Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Delusi (write on title)
Suka
Favorit
Bagikan
6. SHADOW
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

MATCH CUT TO:

58. EXT. PINGGIRAN JALAN HUTAN. NIGHT

Fx: suara hujan yang semakin deras.

Insert : Kilatan cahaya yang menyambar langit.

Sepasang kaki Niko berjalan di atas becekan air hujan. Melewati derasnya hujan ia berjalan menghampiri Iren.

Iren masih menari-nari kecil sembari menikmati setiap tetesan air hujan yang menimpa tubuhnya.

Di kepalanya kini terdengar sebuah lagu yang menemaninya dan membuat tubuhnya bergoyang secara otomatis.

Insert: Lengan besar Niko menyentuh tubuh Iren.

Iren menghentikan aktifitas nya. Langkahnya terhenti dan secara otomatis tubuhnya berbalik menghadap Niko.

NIKO

(Berdecak kesal)

Aish

Bola matanya kembali memperhatikan Iren dari ujung kaki hingga rambutnya.

Insert: ujung topi yang di kenakan Iren terlihat mengeluarkan tetesan hujan. Sudah jelas bahwa seluruh bagian tubuh dan bajunya basah kuyup. Sebuah sayatan terdapat di dahinya, dengan darah yang terlihat masih basah, di bagian pinggir lukanya terdapat tanah yang menempel. Di ujung sudut bibirnya ia juga terluka.

Bola mata Niko menatap ke arah bawah.

Lengan Iren bergetar. Ujung jari jemarinya terlihat mengeriput.

Niko menundukkan kepalanya melihat ke arah kaki Iren yang menapak tanpa mengenakan alas apapun. Darah mengalir menyatu dengan air hujan di bagian bawah kakinya.

NIKO (CONT'D)

(Mengerang, menahan amarahnya)

Aaaaaaaah

Ia mengusap seluruh bagian wajahnya dengan kedua tangannya.

NIKO (CONT'D)

Apakah diam adalah hal yang sulit untuk di lakukan?

Pertanyaan Niko hanya di tatap dingin oleh Iren.

NIKO (CONT'D)

Kamu mau kemana?
Kan Abang udah bilang 'jangan ke mana-mana'
Kalau kamu mau pergi abang sama kak Tami bisa anter.

Iren mengalihkan pandangannya dari Niko.

NIKO (CONT'D)

Lihat abang!

Memutar kepala Iren agar melihat ke arahnya.

NIKO (CONT'D)

Kamu ngga kedinginan Ren? luka kamu gimana?
Apa ngga sakit?

Iren menggeleng. Ia tak bisa merasakan apapun selain rasa senang karena bisa bertemu dengan teman lamanya.

RENJANA

(Dingin)

Iren gapapa.
Abang bisa pergi ga? Kalau abang masih disini temen Iren bakal pergi lagi.

Niko menggeleng tak mengerti dengan ucapan yang di dengarnya.

NIKO

(lemas)

Ren

Insert: lengan Iren menepis lengan Niko yang menahan tubuhnya.

Niko mempererat cengkeraman lengannya dari tubuh Iren. Menahan anak itu agar tidak pergi.

RENJANA

Awas!

Niko menggigit bibir bagian bawahnya.

NIKO

(Pinta)

Plis, sadar Ren!
Disini ngga ada siapa-siapa.
Cuman ada kita!

RENJANA

Abang aneh!
Buka mata Abang, lihat kesana.
Disana temen Iren lagi nunggu. Dari tadi kita main dan semuanya baik-baik saja.
Tapi, pas lihat Abang dia pergi, takut.

Niko membelalakan matanya.

RENJANA (CONT'D)

(Memohon)

Iren mohon, biarin Iren sendiri.

Niko menggelengkan kepalanya, ia kehilangan kata-katanya.

NIKO

(Membujuk)

Kita pulang sekarang, yah!

Iren menggelengkan kepalanya menolak dengan tegas ajakan Niko.

RENJANA

Iren ngga nyangka abang kaya gini.
Ternyata abang sama aja kaya yang lain.
Ngga percaya sama apa yang Iren bilang. Dan pasti sekarang abang juga mikir Iren gila kan?

NIKO

(Berteriak)

Iren, jaga omongan kamu.

Fx : Suara tamparan keras.

Insert: untuk pertama kalinya Tami berlaku kasar kepada Niko. Ia menampar pria itu dan memintanya berhenti.

TAMI

Cukup, Ko.

Niko melangkahkan kakinya menjauh dari Iren dan Tami.

Tami memperdekat jaraknya dengan Iren. Lengannya merangkul tubuh anak itu ke dalam pelukannya.

Tak ada yang dilakukan Iren ia tidak membalas atau menolak rangkulan lengan Tami.

TAMI (CONT'D)

Apa dia masih disini?

Iren mengangguk pelan.

RENJANA

(Tersenyum sumringah)

Dia kembali, datang.

Insert: Satu sosok kembali muncul menyapa Iren.

TAMI

(Menjelaskan pelan-pelan)

Sekarang, kamu terluka. Meskipun tidak sakit tetap harus di obati. Jika tidak, kamu akan kehilangan banyak darah.

RENJANA

(Bertanya polos)

Jika kehilangan banyak darah Iren tidak bisa bertemu dengan teman Iren lagi?

Tami mengangguk setuju, lengannya mengusap-usap rambut Iren.

TAMI

Tidak hanya teman kamu. Tapi abang...?

RENJANA

Ayah juga?

Tami menganggukkan kepalanya kembali.

RENJANA (CONT'D)

Iren tidak mau hal itu terjadi.
Tidak bisa bertemu teman adalah hal yang sulit untuk Iren dan membuat Iren kesulitan bernafas.

TAMI

Maka dari itu. Tolong bilang ke dia 'Kamu harus pergi' dan nanti ajak dia bertemu lagi di tempat yang jauh lebih menyenangkan.

Iren mengangguk setuju.

Lengannya melepaskan tubuhnya dari rangkulan Tami.

Ia berjalan ke arah pohon yang begitu besar dan berbicara di sampingnya.

Lima menit berlalu, Iren memasuki mobil.

DISSOLVE TO:

59. INT. RUANG RAWAT INAP-RS. DAY.

Iren terbaring di ranjang rumah sakit. Selang infus tersambung di lengan kanannya. Sementara di lengan kirinya terlihat perban yang membaluti seluruh bagian telapak dan punggung tangannya. Sebuah plester terletak di dahinya menutupi luka sayatan. Begitu pun dengan bagian telapak kakinya yang terbalut oleh perban.

Sebanyak apapun luka yang berada di tubuhnya, Iren tetap tidak bisa merasakannya.

RENJANA

(Terbangun)

Aahhh

Iren beranjak dari posisinya.

Ia menoleh ke sisi kirinya. Terlihat Tami yang duduk di sampingnya.

TAMI

(menyapa senang)

Hai

Iren membalasnya dengan sebuah senyuman.

RENJANA

Kemarin, apakah kakak benar bisa melihatnya?

Tami mengangguk pelan.

TAMI

Bisa, tapi hanya samar-samar.
Apakah Iren bisa memperkenalkannya?

Iren mengangguk mengiyakan.

RENJANA

Tapi, tidak sekarang.

TAMI

Kenapa?

RENJANA

Jika keadaannya ramai, ia tidak akan datang.

TAMI

(memastikan)

Dia datang saat Iren sendiri?

Iren mengangguk, setuju.

RENJANA

Dia tidak suka keramaian.

TAMI

(Bersikap putus asa)

Kakak sangat ingin mengenalnya.
Kemarin, kakak lihat Iren pandai melukis.
Apa Iren bisa melukis teman Iren untuk kakak?

Tami mengajukan pertanyaan secara pelan dan pasti kepada Iren.

RENJANA

Ok

Tami menyerahkan satu buah buku dan pensil kepada Iren.

Iren menggerakkan lengannya membuat sebuah sketsa.

Tami mengernyitkan dahinya.

Insert: Gambar yang di gambar Iren terlihat menampilkan sosok yang sangat mirip dengan dirinya sendiri.

TAMI

Sejak kapan kalian berteman?

RENJANA

Satu tahun yang lalu.

Iren menjawabnya dengan lengan yang masih terus menggambar.

RENJANA (CONT'D)

Tapi, enam bulan terakhir. Iren tidak bisa menemuinya.
Karena itu, akhirnya kami bertengkar.

Tami mengernyitkan dahinya, mencoba memahami setiap kata yang keluar dari mulut Iren.

TAMI

Kalian bertengkar?

RENJANA

Iya, kemarin di hutan.

TAMI

Kenapa?

RENJANA

Dia marah, karena Iren tidak pernah menemuinya.

TAMI

Beneran?

Iren mengiyakan.

RENJANA

(Kesal)

Jika bukan karena dia Iren tidak akan mendapat luka-luka ini.

Iren menunjukkan luka-luka yang di dapatnya.

Tami menghela nafasnya.

Membayangkan Iren bertengkar dan melukai dirinya sendiri membuat hatinya terasa sakit.

TAMI

Ini salah Ren, seorang teman tidak akan melukai temannya sendiri.

Iren menatap tajam ke arah Tami.

RENJANA

Tidak, Iren tidak apa-apa.
Meskipun harus terluka Iren senang bisa menemuinya.

Tami memejamkan matanya, ia semakin penasaran dengan hal yang tengah di alami Iren.

Niko berdiam di ambang pintu mendengar semua percakapan yang di lakukan Iren dan Tami.

Berdasarkan hal ini, Niko meminta Tami untuk menjadi dokter psikiater untuk Iren.

FLASHBACK OF








Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar