Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
JANTER
DIO
Udah selesai sama dunia yang itu? dunia hayalan lo? Udah kesampaian kan mimpi ketemu Tan Malaka? Berarti lo udah bisa fokus pada dunia lo sekarang.
JANTER
DIO
JANTER
Mendengar ucapan itu, Nova berteriak ke Janter, Dio berbalik arah, secepat kilat memukul Janter – Janter tergeletak, Alvin langsung menahan tubuh Dio - Alvin menarik kerah baju Dio – Nova berteriak untuk menyudahi konflik panas yang sedang terjadi
NOVA
DIO
ALVIN
DIO
JANTER
Mendengar ucapan Janter, Alvin dan Nova melihat Dio.
ALVIN
Nova yang dari tadi menangis makin mengerang - Nova menuruti perintah Alvin. Sekarang hanya tinggal Alvin dan Janter, Alvin membereskan apa-pa yang berserakan akibat keributan yang baru terjadi – Tiba-tiba Janter juga meminta Alvin untuk ikut pergi
JANTER
JANTER
Alvin tersentak, menatap mata Janter, lalu mencampakkan kotoran-kotoran yang semula mau ia bersihkan ke lantai – mengambil tas dan peralatannya lalu keluar kos – mengucapkan sesuatu tepat di depan wajah JANTER
ALVIN
Alvin pergi dan meninggalkan Janter yang tinggal di kos. Tanpa membersihkan terlebih dahulu, ia merebahkan diri di kasur, memandang langit-langit kamarnya. CUT TO:
EXT. HALTE BUS – SORE.
Bus pergi – Janter duduk di halte, menunggu gelap dan langsung menuju Kota Tua
CUT TO:
EXT. WARUNG KOPI, WULAN, 1945 –MALAM, CONT.
Setelah menyusuri jalan yang sama saat mengejar Tan Malaka, Janter duduk di warung kopi tempat ia kemarin – ia memesan kepada pelayan perempuan yang merupakan anaksang pemilik. JANTER Saya kopi hitam satu ya.
PELAYAN
CUT TO:
EXT. KOTA TUA – CONT.
Alvin, Dio dan Nova mendatangi wilayah kota Tua yang sudah sunyi - mereka mencoba mengikuti jejak Janter, ingin mengetahui kebenaran perjalanan waktu yang dialami Janter. Tiba-tiba di balik sebuah dinding di dekat mereka berdiri, terdengar suara seorang sedang memimpin barisan pasukan – Alvin panik, Nova penasaran, Dio yang dari tadi cuek menjadi lebih peduli.
ALVIN
DIO
ALVIN
Dio berjalan mendekati sumber suara, sementara Alvin dan Nova semakin panik dan melarang Dio – seseorang keluar dari lorong tersebut, mengenakan peci dan pakaian formal khas di tahun ‘45.
ALVIN
Dio yang sudah melihat lantas bernafas lega – lalu mendatangi tempat Alvin dan NOVA berdiri. DIO Gak ada, cuma orang bikin konten.
ALVIN
DIO
NOVA melihat sesuatu di dekat situ, handphone Janter yang sudah dalam keadaan hancur dan rusak.
NOVA
CUT TO:
EXT. WARUNG KOPI, WULAN, 1945 – CONT.
Pelayan perempuan tadi memberikan pesanan kepada JANTER - ia masih terkesima dengan pelayan tersebut..
PELAYAN
JANTER
Karena mata Janter yang masih melihatnya, pelayan tersipu malu dan menanyakan maksudnya.
PELAYAN
JANTER
Si pemilik yang mengetahui interaksi tidak wajar antara keduanya, segera memanggil si pelayan yang adalah anaknya sendiri.
PEMILIK WARUNG
PELAYAN
selang beberapa saat, Chaerul Saleh datang dan langsung memergoki Janter.
SALEH
JANTER
SALEH
JANTER
SALEH
JANTER
Tan Malaka melewati warung kopi, dilihat oleh Janter dan memanggilnya – Saleh berbisik ke Janter.
JANTER
SALEH
JANTER
Tidak ingin terlihat mencurigakan, Tan Malaka mengiyakan ajakan Janter – dan duduk di sebelah Janter – mereka berdua berhadap-hadapan dengan Saleh.
JANTER
Janter memancing agar Hussein bergabung dengan pembicaraan mereka. Saleh tidak menjawab, memberi kode-kode agar pembicaraan soal demonstrasi tidak dibicarakan di depan orang yang masih asing.
JANTER
SALEH
TAN MALAKA
SALEH
TAN MALAKA
Saleh langsung mengerti apa yang dimaksud oleh Ilyas Hussein (Tan Malaka)
JANTER
TAN MALAKA
SALEH
Tan Malaka yang hendak pergi, kembali duduk dan mendengarkan Saleh.
SALEH
TAN MALAKA
Mendengar penjelasan Ilyas Hussein, (Tan Malaka) Saleh tidak terkejut karena sudah pernah mendengar Ilyas Hussein mengucapkan hal yang serupa dalam suatu forum. TAN MALAKA Kita harus mengubah ketakutan orang Indonesia menjadi keberanian.
JANTER
TAN MALAKA
Saleh dan Janter menggelengkan kepalanya.
TAN MALAKA
CUT TO:
INT. RUANG KELAS – SIANG.
Dosen baru selesai memberi kuliah di kelas JANTER menyapa teman-temannya yang lain, tanpa melirik Alvin sedikit-pun.
DOSEN (O.S)
MAHASISWA/I
JANTER
CUT TO:
EXT. RUANG E2 – SIANG.
Nova, Dio dan Alvin duduk bertiga, dengan makanan dan minuman masing-masing, membicarakan situasi mereka dan kondisi Janter.
ALVIN
NOVA
ALVIN
NOVA
DIO
Alvin dan NOVA terdiam mendegar keluh kesah Dio – lalu Nova balik bertanya ke Dio.
NOVA
ALVIN
DIO
NOVA menundukkan dan menutup matanya yang mengeluarkan air mata – Alvin membalas perlakuan Dio.
ALVIN
DIO
NOVA
Beberapa mahasiswa yang mendengar teriakan Nova berkumpul di sekitar mereka, melihat kelompok Mahasiswa yang bersahabat ini baku pukul.
ALVIN
DIO
ALVIN
Dio mengambil tasnya, dan beranjak pergi meninggalkan NOVA dan Alvin.
NOVA memegangi handphone Janter dan masih menangis - sementara Alvin tampak gusar..
CUT TO:
INT. PERPUSTAKAAN – SIANG
JANTER mencari-cari buku tentang Tan Malaka yang belum ia baca – ia menemukan buku karya Harry Poeza di salah satu rak, yang menceritakan situasi Tan Malaka dan Indonesia paska pembacaan Proklamasi JANTER duduk di perpustakaan membaca halaman/halaman dengan telaten, menyamakan garis waktu saat ia di dunia Tan Malaka.
JANTER (O.V)
CUT TO:
EXT. HALAMAN PERPUSTAKAAN – CONT.
Setelah terlibat konfrontasi dengan Nova dan Alvin, Dio pergi ke halaman perpustakaan – duduk-duduk di sana menenangkan isi kepalanya. Tidak berapa lama, ia melihat JANTER keluar dari perpustakaan – JANTER berjalan ke arah Dio.
JANTER yang ingin kembali ke parkiran berselisih dengan Dio yang duduk di halaman, mereka berpapasan tanpa mengucapkan satu kata pun. Wajah Dio yang merah, menyesal sekaligus frustasi terhadap situasinya dan pertemenannya. JANTER berjalan ke arah parkiran dengan wajah dingin.
CUT TO:
EXT. RUANG E2 – SIANG.
NOVA menangis tersedu-sedu - Alvin yang masih murka dengan ucapan Dio.
CUT TO:
EXT. TEPI JALAN, 1945 – MALAM.
Jakarta hujan lebat, Janter yang ingin mencari temannya terpaksa menepi untuk berteduh. Di sana ia melihat para tentara Jepang berpatroli dengan senjata lengkap – mereka juga menanggalkan beberapa poster berisi pesan kemerdekaan yang lengket di pohon dan dinding-dinding. Tidak terlalu lama, dari kejauhan seseorang berlari ke arah janter, ternyata ia adalah Tan Malaka yang juga ingin berteduh.
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka membenahi badan dan mengipas-ngipas badan dan mengosok-gosokkan tangganya, mengambil secarik kertas dan memastikan kertas tersebut dalam kondisi yang baik-baik saja.
JANTER
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka tidak menjawab pertanyaan Janter. Suara guntur bersahut-sahut-an membuat mereka harus berbicara dengan suara yang agak lantang.
JANTER
Tan Malaka terkejut.
TAN MALAKA
TAN MALAKA
JANTER
TAN MALAKA
JANTER
TAN MALAKA
JANTER
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka kembali terkejut dengan pertanyaan Janter.
JANTER
Tan Malaka mencoba tenang.
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka melihat langit dan merasa hujan berangsur-rangsur reda.
TAN MALAKA
Mendengar jawaban Tan Malaka, Janter tersenyum kecil.
TAN MALAKA
3 perempuan – yang salah satunya adalah Wulan jalan terburuburu di depan Janter dan Tan Malaka berteduh, Wulan menatap Janter malu – dan sebaliknya..
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka memukul kepala Janter. Janter menyusuri jalan dengan berlari sambil menutupi kepala dengan tangannya. Tan Malaka kembali memastikan kertas yang disimpannya masih dalam keadaan baik, sampai ia melanjutkan kembali perjalannya,
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA, SEPEDA, 1945 – MALAM.
Wikana dengan sepedanya baru menyelesaikan sebuah urusan. Ia melihat Janter yang sedang kebingungan, Wikana memanggil Janter.
WIKANA
WIKANA
JANTER
WIKANA
CUT TO:
EXT. JALAN, DI SEPEDA, 1945 – CONT.
Mereka berdua berboncengan menujugedung Menteng 31.
WIKANA
JANTER
WIKANA
CUT TO:
EXT. LUAR GEDUNG MENTENG 31, 1945 – CONT.
Wikana dan Janter tiba di di depan Gedung. Wikana merapikan posisi sepeda dan membagi bawaannya kepada Janter.
WIKANA
JANTER
CUT TO:
INT. DALAM GEDUNG MENTENG 31, KAMAR INTEROGASI, 1945 – CONT.
Janter dan wikana masuk - suasana dalam gedung sedang sangat sibuk, tapi tidak berisik, takut menimbulkan kecurigaan dari luar – Wikana mengajak Janter ke kamar interogasi untuk mengemasi barang yang dibawa Wikana dan menjelaskan kepada Janter mengenai rencana yang sedang disusun kelompok Menteng 31
WIKANA
JANTER
WIKANA
JANTER
WIKANA
CUT TO:
INT. GEDUNG MENTENG 31, RUANG BELAKANG, 1945 – CONT.
Semua orang mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Janter menggergaji bambu untuk bendera merah putih – di sebelahnya, Saleh mengetik sesuatu, Kamerad 1 mendatangi Saleh. Kamerad 1 menyerahkan sebuah dokumen pada Saleh.
SALEH
JANTER
SALEH
JANTER
SALEH
JANTER
Janter lanjut menggergaji bambu-bambu – melihat seluruh kerja sama yang terjalin dalam satu gedung mengingatkannya pada saat ia, Alvin, Dio, Nova dan teman-temannya yang lain. Saleh memutarkan kursinya dan menghadap Janter
SALEH
JANTER
SALEH
Saleh kembali ke posisi semula dan mengetik kembali.
SALEH
JANTER
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA, DI SEPEDA, 1945 – CONT.
Kamerad 1 diminta membonceng Janter untuk mengantarkannya pulang ke Warung Kopi.
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER Cara Bung mengendarai sepeda jauh lebih baik dari Saleh, apalagi Wikana Setiap dibonceng Wikana dan Saleh selalu bikin pantat saya sakit..
KAMERAD 1 DAN JANTER
CUT TO:
EXT. RUANG E2 – PAGI.
Janter membaca buku Madilog, Nova datang dari belakang dengan dengan wajah keheranan – Dengan hati-hati, Nova duduk di depan Janter. NOVA Kamu gak masuk?
JANTER
NOVA
Nova merogoh tasnya – mengambil handphone Janter yang ia temukan di Kota Tua.
NOVA
JANTER tidak mejawab. Nova Meletakkan handphonenya di atas meja – lalu mendorongnya ke arah Janter.
JANTER
NOVA
JANTER Memerhatikan handphonenya dengan seksama - masih takjub.
JANTER
NOVA
JANTER
Nova kecewa dengan jawaban Janter– ia kembali mengecek kembali handphonennya. * 88.
NOVA
JANTER
Setelah berjalan, Nova kembali mendatangi Janter.
NOVA
CUT TO:
EXT. TEPI JALAN, 1945 – MALAM.
Kamerad 1 dan Janter berkeliling kampung, menemui warga dan membagik-bagikan selebaran, poster dan perlatan yang mengundang warga untuk datang di aksi raksasa di lapagan IKADA. Kamerad 1 sudah di sepeda, sementara Janter masih berbincang-bincang bersama warga.
KAMERAD 1
JANTER berjalan menuju sepeda kamerad 1.
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
CUT TO:
INT. WARUNG KOPI, WULAN, 1945 – CONT.
Kamerad 1 memesan kopi dan gorengannya kepada penjaga warung – lalu ia melihat Wulan yang menyiapkan gorengan – ia memanggil Wulan untuk datang ke mejanya dengan Janter.
KAMERAD 1
Wulan mendatangi Kamerad 1 dan Janter.
WULAN
KAMERAD 1
WULAN
KAMERAD 1
Janter dan Wulan bersalaman, tapi tangan mereka menempel cukup lama.
KAMERAD 1
JANTER
WULAN
KAMERAD 1
Kamerad 1 mengganggu Janter, karena salaman yang panjang barusan
JANTER
KAMERAD 1
Tan Malaka berjalan masuk ke warung itu – Kamerad 1 yang tahu reputasi Ilyas Hussein agak gugup dengan kedatangannya..
KAMERAD 1
Tan Malaka duduk berdekatan dengan Janter dan Kamerad 1.
TAN MALAKA
JANTER
KAMERAD 1
TAN MALAKA
KAMERAD 1
TAN MALAKA
Janter dan Kamerad 1 berdebat dan saling sikut mengenai apakah orang di depannya perlu menerima selebaran dan poster yang mereka cetak – Tan malaka langsung mengerti masalahnya..
TAN MALAKA
KAMERAD 1
TAN MALAKA
JANTER
Tan Malaka terkejut mendengar Janter karena kalimat yang ia sampaikan adalah kalimat yang ingin disampaikan oleh Tan Malaka sendiri.
TAN MALAKA
KAMERAD 1
TAN MALAKA
JANTER
TAN MALAKA tidak memberikan jawaban.
CUT TO:
INT. GEDUNG BIOSKOP MAXIM, 1945 – MALAM.
Ilyas Hussein alias Tan Malaka tampil untuk pertama kalinya di depan publik, di depan gedung bioskop Maxim – Saleh, wikana dan penghuni Menteng 31 mondar-mandir, mereka menyuruh Kamerad 1 untuk berjaga di luar gedung – mengajak Janter.
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
CUT TO:
EXT. HALAMAN BIOSKOP MAXIM, 1945 – CONT.
Kamerad 1 bersama Janter dan beberapa kawan-kawan lain keluar * gedung untuk mengamati situasi sekitar – Samar-samar suara Tan Malaka keluar gedung – Kamerad menyalakan rokok.
TAN MALAKA (O.S)
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
JANTER
KAMERAD 1
Hanya menebak-nebak. Ia pejuang kemerdekaan yang konsisten, tapi misterius. Saking misteriusnya, namanya dipakai pihak Jepang untuk memukul perjuangan, bahkan mengadu domba. Janter hanya mendengarkan ocehan Sidik.
JANTER
Salah seorang pemuda ingin masuk ke dalam gedung, menyalam dan bertanya kabar keduanya.
D.N. AIDIT
SIDIK
D.N AIDIT
Aidit masuk.
SIDIK
JANTER
CUT TO:
EXT. HALAMAN GEDUNG BIOSKOP MAXIM - CONT.
Beberapa orang keluar, acara di dalam sepertinya sudah usai. Wulan yang ternyata mengikuti rapat keluar gedung dan sedang mencari-cari temannya, ia mau pulang karena baginya waktu sudahterlalu larut.
KAMERAD 1
WULAN
KAMERAD 1
WULAN
Iyaa, saya mau balik, takut bapak khawatir, tapi masih harus nunggu Sri.
Sidik menyarankan agar ia diantarkan oleh Janter.
SIDIK
WULAN
SIDIK
Janter tidak mengerti maksud Sidik.
SIDIK
JANTER
KAMERAD 1
Janter mengambil sepeda, menaikinya dengan susah payah.
KAMERAD 1
Janter yang sudah cukup nyaman dengan sepedanya, memanggil Wulan.
JANTER
WULAN
Kamerad 1 membisikkan sesuatu ke telinga Janter.
SIDIK
SIDIK
CUT TO:
EXT. JALAN, 1945 – CONT.
Janter dan Wulan naik sepeda menuju rumah Wulan – Janter mengingat-ngingat perkataan Sidik tentang menambah kawan.
JANTER (O.V)
Karena melamun, sepeda yang dikendarai Janter tidak stabil.
WULAN
Janter menghentikan sepedanya, dan menanggapi Wulan.
JANTER
JANTER
Mereka berdua kembali menyusuri jalan dengan sepeda.
WULAN
JANTER
WULAN
JANTER
WULAN
JANTER
CUT TO:
EXT. WARUNG KOPI, WULAN – CONT.
Wulan dan Janter baru sampai di depan rumah sekaligus warung Kopi Wulan.
WULAN
JANTER
WULAN
JANTER
Mereka saling membalas senyum, dan suasana awkward - Di dalam dapur warung kopi suara piring berjatuhan terdengar sangat keras ke luar.
JANTER
WULAN
CUT TO:
EXT. PERKAMPUNGAN, 1945 – MALAM.
Janter, bergantian dengan Wikana, Saleh dan Kamerad 1 keluar masuk kampung, berdiskusi dengan warga setempat – menyampaikan rencana aksi demonstrasi yang akan dilaksanakan di lapangan IKADA.
CUT TO:
INT. GEDUNG MENTENG 31 – MALAM.
Rapat terakhir untuk demonstrasi besar besok hari sedang berlangsung – Janter dan Wikana baru masuk ke dalam gedung setelah keluar masuk kampung – Saleh memimpin rapat – seseorang sedang menyampaikan laporan dan aspirasi untuk mempertajam rencana aksi demonstrasi. Wikana mendatangi Saleh dan membisikkan sesuatu – sementara Janter duduk di barisan belakang.
SALEH
WIKANA
SALEH
CUT TO:
INT. RUANG KELAS – SIANG.
Kelas baru saja selesai, Alvin memberanikan diri untuk berbicara dengan Janter, menyempaikan kabar bahwa Dio baru saja dijambret dan luka parah.
ALVIN
JANTER terkejut, tidak bisa berkata-kata.
ALVIN
JANTER
ALVIN
JANTER
CUT TO:
EXT. HALAMAN MENTENG 31 – MALAM.
Suasana chaotic akibat pembubaran massa demonstrasi di lapangan IKADA sudah mulai reda saat Janter tiba – semua orang tampak sumringah tanda pencapaian aksi demonstrasi sudah sesuai dengan harapan - seseorang datang ke Janter, membagi batu-batu kecil sebagai jaga-jaga.
JANTER
PRAMOEDYA A. TOER
JANTER
Janter menyadari sesuatu.
JANTER
PRAMOEDYA ANANTA TOER
JANTER merasa takjub.
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Pekerjaan mengisi kemerdekaan masih sangat banyak. Tetap hati-hati. Saya ke sana dulu, masih ..
Janter mengitari halaman gedung, mencari seseorang yang ia kenali – ia melihat Wulan tertunduk lesu sendirian – Janter * lari dan menggotong Wulan ke dalam gedung dan memberikan perawatan seadanya
CUT TO:
INT. GEDUNG MENTENG 31 – CONT.
Janter memanggil-manggil pertolongan tapi orang-orang masih sibuk dengan urusan masing-masing – seorang pemuda menyarakan Janter mendudukkan Wulan dan memulihkan kesadaran akibat kelelahan.
Janter membuat Wulan duduk – memberinya minum.
WULAN
JANTER
Sidik membawakan teh manis.
JANTER
SIDIK
Janter memberikan minumnya untuk Wulan.
JANTER
CUT TO:
EXT. DEPAN GEDUNG MENTENG 31 – MALAM.
Suasana sudah lebih tenang, Janter mendatangi Sidik yang * sedang merokok di teras gedung.
JANTER
SIDIK
JANTER
SIDIK
JANTER
SIDIK