Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dari Aksi ke Aksi
Suka
Favorit
Bagikan
3. Dari Aksi ke Aksi III
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator


INTERCUT TO:

INT. KAMAR KOS JANTER – PAGI BUTA.

Dio menerima panggilan masuk.

DIO

Ya, halo?

TEGUH (BY PHONE)

Kalau kau terus upayakan demonstrasi besok, lihat apa yang akan terjadipada orang tua-Mu, teman-Mu. Mereka semua akan hidup sulit, dan itukarena kenaifan-mu.

DIO

(Mengarahkan pandangannya ke arah Handphone) Bangsat! Gue gak takut sama lo, anjing! (langsung memutuskan sambungan telfon) udah 2022 masih aja ngancemnya modelan begini.

Teriakan Dio membangunkan Janter dan Alvin.

CUT TO:

INT. SEKRETARIAT – PAGI

Setelah diantar ke sekretariat, seluruh perwakilan Mahasiswa masing-masing membawa tas hitam yang mereka sudah ketahui isinya, berupa uang bernilai puluhan juta.

CUT TO:

EXT. JALAN RAYA – PAGI.

Jumlah Mahasiswa yang mendatangi kantor DPR/MPR jauh lebih sedikit dari perkiraan awal – perwakilan Mahasiswa yang ikut rapat dengan Dio, tidak satupun hadir. DIO yang seharusnya memimpin demonstrasi, berada di belakang barisan, ia panik.

Tidak ada komunikasi atau informasi yang didapatkan Dio dari perwakilan Mahasiswa yang tidak hadir – sementara Awak media mulai berdatangan. Dio sibuk menelfon. Alvin mulai membagi-bagi selebaran kepada Mahasiswa dan masyarakat yang melintas, sementara Nova dan Janter - tahu ada yang salah di lapangan, mengambil inisiatif membantu Dio denganmengajak massa aksi yang lain bercanda dan ngobrol ringan. Alvin mendatangi Dio yang tengah sibuk dengan handphone-nya.

DIO

(Mengumpatke Handphone-Setengah. menangis) Anjing. Dio merenungi apa yang yang kira-kira ia lewatkan dari beberapa yang terakhir, sejak kejadian di backstage salah satu televisi.



CUT TO FLASHBACK:

INT. BACKSTAGE – MALAM.

Suasana backstage masih sibuk, para perwakilan Mahasiswa berbaur dan saling bercanda dengan para pundit dan politisi yang hadir—termasuk TEGUH.

DIO memutuskan pulang terlebih dahulu, ia mendatangai perwakilan Mahasiswa dan politisi untuk pamit pulang. Setelahnya, Dio pergi kepintu keluar studio dan tiba-tiba ia dipanggil TEGUH, politisi yang baru saja berdebat dengannya.

TEGUH

Hey, DIO. betul kan, Dio?

DIO

(Berbalik arah) Iya?

TEGUH

Saya minta maaf atas debat tadi, Jangan masukin ke hati. Biasa lah ini, dalam dunia politik.

DIO

Ohh, iya pak. Saya juga udah biasa kok, bapak gak perlu minta maaf.

TEGUH

Mau ke mana? cepat sekali.

DIO Sudah tengah malam Pak, mau istirahat. Mumpung jalanan juga masih aman.

TEGUH

Ohh (memanggil ajudannya – ajudan datang memberi amplop) nyali debatmu lebih tinggi dari bela dirimu. Nih-nih (memberi amplop tersebut ke DIO) biasa, honorarium dari TV tadi, saya gak bisa ambil, untuk kamu aja.

DIO

Wah maaf, saya udah dapat Pak, dikasih ke orang lain aja

TEGUH

Iyaa, saya mau kasih ke kamu aja, soalnya tadi kamu udah berani tampil. kayak tadi TV, udah-udah ambil, lumayan buat beli buku. Teman kamu yang lain udah saya kasih tu satu per satu.

Dio melihat seluruh kawan-kawannya itu berbaur dengan para politisi pendukung RUU yang dari tadi mereka debat, berbagi rokok dan beramahtamah, mereka tampak tertawa lepas. Tanpa sadar, Dio sudah memegang amplop yang diberi Teguh, dan ketika ia sadar, Teguh sudah pergi entah ke mana.

FLASHBACKCUT TO:

EXT. JALAN RAYA – CONT.

Dio akhirnya mengingat perwakilan Mahasiswa yang seharusnya menjadi partnernya, beramah tamah dengan politisi pendukung RUU di malam itu, dan memiliki hubungan atas gagal totalnya aksi yang mereka laksanakanhari ini – Alvin dan Janter bertanya-tanya tentang apa yangdilakukan, Dio juga bingung dan rapuh.

ALVIN

Gimana nih?

Janter mendatangi Alvin dan Dio – Dio mengalami stress yang tidak tertahankan dan berceracau di depan Alvin dan Janter.

DIO

Gue salah Ter, Vin! gue salah! Kalian selama ini benar gak dukung gue. Janter dan Alvin mencoba menenangkan.

JANTER

Kita semua di sini dukung lo. Udah, sekarang fokus pada massa aksi hari ini, gue, Alvin dan teman-teman ini akan tetap pada rencana hari ini. Sekarang, (Menyerahkan pengeras suara) pimpin kami, seperti yang biasa lo lakukan.

Alvin merangkul bahu Dio Dio jongkok dan meraung-raung – agar tidak terlihat yang lain, Alvin dan Janter menutupi gesture kepasrahan dari Dio. Kemudian Dio bangkit dan merampas pengeras suara dari Janter - ia berjalan dan berdiri di depan Mahasiswa yang sejak tadi berkumpul dengan wajah yang lesu.

DIO

Selamat pagi Semuanya...



CUT TO:

EXT. JALAN RAYA – CONT.

Demonstrasi berlangsung anti klimaks. Jumlah peserta aksi jauh lebih kecil dari apa yang dijanjikan Dio di media. Peserta aksi pulang lebih cepat dengan wajah yang kecewa. Awak media yang hanya mendapat kabar desas-desus berdiri sejajar menunggu konfirmasi dari pemimpin aksi, Dio - Sementara Dio sedang memikirkan jawaban yang tepat dari kejauhan untuk dibagikannnya ke pada media,lalu ia didatangi oleh beberapa media didampingi ALVIN, NOVA danmahasiswa lain.

WARTAWAN

Demonstrasi hari ini tidak berlangsung seperti yang Anda diperkirakan, kok bisa terjadi?

DIO

Ada miskomunikasi antara saya dan perwakilan Mahasiswa lain, tapi kami akan datang lagi dengan aksi yang lebih besar.

WARTAWAN

Berarti aksi ini tidak dipersiapkan dengan baik? Dio berupaya memberi jawaban yang tidak memojokkan temanteman/mitranya dalam rencana aksi hari ini.

DIO

Kami menyiapkan hari ini dengan baik, teman-teman saya bekerja keras (Dio mulai marah).

WARTAWAN

Tapi kenapa gagal? Ini kan menunjukkan kalau persiapannya tidak bagus. Dio, yang sejak pagi menahan luapan emosi, tak kuasa menahan emosinya - Dio menarik baju wartawan. Para wartawan melerai dan Dio balik diancam oleh para wartawan.

DIO

Mas, kalau ada yang bisa dikritik dari gagalnya demostrasi hari ini, maka saya adalah orangnya. Saya siap dikritik. Tapi persiapan ini disiapkan oleh teman-teman saya yang udah mengerjakannya dari pagi sampai pagi!

Di pojok jalan, Janter duduk di separator, tertunduk lesu dan kecewa teramat dalam. Ia melihat Dio meluapkan kemarahannya di depan Wartawan - lalu ia melihat para wartawan itu pulang sambil mengejek Dio. Janter yang mulai kembali semangat pada demonstrasi setelah diyakinkan Dio, harus kembali patah hati, bahkan kali ini lebih parah, karena ia harus melihat teman baiknya yang selalu ceria dan periang, harus merasakan sedih yang luar biasa akibat kegagalan hari ini. Suasana makin muram dan sedih.

Polisi yang bertugas dalam jumlah besar menertawakan jumlah demonstran/Nova, Alvin dan Dio berjalan ke arah Janter dan duduk di separator yang sama. Mereka duduk berempat, tidak mengucapkan apapun sampai NOVA berdiri dan mengajak ketiganya pergi.

NOVA

Ayo pergi.

Ketiga temannya tidak menanggapi Nova, dan masih duduk terkulai lemas. Nova menarik Janter, gagal. Dio, gagal. Alvin langsung berdiri tanpa ditarik. Lalu ALVIN dan NOVA menarik baju Janter dan Dio untuk lekas berdiri.

NOVA

Kalian mau sampai kapan duduk di sini? Cari tempat yang agak teduh kek. Ayooo (menarik Dio).

ALVIN

Tahan lu pada lihat tertawaan polisi itu? Kalau gue sih ogah. Gue cabut duluan.. Nova menarik kerah baju Alvin dari belakang.

NOVA

Gak, gak bisa. Pergi bareng harus pulang bareng.

Janter mulai berdiri, melangkah dan menggarmit bahu Dio tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dio berdiri, mengikuti ketiga temannya yang kini berjalan berurutan... ALVIN, NOVA, JANTER.

NOVA

(Merangkul Janter dan Dio) Gitu dong, di fase kayak gini, kita cuma punya semangat. (Menunjuk halte bus Trans) Kita ke sana.

Dari depan, Alvin mempertanyakan rencana Nova.

ALVIN

Mau ke mana sih Nov? Nova mengambil alih posisi depan Alvin. NOVA Kali ini, biar gue yang mimpin.

CUT TO:

EXT. HALTE BUS – SORE.

Nova, Alvin, Janter, Dio keluar dari halte. Mereka jalan kaki sesuai arahdan perintah NOVA. ALVIN masih bertanya-tanya mengenai tempat tujuan, sementara DIO dan JANTER hanya mencoba menikmati suasana sekitar.

NOVA

(Menunjuk Kota Tua) Kita ke sana, ayok cepat.

Nova dan Alvin berjalan lebih cepat dari Janter dan Dio yang masih belum mengatakan satu katapun.

CUT TO:

EXT. KOTA TUA — CONT.

Halaman di depan museum sudah ramai dihuni pengunjung. 4 Mahasiswa, NOVA, JANTER, DIO dan ALVIN yang datang untuk berupaya keluar dari kekecewaan. Mereka duduk di sembarang tempat di sisi kiri halaman museum. Melihat situasi yang masih muram dan kelelahan, Nova, mengajak Alvin membeli minum.

NOVA

Lo gak haus VIN?

ALVIN

Lumayan

NOVA

Temenin gue beli.

Alvin beranjak dan mengiyakan ajakan Nova - Nova dan Alvin pergi – hanya beberapa langkah, Dio memanggil keduanya dan ikut menemani NOVA dan Alvin membeli air mineral – meninggalkan Janter sendirian.

DIO

Gue ikut.

NOVA dan Alvin berbalik badan dan mengiyakan kemauan Dio.

NOVA

(Menunjuk JANTER) Temen lo yang itu gak diajak?

Dio berdiri dan segera mengejar Nova dan Alvin yang sudah jalan terlebih dahulu.

CUT TO:



CUT TO:

EXT. KOTA TUA – CONT.

Langit makin gelap, Nova, Alvin dan Dio belum juga kembali dari membeli air mineral. Janter yang sedari tadi masih diam, akhirnya tak kuasa menahan haus. Janter berdiri, berinisiatif mencari 3 temannya. Setelah 5 menit tidak juga ketemu, Janter memutuskan untuk datang ke sebuah warung kopi -- yang seturut nama wilayahnya, bernuansa klasik. Dio masuk ke kafe tersebut tanpa pretensi apapun, murni hanya untuk menghilangkan haus.

CUT TO:

INT. WARUNG KOPI, 1945 – MALAM.

Setelah di dalam, Janter duduk di kursi, tanpa peduli apa yang ada di sekitarnya. Ia hanya memerhatikan pelayan, hanya untuk kepentingannya memesan minum. Ia meminta air putih dan kopi V60 kepada pelayan warung kopi tersebut.

JANTER

Mbak, air putih satu, v60 satu, ya. Setelah memesan, Janter mengambil handphonenya, ingin mengetahui kabar dari teman-temannya.

Tapi sang pelayan warung masih berdiri di depan Janter dalam kebingungan.

PELAYAN

Air putih daann, apa pak?

JANTER

V sixty, mba.

PELAYAN

pitytyty itu apa ya mas?

Janter mulai sadar bahwa warung kopi yang dimasukinya warung kopi tradisional, terlihat dari interiror yang sepertinya sengaja didesain klasik, lantas hanya menyediakan minumanmiuman kopi tradisional.

JANTER

Yaudah, saya pesan kopi susu.

PELAYAN

Di sini kita hanya menjual kopi dan teh pak

JANTER

Oke, saya pesan kopi aja

Selagi menunggu pesanannya datang, JANTER kembali melihat handphonenya,untuk mengetahui kabar ketiga temannya – handphone Janter tidak berfungsi.

JANTER

Kok gak bisa, batrainya tadi masih ada kok.

JANTER berniat bertanya soal stop kontak untuk digunakannya mengecas handphone. Tapi tiba-tiba ia mendegar orang-orang di sekelilingnya berbisik-berbisik tentang kemerdekaan.

‘Indonesia merdeka’,

‘Proklamasi baru dibacakan Soekarno dan Hatta’

Namun ada juga yang menampilkan wajah curiga kepada JANTER. Ssstt, stt, ada kompetei, pelan-pelan, hati-hati. JANTER mengawasi setiap sudut warung. 360 derajat ia perhatikan dengan seksama - lalu ia baru menyadari apa yang benar-benar terjadi, bahwa bukan hanya desain warung, tapi ia sedang berada di semesta yang berbeda, ia berada di masa lalu, saat proklamasi Indonesia baru dibacakan pertama kali beberapa hari yang lalu.

Janter mulai panik dan berusaha menghidupkan handphonenya,tapi tidak bisa. Pelayan datang membawa pesanannya JANTER yang tengah kebingungan.

JANTER

Mmmaaf mba. Sekarang tanggal berapa ya?

PELAYAN

Anu, maaf pak, saya tidak tahu. Silahkan lihat kalender di sana (menunjukkan kalender di dinding)

Janter meminum pesanannya dan melihat angka-angka yang ada di kalender, 1945, Agustus – Janter memuntahkan kopi yang ia minum.

JANTER

Seribu sembilan ratus, empat puluh lima? Ha? Maaf mbak, toiletnya di mana ya? kamar mandi?

PELAYAN

Di sana

Janter melihat seseorang baru keluar dari ruangan dan membenarkan kancing celananya. JANTER berdiri dan mendatangi tempat itu. JANTER pergi ke kamar mandi – ia muntah-muntah dan suaranya terdengar oleh seluruh pengunjung. Ia keluar kamar mandi langsung ke arah pintu keluar warung kopi tersebut, kemudian masuk dan duduk lagi.

PELAYAN

Bapak sakit?

JANTER

Enggak, saya enggak sakit. Terima kasih kopinya



CUT TO:

EXT. HALAMAN KOTA TUA – CONT.

Sudah jam 4 jam sejak Janter hilang, Nova, Alvin dan Dio yang berpencar mencari JANTER, bertemu di halaman Kota Tua.

NOVA

Gimana? Ketemu?

DIO

Nihil.

NOVA

Kamu ke mana sih Ter, ngambek ya ngambek aja, jangan kabur begini(berusaha menelfon JANTER).

ALVIN

Ditinggal sebentar aja, udah ngambek. Handphonenya masih gak aktif?

NOVA

Belum.

DIO

Apa jangan-jangan dia udah balik kosnya ya?

ALVIN

Janter gak sejahat itu ninggalin kita. Dia pasti nungguin kita di suatu tempat. Lagi nyaritempat ngecas kali.

NOVA

Bisa jadi sih. Udah kecewa paginya, eh sorenya kita kelewatan ninggalin dia sendiri.

ALVIN

Siapa suruh gak ikut. Gue ada rencana, kalian berdua balik dan cari Janter di kosnya, biar gue yang cari di sini.

NOVA

Gak, gak bisa. Kita harus cari barengbareng ke sana. Kita udah cari di semua sudut juga kalau di sini.

CUT TO:

INT. WARUNG KOPI, 1945 – CONT.

Sambil meminum kopinya, Janter berupaya keras memahami apa yang terjadi, memutar kronologi bagaimana caranya ia masuk ke dalam warung kopiyang misterius ini. Se-sekali ia menoleh ke belakang dan berusaha mendengar percakapan mereka yang sedang berbisik-bisik.

PARA PENGUNJUNG

Bagaimana cara kita agar menyebarluaskan informasi pembacaan proklamasi. Agar seluruh negeri tahu kita telah merdeka.

JANTER bertanya kepada salah satu pengunjung, pura-pura bertanya untuk mengetahui situasi yang dia hadapi sekarang.

JANTER

Sekarang hari apa ya? Saya lupa, Rabu atau Kamis? Dengan tatapan kebingungan dan kecurigaan, pengunjung ini menjawab ketus.

CHAERUL SALEH

Ini hari Kamis, 30 Agustus...

Janter masih dengan raut kebingungan - lalu mengalihkan pembicaraan.

JANTER

Maaf, saya mudah lupa.

SALEH

Kau orang mana? Dari pakaianmu, sepertinya bukan dari daerah sini.

JANTER

Saya orang sini. Indonesia.

SALEH

Saya tahu. Orang Jakarta?

JANTER

Iya..

Untuk mengalihkan pembicaraan, Janter kembali meminum kopinya, dan bergegas ke kamar mandi – lalu ia duduk kembali memikirkan apa yang tengah berlangsung, dengan pengetahuan tambahan 30 Agustus, 1945 dan pengunjung yang curiga.

SALEH

Nama saya Saleh..

JANTER

Saya JANTER.

SALEH

Pendukung Sukarno?

JANTER

Saya? Ya, saya pendukung Sukarno.

SALEH

Sudah tahu berita terbaru? (berbisik) Sukarno sudah membacakan proklamasi? kita, Indonesia sudah merdeka. Sudah? Janter dengan gugup menjawab seadanya.

JANTER

Sudah.

CUT TO:

EXT. HALAMAN KOS JANTER – CONT.

Nova, Alvin, dan Dio baru sampaidi kos Janter. Di depan pintunya, mereka bergantian mengetuk pintukos dan memanggil Janter – Alvin baru ingat, ia punya kunci cadangan kos Janter.

ALVIN

Ter! Bentar-bentar.

Mereka berhasil membuka kos tapi gagal menemukan Janter.

CUT TO:

INT. WARUNG KOPI, 1945 – CONT.

JANTER kebingungan merespons informasi SALEH tapi berupaya setenang mungkin untuk menghindari kecurigaan berlebihan.

JANTER

Ya, saya sudah tahu.. 45.

Pandangan JANTER kembali mengitari sudut warung kopi dan terbelalak/kaget luar biasa saat melihat satu orang yang ia kenal berbicara dengan teman semejanya. Ia berupaya mengingat sekeras yang ia bisa dan akhirnya memikirkan satu nama, TAN MALAKA.

Janter mengusap-ngusap wajahnya apakah ia bermimpi atautidak. Saleh yang mengetahui reaksi Janter melihat sosok itu, langsung menyergap Janter dengan informasi yang tak kalah mengagetkan.

SALEH

Namanya Hussein, pak Ilyas Hussein, dari Bayah. Orangnya cerdas.

JANTER terkejut mendengar Saleh.

SALEH

(Berbisik) Misterius.. sering jadi tempat bertanya, pikirannya tajam. Tapi tidak ada yang tahu dengan tepat siapa dia sebenarnya.

Janter yang tidak tahu persis apayang terjadi memilih mendegarkan orang yang bernama Saleh ini – Saleh membayar minumannya, sebelum keluar dari warung, ia bicara pada JANTER.

SALEH

Minuman Bung saya yang bayar, pulanglah kalau sudah pulih benar, datang kembali jika punya waktu. Hatihati pada kampetai. Merdeka.

JANTER

Terima kasih.. JANTER kembali mengarahkan pandangannya ke arah Ilyas Hussein (nama samaran Tan Malaka saat itu)– Tapi Husein nampak risih dengan pandangan tersebut lalu memutuskan pergi dari warung.



CUT TO:

INT. KAMAR KOS – PAGI.

Suara alarm berbunyi, Janter bangun dalam keterkejutan – melihat layar handphone-nya: 107 panggilan tidak terjawab dari NOVA, 90 dari DIO, 30 dari Alvin. Ribuan pesan belum dibaca, semuanya seragam menanyakan keberadaannya tadi malam.

CUT TO:

INT. TOILET KOS – CONT.

Janter menyuci mukanya berulang-ulang, memukul pipihnya untuk 46. me-restart kesadarannya. Begitu ia ingat warung kopi yang disinggahinya kemarain, ia kembali muntah-muntah.

CUT TO:

INT. KAMAR KOS – CONT.

Alvin sudah di kamar Janter, duduk di bangku belajar Janter, sementara Janter terbaring lemas di tempat tidur. Janter melihat dalam-dalam poster foto Tan MALAKa di dinding kamarnya.

JANTER

Gue gak mungkin salah, itu beneran TAN MALAKA.

ALVIN

Lu itu cuma kelelahan.

JANTER

hmmmm. Pfftt. Gue serius. Kalau lo mau bukti, ikut gue ke Kota Tua

ALVIN

Enggak, makasih. Hari ini gue mau istirahat di rumah. lu pikir nyari lu kemarin gak butuh tenaga. Nova udah lu kabarin? Kasihan dia nyariin lu sampai gak tidur.

JANTER

Udah, kayaknya sekarang dia lagi tidur. Dio mana?

ALVIN

Gak tahu. Lu gak mana-mana kan hari ini?

JANTER

Kenapa?

ALVIN

Nanya aja..

JANTER

Gue mau ke kota tua lagi. Nanti gue kabarin.

ALVIN

Mau ngapain lagi?

Janter tidak menjawab.

ALVIN

Kemaren gue di sana ketemu gocap, lu malah ketemu Tan Malaka. Rezeki anak soleh memang beda.

JANTER

Bentar, soleh?

Janter menyadari sesuatu, mendengar nama Soleh. Alvin kecewa mendengar keinginan Janter – sadar tidak akan didengarkan Janter, Alvin hanya pasrah. Janter mengambil handphonennya, mencari tahu sejarah di baik nama pengunjung yang menyapanya di warung kopi, Soleh.

JANTER

Soleh, 1945.

Janter terkejut melihat banyak referensi yang merujuk nama yang baru ia masukkan di kolom pencarian internet.

INSERT: Chaerul Saleh, Wikipedia.

JANTER

Gue gak gila kan Vin?

ALVIN

Hampir.




Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)