Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Delusi (write on title)
Suka
Favorit
Bagikan
2. Badai

17. INT. RUMAH- PINTU KAMAR IREN. DAY

Tami kembali dari dapur, dengan membawa segelas teh di tangan kirinya. Langkah kakinya terhenti di sebuah pintu yang cukup besar. Ia mengatur nafas nya kemudian tangan kanan nya meraih gagang pintu.

Kreeek

Tami membuka pintu kamar depannya Iren. Pandangannya terbelalak ketika melihat Iren yang sudah terbaring di depannya.

Match Cut To

18. INT. RUMAH- TANGGA DAN LORONG. NIGHT

Dengan langkah cepat Niko menaiki satu persatu anak tangga. Sorot matanya tak berhenti melihat hal-hal di sekelilingnya.

Kakinya terhenti, tangan kirinya membuka kancing kerah bajunya. Kemudian ia menghembuskan nafasnya. Tangan kanan nya membuka gagang pintu kamar Iren dengan perlahan.

Dissolve To

19. INT. RUMAH- KAMAR IREN. NIGHT

Dibalik pintu itu terdapat seseorang dengan tatapan yang kosong. Tubuhnya menghadap kearah dinding. Ia memeluk erat kedua kakinya dengan tangannya. Kemudian ia menundukkan kepalanya. Lalu, menggoyang goyangkan tubuhnya.

Niko mengeluarkan nafas lega. Kemudian menutup kembali pintu kamar Iren.

Cut to

20. INT. RUMAH- DEPAN KAMAR IREN. NIGHT

Niko membalikan badannya, kemudian tubuhnya berjalan ke arah sebelah kiri. Menghampiri seorang perempuan yang tengah duduk menyandar di sebuah lorong itu.

Match Cut To:

21. INT. RUMAH-LORONG SEBELAH KAMAR IREN. NIGHT

Tami. Ia duduk dengan menyilang kan kedua kakinya. Ia mencoba mengatur nafasnya yang sejak tadi terasa sesak. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kemudian menundukkan kepalanya. Kemudian ia memainkan ibu jari dengan jari telunjuknya.

Hingga akhirnya datang sosok Niko. Tangan Niko langsung menggenggam tangan Tami. Membuat aktifitas yang dilakukannya terhenti.

Tami menatap ke arah orang yang didepannya. Tatapannya nanar. Namun, berbeda dengan orang di hadapannya yang terlihat begitu tenang.

Niko mengangguk seolah olah ia mengerti apa yang dirasakan Tami. Kemudian tangan kanannya menepuk-nepuk punggung tangan Tami. Seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

Tami mencoba melepas genggaman tangan Niko. Ia membangkitkan tubuhnya. Kemudian tangannya merapihkan rambut nya yang kusut.

TAMI

Kamu udah Dateng? Kita bawa iren ke rumah sakit sekarang yah.

Ajak Tami. Kemudian pergi meninggalkan Niko dari tempatnya.

Dengan langkah yang lebih besar Niko menghampiri Tami, dengan tepat ia berhenti di hadapan Tami. Hingga berhasil membuat langkah Tami terhenti.

Niko menggeleng.

TAMI

Kenapa?

Niko terdiam. Tak menjawab

TAMI

Iya kenapa? Kita perlu tahu kondisi dia kan, ko. Kamu ga khawatir?

Niko mengalihkan pandangannya dari Tami.

TAMI

(Emosi, menaikan nada suaranya)

Kalo kamu gabisa yaudah. Aku bisa bawa sendiri.

Kemudian tangan Niko bertindak. Ia menahan lengan Tami dengan tangannya. Tatapan matanya begitu tajam. Kemudian kembali menggeleng.

Pranggg

Terdengar suara benda pecah dari kamar Iren.

Niko dan Tami saling berpandangan. Tiga detik kemudian Tami langsung melepas genggaman tangan Niko. Lalu berlari menuju pintu kamar Iren.

Jump Cut To:

22. INT. RUMAH- KAMAR IREN. NIGHT

Setibanya di depan pintu kamar Iren. Tami mengeluarkan nafas beratnya. Matanya tak berhenti melihat ke arah kamar iren yang sudah jauh berantakan. Pecahan beling-beling sudah berserakan.

Pandangannya terhenti di satu sosok anak yang tengah duduk diujung kasur. Dengan menatap ke arah jendela.

Niko yang mengikuti Tami dari belakang menyaksikan apa yang ada di depannya. Berbeda dengan Tami yang masuk ke kamar Iren. Ia hanya diam dibalik pintu kamar Iren.

Iren memejamkan matanya kemudian menutupinya dengan salah satu telapak tangannya. Dalam pikirannya ia berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ingatan terakhirnya sebelum ia tertidur ada beberapa orang yang berusaha membawanya, sehingga membuat kamarnya terlihat kacau sekali.

Namun, aneh bahkan setelah ia bangun apa yang dilihatnya tidak benar-benar terjadi. Seolah-olah itu hanya bayangannya saja. Semua desain awal di kamarnya. Terlihat biasa, tidak ada kerusakan satupun. Semuanya benar-benar rapi.

Tami menghampiri Iren. Kemudian ia melihat lihat luka yang ada di tangan Iren. Beberapa serpihan kaca masih terlihat di telapak tangannya. Iren mencoba menepisnya. Kini hanya sorotan matanya yang tajam yang ia perlihatkan.

Tami bergegas menuju ruangan sebelahnya.

Niko berjalan mundur memberi ruang,agar bisa keluar dari kamar Iren. Sejak tadi ia hanya mencoba mengurangi kontak matanya dengan Iren.

Cut To:

23. INT. RUMAH- RUANGAN TAMI. NIGHT

Beat= Suara decitan sepatu memenuhi ruangan.

Tami, ia bergerak dengan cepat mengambil beberapa peralatan p3k juga beberapa hal lainnya. Satu benda kecil menarik perhatiannya, karet. Ia mengambil benda itu kemudian mulai mengikat rambutnya dengan benda itu.

Tanpa berlama lama lagi ia segera menuju kamar Iren.

Montage

24. INT. RUMAH-KAMAR IREN.NIGHT

Tami memasuki kamar iren dengan tergesa-gesa. Langkahnya terhenti setelah melihat isi kamar yang sudah kosong. Tami membalikan badannya. Kemudian dengan bahasa tubuhnya ia menanyakan keberadaan iren kepada Niko.

Niko mengangkat kepalanya, kemudian dengan sorot matanya ia memberi jawaban atas pertanyaan Tami.

Tami mengangguk mengerti. Ia bergegas membereskan beberapa pecahan-pecahan beling di sekitarnya.

25. INT. RUMAH- DEPAN KAMAR IREN. NIGHT

Beat = Bunyi telpon masuk.

Niko mengecek handphonenya. Kemudian menekan tombol berwarna hijau. Ia melangkah kakinya menghindar suara bising dari tempatnya.

26. INT. RUMAH-KAMAR IREN. NIGHT

Beat = Dercikan suara air keran terhenti.

Iren membuka pintu kamar mandinya. Kemudian kembali ke ruangann. Dari sudut pandangnya ia dapat melihat Tami tengah membereskan kamarnya.

Iren menggeleng, langkahnya mundur hingga tubuh bagian belakangnya menabrak dinding kamarnya. Pertahanan iren goyah. Kakinya tidak dapat menahan beban tubuhnya lagi. Hingga

Akhirnya pertahanannya roboh.

Mendengar suara seseorang jatuh, membuat aktifitas Tami terhenti. Ia menoleh kebelakang. Terlihat iren yang tengah duduk dengan menunduk.

Dadanya kembali terasa sesak. Tanpa alasan air matanya mengalir begitu saja. Tangan kanannya memegang kepalanya. Ketakutan dan rasa marah itu bercampur aduk.

Ia memejamkan kedua matanya untuk beberapa saat. Ia membangkitkan tubuhnya. Kemudian dengan langkah pelan dia mendekati Tami.

Tami hanya terdiam, melihat kedatangan iren. Ada yang berbeda dari anak itu. Ia seperti dipenuhi amarah. Tami mencoba bangkit dari posisinya. Kemudian berusaha menghentikan iren yang mengambil benda tajam disebelahnya.

Usaha Tami gagala, ia kalah cepat dari Iren.

Kini dengan benda tajam ditangannya. Iren kembali mendekati Tami.

Tami menggeleng, ia berjalan mundur. Mencoba memperjauh jaraknya dengan iren.

Iren menatap tajam ke arah Tami. Ia tersenyum menyeringai seolah olah akan membunuhnya.

Tami tersudut, kini jaraknya dengan iren kurang dari selangkah. Iren mendekatkan benda tajam itu ke dekat leher Tami.

Tami berusaha mengatur nafasnya.

RENJANA

Gimana? Seneng, lihat orang kesakitan.

Iren bertanya dengan tatapannya yang tajam.

RENJANA

(Nada suaranya melemah)

Kenapa,kenapa baru sekarang?

Iren bertanya lagi. Namun, Tami tidak menjawabnya. Ia menggigit bibir bawahnya.

RENJANA

(Berteriak kesal)

Tadi kemana aja?

Tami mengepalkan tangannya dengan kuat. Nafasnya semakin tidak karuan.

Cut To:

27.INT. RUMAH- DEPAN KAMAR IREN. NIGHT.

Mendengar suara teriakan iren membuat Niko menghentikan perbincangannya di telpon. Ia mematikan telfonnya. Kemudian melihat kearah kamar Iren. Namun dari balik pintu itu tidak terlihat apa-apa. Ia menghela nafasnya. Kemudian kaki kanannya berhasil melewati pintu kamar iren. Dengan langkah ragu ia mulai mendekat ke arah Tami dan Niko.

Tubuhnya melemas. Ketika melihat iren yang sudah menyudutkan Tami dengan benda tajam yang

Hampir melukai Tami.

Dari arah sebaliknya, Tami meminta Niko berhenti.

NIKO

(Memanggil dengan suara pelan)

Ren.

Iren menghentikan aktivitasnya. Kemudian kepalanya menoleh ke arah sumber suara. Matanya berbinar ketika melihat Niko di belakangnya. Dia, orang yang selama ini ia rindukan. Setelah berbulan bulan lamanya mereka bertemu kembali.

Seketika ketakutan besar menghampiri dirinya. Air matanya jatuh begitu saja. Ia menjatuhkan benda tajam yang berada di tangannya. Kemudian berjalan mundur menjauh dari Tami. Ia berbalik, dengan langkah gusar ia melewati Niko dan berjalan ke arah sudut kamarnya.

Insert: Ia memegang kepala dengan kedua tangannya. Seketika terdengar isakan tangis dari Iren.

Dug-Dug

Di sudut kamar itu ia mulai membentur benturkan kepalanya.

BRUK

Pertahanan Tami roboh. Sepeninggalan Iren ia langsung tergulai lemah.

Niko membongkokkan setengah tubuhnya.

NIKO

(Berdengus kesal)

Aaahhh

Dadanya terasa sesak melihat kedua pemandangan di depannya. Ia membangkitkan tubuhnya. Kemudian kakinya melangkah mendekati Iren.

Kedua tangannya mulai meraih tubuh kecil iren. Ia mulai membalikan tubuh iren kedalam pelukannya.

NIKO.

Maaf, maaf baru datang. Pasti sakit sekali bukan?

Iren mengangguk mengiyakan pertanyaan Niko. Kemudian memeluk Niko dengan erat.

Tangan kiri Niko mengelus-elus punggung Iren dan berusaha membuatnya tenang. Tangan kanannya merogoh saku kanannya untuk mengeluarkan suntikan yang berisi obat penenang.

Ia membuka tutup suntikan itu dengan mulutnya, kemudian dengan perlahan menusukkan jarum suntik itu Ke lengan Iren. Beberapa detik kemudian pelukan tangan Iren melemah, tangannya terjatuh ke udara, matanya mulai memejam. Dengan tubuh kokoh Niko dia berhasil menahan tubuh Iren. Ia mengangkat tubuh Iren kemudian meletakkannya ke ranjang.

Setelah itu, ia menghampiri Tami yang masih terduduk. Kedua tangannya langsung membantu Tami agar bangkit, dan membawanya ke sofa. Tanpa banyak bicara. Niko langsung memberi satu gelas air kepada Tami. Kemudian ia membawa satu mangkok air beserta lap. Ia duduk berhadapan dengan Tami kemudian meletakkan barang bawaannya di meja.

Tangan kirinya mengangkat dagu Tami, kemudian ia meniup-niup leher Tami dengan perlahan.

Tangan kanannya bergegas mengambil lap yang sudah ia basahi, kemudian membersihkan darah dari leher Tami secara perlahan. Mengoleskan obat merah. Lalu menutupnya dengan plester berukuran besar.

Tami terdiam, menurut dengan apa yang dilakukan Niko. Sejak tadi pandangannya tidak berhenti dari Niko ia mengangkat tangan nya kemudian menyapu air mata yang menetes di pipi Niko.

NIKO

(rintih)

Maaf

TAMI

It’s ok. Aku gapapa.

Terlihat tangan Tami menyusuri lengan besar milik Niko. Kemudian menepuk-nepuk punggung tangan Niko.

Cont'D

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar