ditubuhnya. Ia mulai mengunjungi beberapa tamu dengan sikap yang ramah.

RENJANA (O.S)

Berapa banyak uang yang sudah kamu hasilkan?
Siapa yang kamu temui hari ini?
Terlahir dengan keadaan seperti ini, benar benar menyenangkan bukan? Bahkan,kamu tidak perlu berusaha lebih untuk hidupmu. Seolah-olah ini sudah disiapkan begitu saja.

DISSOLVE TO

5. EXT. LAPANGAN. DAY

Iren menghela nafasnya.tangannya bergerak memasang earphone ke telinganya. Langkahnya kembali berjalan melanjutkan putaran yang sebelumnya terhenti. Dalam pandanganny (pov) terasa begitu luas, nafasnya juga terasa begitu lega. Bukan seperti hari-hari sebelumnya.

INSERT : LAPANGAN YANG BEGITU LUAS DAN HIJAU.

RENJANA

(Kesal)

Issshhh

MONTAGE

1. Langkahnya kembali terhenti. 2. Kini ia mengubah posisinya menjadi jongkok. Lalu, mengaitkan kembali tali sepatunya yang terlepas. Tangannya menepuk nepuk sepatunya untuk memastikan.

3. Lalu perlahan ia bangkit. Pandangannya berubah. Apa yang tadi dilihatnya sudah jauh berbeda.

INSERT : Lapangan yang begitu ramai dan sesak.

4. Ia mengerutkan dahinya. Kedua tangannya memegang kepalanya. Lalu berputar untuk memastikan sekali lagi.

Bruuuk

5. Seseorang menabraknya hingga ia terjatuh.

INSERT: Melihat ke arah seseorang yang menabraknya. Orang itu, menyeringai tersenyum kearahnya.

6. Ia mengatur nafasnya yang terasa begitu sesak. Tubuhnya bergetar, seolah ada ketakutan yang menghampirinya.

DISSOLVE TO

6. EXT. TROTOAR - DAY

Setelah mencoba keluar dari lapangan tadi. Langkahnya terhenti diantara toko toko besar.

INSERT: - Menatap bayangan dirinya yang timbul di sebuah kaca besar.

- Kaki kanannya menendang nendang kecil ke jalan.

- Kepalanya menunduk.

- Beberapa orang dengan tubuh gempal memperhatikannya.

Ia menghela nafasnya.

Seseorang menepuk bahunya.

Tenggorokannya terasa kering, ia menelan ludahnya. Kemudian tanpa berbalik Iren langsung berlari meninggalkan tempat itu.

Ia berlari, melewati beberapa kerumunan orang dengan pikiran yang benar-benar tidak karuan.

INTERCUT

7. INT. MOBIL. DAY

Lalu lintas ibu kota sama seperti biasanya padat bahkan macet. Itulah kini yang dirasakan niko

Niko menyandarkan kepalanya ke jok mobil kemudian tangannya menghentak hentak kecil mengikuti irama yang terdengar dari tape mobil.

Niko

Dimana?

Niko bertanya melalui sambungan telpon.

INTERCUT

8. EXT.PERSIMPANGAN JALAN. DAY

Dengan langkah yang cepat iren melewati persimpangan jalan itu. Langkahnya cepat namun sorot mata nya menandakan kebingungannya.tangan nya juga tidak berhenti bergetar.

Bruukkk

Satu mobil sport merah berwarna putih itu menabrak Iren. Hingga membuatnya terpental. Dan berguling di aspal jalanan.

Orang-orang

(Berteriak, kaget)

Aaaah

Huhhh suara deru nafas Iren terdengar. Kedua tangannya berusaha membangkitkan tubuhnya. Dengan pertahanan kaki nya yang goyah Iren berdiri. Ia membungkuk lalu menepuk nepuk debu yang berada di tubuhnya. Tanpa memperhatikan orang di sekelilingnya Iren kembali berjalan dengan tenang meninggalkan tempat itu. Seolah olah tidak ada yang terjadi padanya.

INTERCUT

9. EXT. TROTOAR. DAY

Tami, 28th. Perempuan cantik yang mengenakan setelan jas juga celana senada berwarna abu, sepatu sneaker putih. Tas selempang yang ia kenakan di bahu sebelah kanannya juga satu cup berada di tangan sebelah kirinya. Sedangkan tangan kanan nya memegang telpon.

Ia terlihat senang usai menutup sambungan telponnya dengan seseorang.

INSERT: Langkahnya terhenti, sudut matanya melihat seseorang yang ia kenal melewati nya. Ia berbalik, kemudian mencoba mengejar seseorang yang dikenal nya.

TAMI

Ren,Iren

Iren membalikan tubuhnya menuju sumber suara.

Iren pov, dia melihat Tami, seseorang yang ia kenal sejak 2 tahun lalu. Dari sejak itu ia lebih sering bertemu dengan orang ini dibanding dengan keluarganya sendiri.

RENJANA

(Menyapa santai)

Hai

Tami mengernyitkan dahinya. Mulutnya terpenganga dengan apa yang ia lihat. Pakaian iren yang lusuh. Darah yang masih mengalir dari dahinya. Matanya yang sendu Juga sapaannya yang terdengar bergetar.

TAMI

Kenapa?

Tami bertanya. Kemudian tangannya berusaha memeriksa luka iren.

Iren menggeleng. Kemudian menangkis tangan Tami dari tubuhnya.

JUMP CUT TO

10.EXT. TAMAN KOTA. DAY

Tami membawa Iren jauh dari kerumunan orang. Dengan lembut Tami menyuruh iren duduk di salahsatu bangku taman kota. Sejak perjalananya tadi tak banyak yang dibahas iren. Ia lebih banyak diam.

TAMI

Tunggu disini yah. Aku ke apotik dulu.


10 menit berlalu.

Tami kembali. Dengan membawa kresek putih berisi obat, obat merah juga beberapa perban. Langkahnya terhenti, ia menggeleng. Melihat Iren sudah pergi.

Tami mendengus kesal.

Tanpa pikir panjang lagi, ia segera mencari Iren dan menanyakan ke orang orang sekitar. Namun, nihil tidak ada yang tahu.

Kakinya mulai kelelahan. Tami duduk di bebangkuan kosong itu. Kemudian tangannya mengeluarkan ponsel dari tasnya.

Ia mencari kontak bernama Niko.

INTERCUT.

11. EXT. BASEMENT, DI DALAM MOBIL. DAY

Niko menginjak rem mobilnya. Setelah mendengar kabar dari Tami.

Ia membanting setir mobil kemudian menginjak pedal gas dan langsung menuju tempat yang diberitahu oleh Tami.

Diperjalanan memori tentang masa lalunya kembali.

*FLASHBACK*

12. EXT. TAMAN. DAY

RENJANA

Abang

Seorang gadis kecil memanggilnya. Untuk meminta bantuan. Gadis itu datang dengan menuntun sepeda yang lebih besar darinya.

RENJANA

Abang

Panggilnya lagi sambil menarik narik baju Niko.

Niko menoleh.

Iren menunjuk.

INSERT : Salahsatu pedagang ice cream.

Dengan sorot matanya Iren memberi tahu Niko bahwa ia menginginkan itu.

*Flashback off*

13. EXT. TAMAN. DAY

Niko POV, Ia mengeluarkan nafas yang begitu berat dan kasar. Usianya terpaut sangat jauh dari Iren. Permintaan-permintaan kecil Iren yang sekarang sudah jarang bisa ia dengar. Karena kesibukannya Niko jarang bisa bertemu Iren. Walaupun mereka satu atap.

INSERT : Niko memejamkan matanya, kemudian memijat dahinya dengan tangan sebelah kiri.

Ia membuka matanya perlahan. Kemudian satu sosok dengan pakaian yang tampak familiar nampak dari tempatnya.

Dengan langkah yang sangat pelan. Niko menghampiri sosok itu.

14. EXT. TAMAN-BANGKU. DAY.

Tami mencoba mengatur nafasnya. Sudah lama ia mencari Iren. Namun anak itu belum muncul juga.

Kringg

Satu notif masuk ke ponselnya.

INSERT : Kontak Niko, di layar ponsel Tami

Tami membukanya.

INSERT : Muncul satu gambar. Didalamnya berisi gambar Iren yang tengah duduk menyilangkan kedua kakinya di salahsatu sudut taman. Juga terlihat beberapa kucingnya yang berada di sekelilingnya.

Tami masih memperhatikan gambar itu. Kemudian bunyi satu pesan muncul lagi

INSERT : satu pesan masuk, dari Niko.

Aku langsung ke kantor, ada meeting. Iren masih disana. Kamu samperin ya.

Kemudian satu pesan berisi shareloc muncul dalam layar itu.

Tami menggeleng. Tatapannya seperti sedang mengumpat.

Ia segera mengambil tas nya kemudian menuju tempat keberadaan Iren.

INTERCUT

15. INT.RUMAH- DAPUR. DAY

Kini Tami sedang berada di depan wastafel. Ia membersihkan beberapa noda darah yang berada di telapak tangannya juga bagian pergelangan bajunya. Ia mematikan air keran. Lalu mengambil beberapa tisue untuk mengeringkan tangannya.

Matanya menatap ke arah rumah yang begitu sepi.

Kini tangannya berusaha mengambil satu gelas. Lalu meletakkannya di meja. Menaruh beberapa sendok gula, menaruh satu teh celup lalu menuangkan air panas.

JUMP CUT TO

16. INT. RUMAH-KAMAR IREN. DAY

Di atas kasur, Kini sudah ada Iren dengan tatapannya yang kosong. Udara dingin datang begitu menyeruak. Entah sudah berapa lama ia seperti ini. Obat yang diberi Tami pun tidak berefek apa-apa padanya.

INSERT : Kaki kanannya keluar dari ranjang, beranjak dari tempatnya. Langkah demi langkah ia lalui. Hingga akhirnya ia sampai di jendela besar miliknya. Dengan perlahan ia membuka gorden jendela kamarnya.

Ia menghela nafasnya. Menggeleng. Melihat beberapa orang yang dilihatnya tadi, Sudah berada di halaman rumahnya.

INSERT : Orang-orang yang berada di halaman, mengenakan baju berwarna hitam dengan tubuh gempal, menatap ke arah Iren.

INSERT : Langkahnya berjalan mundur. Pertahanannya goyah, Ia terjatuh.dan dadanya kembali terasa sesak.

Satu bayangan muncul dari balik jendela.

Nafasnya semakin berderu. Kepalanya menggeleng dengan kuat. Mengisyaratkan menolak kehadiran orang itu.

Orang itu datang semakin dekat. Bahkan dia berhasil membuka jendela Iren. Kini tampak seseorang dengan bertubuh gempal dan menyeramkan terlihat sangat jelas.

Iren berusaha bangkit, kemudian berlari menuju pintu kamarnya.

INSERT : Tangannya meraih gagang pintu kamarnya.

RENJANA

(Berdecak kesal)

Issshhh

Pintunya terkunci.

RENJANA

Bang Abang. Buka. Tolong, tolongin Iren

INSERT: menepuk nepuk pintunya. Berusaha menghasilkan suara agar ada yang mendengarnya.

Wajahnya berbalik. Ia menatap orang orang yang semakin mendekat. Ia menggeleng, kemudian berusaha lepas dari orang-orang itu. Satu tangan besar menahan tubuhnya. Iren menggeleng dengan tatapan sayu ia mencoba lepas dari genggaman tangannya. Namun nihil, Iren kehabisan tenaga. Pandangannya mulai kabur dan semua terasa gelap. Bahkan sangat gelap.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar