Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dari Aksi ke Aksi
Suka
Favorit
Bagikan
5. Dari Aksi ke Aksi V
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. GEDUNG MENTENG 31, DAPUR, 1945 – CONT.

Mereka bertiga duduk mengelilingi meja makan.

SALEH

Kalau kau bukan mata-mata, lantaskau ini siapa? Saleh dan Janter duduk, Wikana masih berdiri membuatkan kopi – Janter masih dengan muka ketakutan

WIKANA

Minum kopi? (bertanya ke JANTER)

JANTER

Makasih

WIKANA

Iya, atau tidak?

SALEH

Bung, panggil Bung saja.

WIKANA

Pakai susu?

JANTER Tidak usah, yang ada saja, Bung.

SALEH

Lalu ke mana selama beberapa hari ini?

JANTER

Sebenarnya, keluarga saya ada yang sedang sakit.. Wikana membawa kopi – duduk dan bergabung bersama Saleh dan Janter

WIKANA

Minum

JANTER

Erm, Terima kasih Bung

SALEH

Sakit apa?

JANTER

Demam, badannya panas.

WIKANA

Itulah yang dibawa penjahat kolonial di negeri ini, penindasan, penyakit. Sudah sembuh?

JANTER

Sudah lumayan, itu kenapa saya baru bisa mampir lagi.

Salah seorang kawan mereka datang, duduk dan membicarakan desas-desus Tan Malaka yang sedang meningkat.

KAMERAD 1

Pembahasan soal Tan Malaka udah semakin gila, Bung, semua orang mengaku Tan Malaka, di Padang, orang-orang Jepang menciptakan Tan Malaka, di Sulawesi, Sumatera, iadi peralat justru untuk menidurkan kesadaran masyarakat juga.

Kamerad 1 meminum kopi milik Janter.

KAMERAD 1

Bung Karni mana?

WIKANA

Sedang sibuk. Mau menyiapkan aksiuntuk 19 September.

KAMERAD 1

Dia yang udah pernah ketemu Tan Malaka kan? Suruh dia memotret wajahnya, atau paling tidak membuat selebaran sketsa berwajah Tan Malaka.. Jangan sampai ketidaktahuan kita terhadap wajahnya jadi bumerang untuk pergerakan kita.

SALEH

Kita akan koordinasikan secepat mungkin dengan Bung Karni. Susah sekali bertemu dengannya akhir-akhir ini JANTER Hee, jadi masih ada yang belumtahu wajah Tan Malaka, ya?


WIKANA

Masih banyak yang belum, hanya segelintir orang yang mengenali wajahnya.. KAMERAD 1 Sebentar. dia siapa?(menunjuk wajah JANTER)

SALEH

Orang tersesat...

KAMERAD 1

Bung percaya? Tidak khawatir intelijen-intelijen sialan itu? Sudah diinterogasi?

JANTER

Saya JANTER (menjulurkan tangan –yang kemudian disambut kamerad 1)

Wikana hanya senyum tanpa berupayaikut mengklarifikasi soal Janter.

WIKANA

Memang sebaiknya pencarian Tan Malaka harus dipercepat, Sebelum memberikan dampak buruk bagiproses perjuangan mempertahankan kemerdekaan?

SALEH

Tahu Tan Malaka? (bertanya kepadaJanter) JANTER Saya? Saya juga tidak tahu..

CUT TO:

INT. KAMAR NOVA – MALAM (CONT).

NOVA menelfon Alvin untuk kesekian kalinya menanyai keberadaan Janter, yang juga tidak diketahui oleh Alvin.

NOVA

Ini udah jam berapa?... Terus gue mau nanya siapa lagi dong? Kan yang ada di kos janter cuma elu Vin.Gue khawatir (Menangis)..

CUT TO:

INT. KAMAR KOS JANTER – CONT.

Alvin yang kesal mencoba menenangkan Nova.

ALVIN

Nov, udah, lu tenang aja. Janter udah besar, paling dia pulang sendiri. Udah, lu gak usah nangis, begitu Janter pulang, gue langsung kabarin. Udah, diem..

CUT TO:

EXT. PINTU GERBANG GEDUNG MENTENG31, 1945 – CONT.

Saleh dan Wikana ingin mengantarkan Janter pulang.

SALEH

Ayo, saya antar pulang.

JANTER

Antar, ke warung tadi saja

SALEH

Jauh sekali. Ayo, ayok. Bung, Saya pamit antar Janter.

CUT TO:

EXT. HALAMAN WARUNG KOPI, 1945 – MALAM (CONT).

Saleh dan Janter berboncengan dan sampai di pintu warung. Sambil memperbaiki posisi sepeda, Salehmemesankan beberapa hal kepada Janter.

SALEH

Begini, situasi tengah genting belakangan. Jepang baru saja kalah perang, Indonesia baru merdeka, masih rapuh. Sangat mudah untuk direbut kembali. Untuk memperkokoh kemerdekaan, beberapa hari ke depan akan ada pawai besar dari Republik. Pemberitahuaannya sudah tersebar, Kumpetai-kumpetai Jepang akan berkeliaran memata-matai seluruh wilayah. Berhati-hati-jika tidak mau mati.

JANTER

Baik..

Saleh pergi meninggalkan Janter yang memegangi pantatnya yang sakit luar biasa. Begitu ia ingin masuk warung, Tan Malaka melintas dari punggungnya – Janter menyadari bahwa itu Tan Malaka (masih dengan nama samaran, Ilyas Husein). Janter tidak memanggilnya, melainkan mengikuti Tan Malaka dari belakang.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA, 1945 – CONT.

Setelah diikuti cukup jauh, Tan Malaka yang dari awal menyadarinya, mencoba mendikte gerak JANTER dan mencari tampat untuk memojokkan penguntitnya.

CUT TO:

EXT. BEKAS PENYIMPANAN BARANG,1945 – CONT.

Karena mengetahui medan lebih baik, Tan Malaka membuat aksi kejar-kejaran ini berlangsung cukup lama dan menegangkan, hingga sampai ke sebuah tempat bekas penyimpanan barang tidak terpakai, Tan Malaka sudah memegang pecahan kayu – ia menjulurkannya ke depan Janter yang baru tiba beberapa saat.

TAN MALAKA

Kau siapa? Kenapa mengikuti? Janter yang panik sepanjang mengikuti Tan Malaka, terkejut melihat Tan Malaka dengan kuda-kudayang sudah siap.

JANTER

Maaf, Pak, Saya JANTER, saya hanya penasaran, saya bukan mata-mata Jepang (Berusaha mendekati Tan Malaka).

TAN MALAKA

(Masih dengan ancang-ancangnya) Jangan mendekat. Kenapa tidak memanggil saja jika ingin bicara..

JANTER

Ehh, Saya ragu, Pak Tan.

Mendengar Tan, giliran Tan Malaka yang panik karena identitasnya diketahui.

TAN MALAKA

Ha? (Panik) Anda tahu dari siapa?

JANTER

Dari buku, saya baca buku Anda,ada gambar wajah anda di sampulnya, saya pengagum tulisan-tulisan Anda.

TAN MALAKA

melemparkan kayu tepat ke lengan Janter.

CUT TO:

EXT. WARUNG KOPI, WULAN, 1945 – CONT.

Tan Malaka dan Janter memutuskan minum kopi di sebuah warung dekat tempat mereka bertemu. Setelah pantat, tangan JANTER merasakan sakit di tangan sebelah kanannya – setelah mengantarkan pesanan keduanya, pemilik warung berbisik-bisik dengan salah satu pengunjung.

PEMILIK WARUNG

Apa benar Tan Malaka ada di Padang? Katanya di sana dia mendukung pemerintahan Jepang.

PENGUNJUNG

Saya gak tahu. Ada yang bilang diadi Banten, di Makassar, ada juga yang bilang dia lagi jalan-jalan di sekitar sini.

PEMILIK WARUNG

Jangan mengada-ngada kamu, lhasaya ini kenal wajah Tan Malaka yang asli, gak pernah lihat dia di sini.

PENGUNJUNG

Kalau pun di sekitar sini, dia gakakan minum kopi di sini pak, Tan Malaka juga pilih-pilih. Pengunjung dan Pemilik warung tertawa.

Sementara Janter dan Tan Malaka mendengar obrolan dua orang itu dengan perasaan was-was – Janter masih tidak percaya orang yang bersama di mejanya adalah sosok yang ia sangat kagumi: Tan Malaka.

TAN MALAKA

Panggil saya Hussein, nama saya Ilyas Hussein (Berbisik).

Janter Mengangguk.

TAN MALAKA

Kau kawan anak-anak muda itu?

JANTER

Anak-anak muda? Yang tadi? Chairul Saleh? Tan Malaka Iya. JANTER Iya, baru beberapa hari bergabung.

TAN MALAKA

Kau mendukung kemerdakaan Indonesia juga? (meminum kopinya).

JANTER

Iya, saya mendukung kemerdekaan 100%

TAN MALAKA

Marxis?

JANTER

Saya membacanya sedikit-sedikit.

TAN MALAKA

Bagus. Mendukung Indonesia merdeka sepenuhnya saja sudah bagus. Ada banyak orang Indonesia yang tidak mau merdeka secara sosial, politik dan ekonomi sepenuhnya. Berharap dunia akan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa perlu berusaha, terus mendoa agar surga itu datang.

JANTER

Ah, saya hanya ikut-ikutan saja,ada banyak kawan-kawan saya yang lain berkeinginan lebih kuat mendukung.

TAN MALAKA

Kau tidak merasa terinjak? JANTER Ya.

TAN MALAKA

Cacing yang diinjak pun akan bergerak ke kiri dan ke kanan, apalagi Manusia. Kuatkan keinginanmu. Buku apa yang kau baca?

Janter yang hanya mengarang cerita, menjawab asal.

JANTER

Massa aksi.

Janter dan Tan Malaka meminum kopinya.

TAN MALAKA

Apa kesimpulanmu terhadap buku itu?

Janter kembali diam, karena ia memang benar-benar tidak pernah membaca buku tersebut.

TAN MALAKA

Untuk kemerdekaan itu, kita butuh strategi, kita butuh program, kita butuh pengerahan massa.

JANTER

Demonstrasi?

TAN MALAKA

Ragu saya Anda sudah membaca bukunya atau belum. Buku itu saya tulis sebagai koreksi atas aksi-asi yang selama ini dilakukan. Aksi Massa. Kehendak suatu masyarakat tak akan ada gunanya apabila tak ada pergerakan revolusioner. Aksi massa yang Revolusioner.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS JANTER – PAGI.

Janter tidur di lantai sementara Alvin tidur di tempat tidur – Janter bangun dengan mata melotot, tidak bergerak. Alvin bangun dan terkejut ketika menyadari Janter yang sudah ada di bawah.

ALVIN

Lu pulang?

Janter tidak mendengarkan Alvin,ia senyum-senyum – sambil memegang tangan kanannya yang kesakitan.

ALVIN

Ter?

Ia bangun dan pergi ke kamar mandi– menghiraukan Alvin – Alvin langsung mengambil handphone-nya dan mengirimkan pesan ke Nova.

ALVIN (PESAN TEKS)

Pacar lu udah pulang

NOVA (PESAN TEKS)

Oke, gue ke ke sana. ALVIN (PESAN TEKS) Kayaknya pacar lu udah gila deh..

NOVA (PESAN TEKS)

Gak usah macem-macem, gue otw.

Janter kembali dari kamar mandi, melihat-lihat poster Tan Malaka yang menempel di dinding kamarnya..

JANTER

Gila. Gue baru aja ngobrol sama ini orang. Gue seneng banget. ALVIN Lu bisa ngomong aja, gue udah seneng Ter.

CUT TO:

EXT. HALAMAN KOS JANTER – CONT.

Dio dan Nova datang bersamaan di kos JANTER – Nova diantar ojek online, Dio mengenderai motor sendiri. DIO Lo ke sini juga? NOVA menggangguk/menahan tangis.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS JANTER – SIANG.

Nova dan Dio masuk, Janter dan Alvin yang sudah sudah menyiapkan makanan untuk mereka semua langsung menyambut JANTER Ehh, ayo-ayo makan, tadi kita udahbeli untuk kalian. Nova yang sejak tadi menahan amarah lantas mnumpahkan semuanya ke Janter - ia memukuli JANTER dan dengan segera dipisahkan oleh Alvin dan Dio.

NOVA

Tangan kamu kenapa? Kamu dari mana aja? Setidaknya hubungin aku, kalau kamu gak mau aku tahu, gak bisangehargai aku, ngomong ke Alvin, kasih tahu Dio! Jangan diem aja! Aku khawatir ..

Nova jongkok, dan menangis – ia ditenangkan bergantian oleh Alvin dan DIO – Alvin menunjuk-nunjuk Janter.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS – CONT.

Mereka baru menyelesaikan makan siang, Janter membersihkan bungkus makanan Nova – tapi ditepis oleh NOVA.

NOVA

Gak usah

Alvin dan Dio bingung menghadapi keduanya.

NOVA

Handphone kamu mana?

JANTER Rusak. Dirusak Wikana.

DIO

Wikana siapa?

JANTER kebingungan menjawab – ia berniat menceritakan semua petualangan yang ia alami tadi malam, pertemuan di gedung Menteng 31 dan Tan Malaka.

JANTER

Kalian mau dengar? Serius mau dengar?

ALVIN

Dia ketemu Tan Malaka.

Dio bangkit berdiri melihat-lihat poster kamar Janter.

JANTER

Bukan cuma itu, gue juga ketemu pemudapemuda Menteng 31, nah Wikana ini salah satu bagian dari kelompok itu, ada Saleh, dan.. Tidak ada yang antusias mendengarkan Janter.

DIO Terus

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)