EXT. JALAN RAYA, DEPAN KANTOR DPR/MPR – SIANG.
Demonstrasi besar Mahasiswa menolak pengesahan RUU Sapu Jagat. Suasana mencekam - seorang orator, yang sekaligus pimpinan aksi berorasi.
ORATOR
Kami berdiri di sini mewakili seluruh masyarakat Indonesia yang kecewa terhadap isi RUU Sapu Jagat yang berpotensi merampas masyarakat Indonesia..... Ini adalah hak konstitusional... Setuju kawan-kawan!?
Kondisi di jalanan semakin chaotic, Mahasiswa dan Polisi bentrok, Mahasiswa/i yang lain berlarian mengamankan diri dan satu sama lain.
CUT TO:
INT. KAMAR KOS – PAGI.
Bunyi alarm dari handphone membangun Janter. Ia duduk dengan malas, mematikan alarm dari handphonenya. Lalu ia membuka notifikasi yang mengarahkannya melihat potongan video orasi pemimpin aksi - ia mematikan handphonenya. Sebelum mandi, ia mengusap-usap wajahnya, memandangi poster di dinding kamarnya, Thom Yorke, Heath Ledger, Che Guevara, Tan Malaka...
CUT TO:
EXT. HALAMAN KAMPUS – SIANG.
Para Mahasiswa berkumpul, mereka melingkar, mendiskusikan aksi kemarin demonstrasi kemarin. Seorang pemimpin Mahasiswa, Dio, berdiri ke tengah kerumunan, menyampaikan pendapatnya.
DIO
Terima kasih yang sudah datang, Hidup Mahasiswa! MAHASISWA ‘Hidup!’ DIO Aksi kemarin berhasil mendapat perhatian dari banyak orang, selama satu harian media-media besar meliput aksi kita, sebentar lagi akan semakin viral...
Beberapa peserta aksi yang menagalami luka sudah didata dan dijenguk oleh kordinator aksi.... Janter mendatangai kerumunan Mahasiswa tersebut, menegur beberapa di antaranya, dan terjadi kontak mata antara Janter dan Dio.
DIO
Saya berharap, teman-teman terus semangat mempersiapkan diri untuk aksiaksi kita selanjutnya menolak RUU yang membahayakan hidup kita ini. Demikian dari saya, Hidup Mahasiswa!
MAHASISWA
Hidup!
Dio menyelesaikan pembicaraannya, kerumunan Mahasiswa bubar, Dio menyalami beberapa Mahasiwa sambil mencari-cari Janter.
DIO
Ter!JANTER!
Dio berjalan ke arah Janter, merangkul bahu Janter - Mereka jalan beriringan menuju kantin.
DIO
Udah makan lo? Ikut gue kantin yok
Janter dan Dio berjalan beriringan, mereka sesekali menyapa teman Mahasiswa yang berpapasan.
JANTER
Populer banget sekarang.
DIO
Ahh, sarkas lagi.. Kemarin gak apa-apa kan? lo di barisan sebelah mana kemarin?
JANTER
Gue gak ikut.
Dio melepas rangkulannya.
DIO
Hah? Kenapa? Jangan-jangan, lo gak setuju ya sama demonstrasi kemarin?
JANTER
Bukan gitu, badan gue tiba-tiba drop.
DIO
Seriusan? sekarang gimana? Membaik?
JANTER
Yaaaah, lumayan lah. Bisa datang ke kampus, dengerin lo ceramah, hehe.
DIO
Ceramah pala lo, Tapi kemarin Nova ikut? Kabarnya gimana?
JANTER
Ikut. Katanya sih baik, tapi dia gak masuk hari ini. kayaknya kecapekan, atau paling kena marah juga sama orang tuanya.
DIO
Ah, syukur-lah, semoga cuma kecapekan aja. Gue cuma lihat sekilas. Gak sempat nanya.
CUT TO:
INT. KANTIN – SIANG.
Suasana kantin ramai, Dio dan Janter duduk berhadap-hadapan. Dio mengotak-atik handphonenya, melihat perkembangan berita terkait aksi kemarin. Lalu seorang pelayan mendatangi keduanya.
JANTER
Mbak, pesan menu ini dua, minumnya air mineral ya.
PELAYAN
Oke.. Sebentar ya..
DIO
(Masih sibuk dengan handphone-nya) Gue beneran gak nyangka aksi kemarin dapat perhatian sebesar ini, timeline gue penuh sama wajah-wajah kita, seneng gue!
JANTER
Masa gitu doang seneng, viral kan bukan indikasi keberhasilan demonstrasi. Dio menanggapi pertanyaan skeptis Janter dengan memelas.
DIO
Mck... lo beneran mau bahas ini sekarang!?
JANTER
Ah, enggak (tertawa kecil). Gimana tulisan gue kemarin?
Pelayan datang memberikan air mineral dan pesanan keduanya.
DIO
(Membuka botol air mineral) Banyak yang muji... Gue sering mikir, kenapa orang pesimis, skeptis macam lo bisa nulis kayak gitu. Kenapa gak diseriusin aja sih Ter? Kalau lo punya pemikiran kayak di tulisan itu, kenapa gak total buat dukung gerakan aja.... itu tuh, tulisan kayak bukan ditulis sama lo.
JANTER
Memang bukan. Yang nulis itu kan Mohammad Yamin...
DIO
(Menyelesaikan tegukan pertama) Yamin siapa? Penyair? Akun IG-nya ada?
JANTER
(Geleng-geleng) Ye, itu gue yang nulis lah. Gue nyiapin sampai 3 hari tuh tulisan.
Pelayan datang membawa pesanan dua mangkok Mie Instan,
JANTER & DIO
Terima kasih mbak...
Dio & Janter menyiapkan peralatan makan – mereka makan siang sambil bercengkrama.
DIO
Serius banget sampai berhari-hari gitu. Kayak setuju aja sama aksinya
JANTER
Ya memang gue dukung, gue cuma...
DIO
Iyaa, gue tahu. Gue mau diskusi banyak sama lo soal ini, tapi perut gue laper banget, makan dulu
Dio & Janter baru selesai makan - Handphone Dio berdering.
DIO
Bentar.
Dio keluar kantin untuk mengangkat telefon tersebut – lalu Dio kembali masuk ke kantin, membenahi tas, dan pakaiannya.
DIO
Gue ditelfon pihak TV buat jadi narasumber soal aksi kemaren nanti malam. Lo gue tiggal gak apa-apa kan? pake uang lo dulu.
JANTER
Besok gue bayar.
DIO
Itu lo tahu, dah. Nanti gue telfon lagi.
Dio pergi.
CUT TO:
INT. BACKSTAGE STASIUN TV – MALAM.
1 Jam sebelum on-air, seluruh panelis sedang disiapkan oleh para kru yang sibuk - Para Mahasiswa, termasuk Dio berbincang satu sama lain untuk mengurangi ketegangan. Mahasiswa Batak sedang menelfon orangtua-nya agar segera bersiap menontonnya pertama kali tampil di TV.
MAHASISWA 1
(Berbisik) Mak, udah siap-siap orang mamak!? Bapak udah? Ajak tulang jugak cepat, 1 jam lagi ini mulai!
Para kru memberi briefing kepada para pembicara di acara yang akan segera berlangsung.
KRU 1
Mm, Mas, mbak. Nanti kalau sudah onair di depan, rileks saja ya, gak usah tegang. Setiap orang akan diberi waktu 7 menit untuk berbicara. Mahasiswa yang dibrief mengangguk tanda mengerti.
CUT TO:
EXT. LANSKAP PERKAMPUNGAN – MALAM.
Suara Televisi bersahut-sahutan, orang-orang di warung kopi menonton acara diskusi publik mengenai aksi demonstrasi besar kemarin.
INTERCUT TO:
INT. SEKRETARIAT MAHASISWA - MALAM.
Mahasiswa nonton bareng di sekretariat.
CUT TO:
INT. STUDIO - CONT.
HOST (O.S)
Saudara Dio, sekarang giliran Anda...
INTERCUT TO:
INT. KAMAR KOS – MALAM.
Janter tengah mengerjakan proyek tulisannya di depan laptop. Alvin menonton acara tersebut melalui streaming di handphone-nnya, Ia memanggil Janter dengan sangat semangat saat Dio dipersilahkan bicara.
ALVIN
(Excited) Ter! giliran Dio nih, Sinisini, buruan!
JANTER
(Menghentikan kerjaannya sebentar) Yaudah, besarin volumenya.
INT. STUDIO TV – CONT.
DIO
...saya merasa harus menjawab tuduhantuduhan jahat terhadap aksi demonstrasi kemarin. Saya berani bertaruh dengan siapapun yang ada di ruangan ini, bahwa aksi tersebut adalah murni dari bentuk kepedulian Mahasiswa terhadap kesusahan Rakyat. Kami datang ke kantor Dewan yang tidak kami hormati lagi dalam rangka memenuhi tanggung jawab dan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi! ....Terima kasih kepada media yang sudah dan Rakyat Indonesia yang sudah meliput dan mendoakan kami. Sekarang giliran kami yang membuktikan bahwa tuduhan-tuduhan yang menyesatkan.
POLITISI 1
Tidak ada yang menyesatkan! Saya bawa bukti! ini buktinya!
DIO
Anda menyesatkan! saya akan membuka yang sebenarnya, kalau Anda berbohong!
POLITISI 1
Loh!? Anda meremehkan kredibilitas data saya!?
HOST
Sudah, satu-satu, satu-satu yang bicara
Politisi 2, Panelis, Politisi 3 menyerang dengan membubuhi banyak pertanyaan secara bergantian kepada Janter.
CUT TO:
INT. KAMAR KOS - CONT.
ALVIN
Politisi anjing! Kenapa dia gak nunggu orang ngomong aja sih!? Hostnya juga goblok! Kok bisa politisi kayak gitu dikasih ngomong! Suara streaming dari handphone Alvin.
HOST(BY STREAMING)
Baik pemirsa, kita akan istirahat sejenak.
ALVIN
Host tolol!
Janter senyum menanggapi Alvin. Handphone Janter berdering, panggilan dari NOVA (Pacar JANTER)– Janter menjawab telfon.
JANTER
Ya, halo?
INTERCUT TO:
INT. KAMAR NOVA – MALAM.
Nova yang juga menonton tayangan talkshow menelfon Janter (pacarnya) dalam keadaan sangat marah.
NOVA
(Marah-marah) Kamu nonton gak di TV barusan!? Aku kesel banget banget sama politisi tadi. Gak ngasih contoh yang bener buat Mahasiswa! Nyebelin banget, kasihan sama Dio.
INTERCUT TO:
INT. KAMAR KOS – CONT.
JANTER
(Memelas) Udah, anggap aja DIO lagi latihan jadi politisi. Lagian....
NOVA
(DARI HANDPHONE) Lagian apa? Halo!? Janter, lagian kenapa!?
JANTER (Beat)...
Ah enggak. Besok kamu ke kampus gak?
INTERCUT TO:
INT. KAMAR NOVA - CONT.
NOVA
Iya kampus... Kamu? di kos kan?
JANTER (BY PHONE)
Ah, besok ketemu di kantin, biar langsung ketemu sama Dio. Iya, sama Alvin.
JANTER (BY PHONE)
Kamu gak kenapa-kenapa kan?
NOVA
Enggaaak, yaudah, aku nyelesain tugas dulu, besok kabarin aja.
JANTER (BY PHONE)
Ok. Dah, love you.
Nova tidak menjawab.
JANTER (BY PHONE)
Halo? Nova? Love you...
Nova masih tidak menjawab.
JANTER (BY PHONE)
Halo?
NOVA
Iyaa, love you too (mematikan Handphone, Tertawa pulas sambil membenamkan wajah ke bantal)
CUT TO:
INT. KAMAR KOS JANTER – CONT.
Alvin yang mendengar percakapan Nova dan Janter merasa risih.
ALVIN
Lebay
JANTER
Orang kok iri terus
Terjadi jeda yang cukup panjang di antara keduanya. Tiba-tiba Alvin mengajukan pertanyaan kepada Janter.
ALVIN
Tapi sebenernya lu dukung gerakan penolakan RUU ini gak sih Ter?
JANTER
Kok lo nanya gitu...
ALVIN
Gue tahu lu itu dukung, tapi gue gak lihat totalitas yang sama kayak DIO, bahkan NOVA.
Janter menutup laptopnya – memutar arah kursi ke hadapan Alvin.
JANTER
Gue itu dukung 100% gerakan yang diinisiasi sama Dio, bukan cuma karena Dio temen gue, tapi tuntutannya penting, sangat. Gue gak mau RUU ini, amit-amit disahkan.
Janter bangkit dari tempat duduknya, memandangi poster Tan Malaka.
JANTER
Tapi gue merasa harus kritis juga sama gerakan ini, termasuk ke Dio. (Beat)... Gue gak mau kita terusterusan masuk ke dalam perangkap ‘kemeriahan’ aksi, udah capek. Coba lo hitung sendiri udah berapa demonstrasi besar yang berhasil kita mobilisir? Apa yang terjadi dengan pentolanpentolan Mahasiswa yang dulu dieluelukan itu? ......
JANTER
Menurut gue, gerakan demonstrasi kemarin persis kayak umpatan lo dan NOVA merespons kejadian di TV barusan, cuma marah-marah. MARAH-MARAH GAKAKAN BAWA KITA KE MANA-MANA, Vin.
ALVIN
Semuanya gak bisa dikerjain sekaligus Ter, ada tahapannya. Kita harus kasih tahubahwa kita Marah, sama seperti masyarakat. Setelah itu tinggal nungguwaktu gerakan ini akan menghasilkan ..
Janter merebahkan diri ke tempat tidur yang sama - mengangkat satu-satu jari tangannya - langsung menjawab pertanyaan Alvin.
JANTER
Menghasilkan bintang iklan, upload video collab bareng influencer, mendadak jadi motivator yang sering tampil di TV dan seminar-seminar?
ALVIN
Hah, emang susah ngomong sama orang skeptis kayak lu. Setiap masa ada caranya sendiri-sendiri Ter, gue yakin, orang kayak Sukarno, Tan Malaka, tokoh-tokoh pergerakan yang lu baca itu, kalau hidup di jaman ini, juga pasti melakukan hal yang sama kayak yang kita bikin sekarang.
JANTER
(Membenarkan bantal) Gue juga pengen banget perjuangan ini berhasil, pengen banget. Sama kayak lo, sama kayak DIO, sama kayak temen-temen yang lain, gue juga muak sama kelakuan pejabat di negara ini.
ALVIN
Terus?
JANTER
Di sisi lain gue juga merasa ada banyak hal yang gak tepat. Mau sampai kapan begini terus? Cara perjuangin itu-itu lagi, caranya sama. Selesai demo, terus mau ngapain? gak tahu lagi. Gue tahu untuk sampai ke tahap ini pun sangat sulit. Banyak tenaga dan pengorbanan. Tapi untuk perubahan yang signifikan, kita butuh upaya lebih dari ini. Yang menyedihkan tahu apa? gue gak tahu cara mengubah marahmarah berjamaah ini ke perubahan yang lebih legit. gregetan gue
ALVIN
Marah berjamaah, bisa aja lu bikin istilah (nyengir). Kalau kata gue mah, Selagi lu belum nemu jawabannya, kenapa gak lu kerahin tenaga buat dukung gerakan yang ada? Buat gue, ini juga layak diperjuangkan, kok. Kalau menurut gue, sih. Gak tahu kalau yang lu tanya Tan Malaka.
JANTER
(Senyum) Tan Malaka. Iya ya. Kalau gue tanya dia sekarang, apa ya kira-kira jawabannya..
ALVIN
Sekalian tanyain nanya kenapa dia belum kawin.
Janter jengkel – bangkit dari tempat tidur – ke kamar mandi.
JANTER
Di otak lo cuma ada kawin.
CUT TO:
INT. RUANG KELAS – PAGI.
Dosen A berjalan sambil membawa gulungan koran di depan kelas. Kemudian ia duduk dan membuka-buka koran tersebut mencari sesuatu. Akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.
DOSEN A
Ah, ketemu juga.
Sang Dosen mengawasi kondisi kelas dan melihat Mahasiswa/i memandanginya dengan bingung – ia memamerkan tulisannya yang dimuat salah satu koran lokal.
DOSEN A
Hmm,ini... tulisan saya baru dimuat di koran lokal paling besar sejaksaya menulis, waaah, akhirnya. Kalian nanti baca ya, hahaha, biar bisa lihat bagaimana bentuk tulisan yang bagus, karena hanya tulisan yang bagus yang bisa dimuat di koran dan dibaca banyak orang.
Dosen A masih memandangi tulisannya dengan wajah kegirangan.
DOSEN A
Kalian juga sebaiknya belajar Menulis. Lihat tulisan saya, judulnya saja sudah menggugah, MENGAPA RUU SAPU JAGAT PENTING DISAHKAN.(geleng-geleng mengagumi tulisannya) Selain bagus, tulisan saya melawan arus, kontra intuitif. Pantas korankoranini suka kalau saya nulis di tempat mereka.
MAHASISWA/I Ribut-ribut, bisik-bisik protes, dan menciptakan kebisingan - Alvin dan Janter duduk berdekatan yang juga jengkel saling berbisik.
ALVIN
Ter, lu kasih tulisan lu juga gih, biar dia mingkem.
JANTER
Ngapain sih..
DOSEN A
Loh,kok ribut? kalian gak setuju sama tulisan saya? Eh, kalian itu intelektual. Udah gak jaman demo-demo kayak kemarin. Masa-masa itu udah lewat. Sekarang jamannya bertarung di tulisan. Makanya, belajar menulis biar bisa berargumen kayak saya
Mahasiswa terdiam - Dosen A memulai kuliahnya – lalu menutup kuliahnya dengan memberimahasiswa/i tugas.
DOSEN A
Tugas ini dikerjakan tanpa diketik di komputer, ditulis dengan bolpen, supaya kalian gak bisa tuh copy paste 13. lagi. Mengerti? Oke, saya tunggu minggu depan.
Kelas selesai, Dosen dan Mahasiswa berhamburan keluar kelas, sementara Alvin dan Janter masih berada di kelas - Janter mengotak-atik handphone, sementara Alvin melanjutkan gerutuannya.
ALVIN
Dosen resek, terbelakang. Udah jaman segini kok bisa-bisanya bikin tugas dikejain pakai tangan. ALvin melihat Janter yang tidak antusias mendengar gerutuannya.
ALVIN
Ter, lu ngapain?
JANTER
Ini, Dio ngajak ketemuan di dekat kantin, lo duluan sana, gue nunggu Nova dulu.
ALVIN
Halah (kesal) urusan cewek aja lu cepat.
CUT TO:
EXT. SELASAR KAMPUS – CONT.
Dio didatangi beberapa Mahasiswa yang penasaran dengan kabar Dio setelah perdebatan panas dengan politisi pengusung RUU tadi malam. DIO berbincang bersama 4 Mahasiswa lain.
DIO
Ah, biasa. Kita Mahasiswa harus berani. Selagi yang kita katakan benar, gue sih pede aja.
MAHASISWA 1
Keren banget lo, bangga gue punya pemimpin Mahasiswa kayak begini
DIO
Gue ini sama kayak kalian, tegang juga. Tapi gue tahu gue bakal didukung banyak orang kayak gini. Tahu kalau kalian nonton aja udah jadi tambahan semangat buat gue. Yang penting, kita 14. harus konsisten menolak RUU ini
Alvin datang. Alvin Memeluk Dio.
ALVIN
Lu gak apa-apa kan? bangga banget gue sama lu tadi malam
DIO
Ehh (risih - melepas pelukan Alvin), apa sih. Gue baik-baik aja. Janter mana? Eh, gue duluan ya (izin kepada ke 4 Mahasiswa).
MAHASISWA 2
Oke-oke, kalau ada yang ngancamngancam, bilang ke kita yo, jangan lupa dulu gue atlet karate.
DIO
Hahahaha, oke siap! Mahasiswa-mahasiswa itu pergi – menyisakan Dio dan Alvin.
ALVIN
Lu pasti bakal makin populer karena insiden tadi malam. Artis pendatang baru.
Dio dan alvin berjalan beriringan.
DIO
Harus. Biar ide-ide gerakan kita makin cepat tersebar, eh iya, si Janter mana?
ALVIN
Tadi sih nunggu Nova dulu, baru ke sini.
Handphone Alvin berdering – Nova menelfon.
ALVIN
Bentar-bentar, (mengangkat telefon) Ya Nov?
INTERCUT TO:
INT. BEKAS RUANG KELAS 2E - CONT.
Nova dan Janter sedang duduk berdua – Nova berbicara dengan Alvin lewat Handphone.
NOVA
Ini gue sama Janter nunggu di 2E, adem nih di sini, gak mau nongkrong di sini aja? Atau gue sama Janter yang ke sana?