Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. SEKRETARIAT MAHASISWA – SIANG.
Seluruh perwakilan Mahasiswa berbincang-bincang serius – Dio tiba-tiba masuk dan menumpahkan semua kekesalannya hingga memukul jatuh salah satu Mahasiswa – ia pun dihentikan dan dipukul hingga terjatuh. Ia dipegangi oleh 2 Mahasiswa.
DIO
MAHASISWA 1
Suasana berangsur lebih tenang, pipi kiri Dio lebam, ia coba meredakannya dengan mengompres pipi. Begitu pula Mahasiswa yang ia pukul. Meenyusul insiden tadi, mereka duduk bersama – Mahasiswa bergantian menceritakan detil duduk perkara kemarin hingga puncaknya membuat demonstrasi kemarin anti klimaks - tentang Teguh, ancaman yang mereka alami dan mengapa Dio diekslusi dari pertemuan itu.
Di tengah lingkaran mereka, ada tas yang penuh uang mereka kumpulkan.
MAHASISWA 2
MAHASISWA 1
DIO
MAHASISWA 2
DIO
MAHASISWA 1
DIO
CUT TO:
INT. KAMAR KOS – CONT.
Janter dan Alvin menyantap makan siang setelah tidur sejak pagi. Suara motor Dio terdengar, dan segera masuk ke dalam kos.
DIO
Dio masuk ke kamar mandi.
ALVIN
Dio keluar kamar mandi membawa kompres - duduk di kursi belajar Janter - mengompres pipinya.
DIO
ALVIN
DIO
JANTER Mengangguk. Dio kembali mengekspresikan kekesalannya akibat pertemuan tadi.
DIO
ALVIN
DIO
ALVIN
Alvin bangkit dari duduknya.
ALVIN
DIO
JANTER
DIO
ALVIN
DIO
JANTER
DIO
Tidak mendapat tangapan dari Janter dan Alvin.
DIO
ALVIN
DIO
ALVIN
DIO
Janter pergi tanpa pamit pada mereka.
EXT. KOTA TUA – SORE.
Janter kembali ke kota Tua sendirian. Ia berjalan mengitari jalanan di lingkungan Kota Tua, mencari-cari warung kopi yang ia masuki kemarin sore. Tapi ia tidak menemukannya. Sampai akhirnya ia mengidentifikasi salah satu warung kopi yang dari jenis bangunannya paling klasik di antara yang lain. Ia masuk ke dalam warung kopi.
INT. KAFE – CONT.
Ia langsung duduk dan mengobservasi isi, tata letak, menu, kalender di cafe tersebut. 51. Melihat pelanggan kebingungan, seorang pelayan datang.
PELAYAN
PELAYAN
JANTER
PELAYAN
Janter kembali mengamati seluruh isi kafe, kali ini pengunjung yang mendapat sorotan matanya, namun ia belum melihat tandatanda yang memenuhi ekspektasinya. Pelayan kafe datang mengantarkan pesanan Janter.. penasaran dengan apa yang dicari Janter sejak datang, si pelayan memberanikan diri bertanya kepada Janter.
PELAYAN
JANTER
PELAYAN
JANTER
PELAYAN
Janter memalingkan mukanya. Belum setengah gelas diminum, Janter memutuskan keluar dari kafe tersebut. Ia membayar tagihannya di meja kasir, lalu keluar.
CUT TO:
EXT. HALAMAN KAFE/SEKITARAN KOTA TUA – MALAM (CONT).
Setelah di luar, ia memutar-memutar badannya untuk melihat sekeliling, masih mencari warung kopi yang ia masuki kemarin. Ia juga melihat orang-orang bergantian melintasi penglihatannya. Janter kembali melanjutkan perjalannya mencari warung kopi tersebut, kemudian handphone-nya berdering – panggilan dari NOVA.
JANTER
NOVA (BY PHONE)
JANTER
NOVA (BY PHONE)
JANTER
NOVA
Janter tidak menerima saran NOVA, dan bersiasat dengan pura-pura dipanggil seseorang, ia pura-pura diajak seseorang berbicara untuk mematikan telfon dari Nova.
JANTER
NOVA (BY PHONE)
JANTER (BY PHONE)
EXT. HALAMAN KOTA TUA, MALAM – (CONT).
Janter duduk di tempat ia, Nova, Alvin dan Dio duduk kemarin, memandangi handphonenya, pesan dari Alvin, Dio dan Nova berbondong-bondong masuk, layar handphonenya menunjukkan waktu sudah pukul 9. ia kembali melihat sekeliling, berharap mendapatkan petunjuk agar ia bisa kembali datang ke warung kopi tersebut, menjumpai idola yang ia gilai sejak kuliah.
JANTER
CUT TO:
INT. BEKAS RUANG 2E – SIANG.
Alvin dan Nova duduk berdua, membicarakan soal DIO dan JANTER.
NOVA
ALVIN
NOVA
NOVA
ALVIN
ALVIN
NOVA
ALVIN
NOVA tertawa.
ALVIN
NOVA
ALVIN
NOVA
ALVIN
NOVA
Gue juga maunya gitu. Tapi, menurut gue, sedih adalah rasa yang memberi kita lebih banyak pelajaran dari rasa apapun. Lo bisa jadi semakin simpatik, empatik ke orang-orang.
ALVIN
ALVIN
Janter datang dari belakang membawa makanan.
ALVIN
JANTER
ALVIN
JANTER
NOVA & ALVIN
Dio datang dengan wajah yang antusias..
DIO
Dio dan Janter makan, setelah selesai, NOVA memecah suasana dengan bertanya kepada Janter soal rencananyaa sore nanti.
NOVA
Alvin dan Dio terkejut, mereka ikut memberondong pertanyaan pada Janter.
DIO
ALVIN
Janter tidak menjawab pertanyaan Dio dan Alvin.. tapi menjawab pertanyaan NOVA.
JANTER
ALVIN
JANTER (Merespons Alvin)
DIO
JANTER
CUT TO:
EXT. HALTE BUS – SORE.
Bus yang ditumpangi Janter melintas - Janter berjalan memulai petualangannya sekali lagi.
CUT TO:
EXT. KOTA TUA – CONT.
Janter kembali memulai pencarian warung kopi itu lagi, ia lebih agresif dengan menanyai beberapa pengunjungg yang di sekitar kota tua. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30. Ia berulang kali menerima pesan dari NOVA untuk hati-hati. Tapi JANTER bersikeras untuk terus mencari lagi sampai pukul 9 malam.
CUT TO:
EXT. HALTE BUS - MALAM (CONT).
Janter merenungi pencariannya malam ini, dan menuruti saran Nova untuk pulang.
CUT TO:
INT. RUANG KELAS - PAGI.
Dosen A itu kembali masuk ke kelas Janter dan Alvin – kali ini ia kesal karena tulisannya tidak dimuat koran.
DOSEN A
Mahasiswa/i mengumpulkan tugas tulisan tangan mereka – Dosen A memeriksa satu-satu – Dosen Amarah – Menyerak tumpukan tugas di depannya dan mengejutkan Mahasiswa.
DOSEN A
Dosen A mengangkat salah satu kertas.
DOSEN A
CUT TO:
INT. KANTIN – SIANG.
Janter dan Alvin baru masuk dan duduk di kursi kantin.
ALVIN
Janter sibuk dengan handphone-nya, sementara Alvin gusar melihat sikap Janter – Pesanan sudah diantar - lalu mereka makan. Janter selesai terlebih dahulu, pamit pada Alvin yang makin kesal dengan sikap Janter.
JANTER
ALVIN
JANTER
ALVIN
Janter hanya mengangguk – lalu pergi lagi. Kali ini Janter lebih mantap dan yakin bahwa apa yang dilihat di warung kopi tradisional adalah nyata, bukan mimpi.
CUT TO:
EXT. HALTE BUS – SORE.
Janter kembali menuju halaman di Kota Tua, kali ini ia tidak langsung mencari warung kopi tujuannya, melainkan duduk sebentar di halaman. Ia memperluas lingkup observasi mengenai misteri Tan Malaka, Saleh, Wikana dan beberapa naman yang terlibat dengan mereka paska kemerdekaan Indonesia. Langit sudah mulai gelap, JANTER bangkit dan pergi mencari tempat makan atau sekadar minum kopi.
CUT TO:
INT. WARUNG KOPI – CONT.
Ia kembali masuk ke dalam warung kopi aneh itu lagi. Ia memutar pandangannya untuk memastikan ia tidak salah lihat, mengucek-ngucek mata. Lalu ia duduk. Tidak ingin dianggap gila oelh Alvin dkk., ia segera mengambil handphone-nya untuk memotret atau video call teman-temannya– tapi handphonenya tidak berfungsi.
Saleh, bersama seorang temannya, Wikana, datang dari belakang Janter, ia memergoki Janter sedang mengotak-atik handphonenya.
SALEH
JANTER
SALEH
JANTER
Saleh yang dari awal curiga,semakin mencurigai Janter sebagai mata-mata. Wikana mengerti sinyal dari Saleh, tapi mereka menutupinya. Mereka berdua berusaha rileks, duduk di samping dan mengajak Janter bicara.
SALEH
JANTER
SALEH
Wikana dan Janter bersalaman. Saleh kembali ke bangku tempat mereka duduk usai memesan pesanan – Janter gugup, dengan pandangan yang tidak terarah..
JANTER
SALEH
CUT TO:
INT. KAMAR KOS JANTER - MALAM.
Alvin berbaring sendirian di kamar Janter, handphonenya berdering.. dari Nova – Alvin menjawab.
NOVA (BY PHONE)
ALVIN
NOVA (BY PHONE)
NOVA
ALVIN
CUT TO:
INT. WARUNG KOPI, 1945 – CONT.
Wikana, Saleh dan Janter baru selesai minum. Wikana, berinisiatif mengajak Janter ke suatu tempat, Janter menolak. Ia tahu keduanya Mencurigai dirinya sebagai mata-mata. Saleh mengumpankan tawaran berdiskusi di markas mereka, yang membuat Janter tertarik, akhirnya ia mengiyakan.
SALEH
JANTER
WIKANA
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA, SEPEDA, 1945 – CONT.
Mereka pergi dengan bersepeda, Janter dibonceng oleh Wikana. Janter kesusahan dibonceng Wikana, sementara Saleh di depan mereka. Dalam perjalanannya, Janter bolak-balik minta berhenti karena bokongnya sakit – Membuat Wikana marah terhadap Janter.
CUT TO:
EXT. DEPAN PINTU GEDUNG BERNOMOR 31, 1945 – CONT.
Wikana, Janter dan Saleh memarkir sepeda, di hadapan mereka sebuah gedung bernomor 31. Wikana menunjukkan kekesalannya.
WIKANA
Janter tidak menjawab, hanya berdiri dan menggerak-gerakkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa sakit dari tulang pantatnya.
INT. GEDUNG MENTENG 31, 1945 – CONT.
Wikana meminta Saleh membawa JANTER ke sebuah ruangan. Sementara Wikana ingin mengambil sesuatu terlebih dahulu.
INT. GEDUNG MENTENG 31, RUANG INTEROGASI, 1945 – CONT.
Saleh mendorong tubuh Janter secara paksa – Janter yang tibatiba diperlakukan seperti itu langsung ketakutan dan menuruti perintah Saleh. Di ruangan itu, ada 2 bangku yang saling berhadapan, mereka berdua duduk di kursi itu – Saleh memulai pertanyaan-pertanyaannya.
SALEH
JANTER
SALEH
Jawab apa yang perlu dijawab. Tinggal di mana?
JANTER
Wikana datang, ia membawa pisau yang masih basah setelah di asah, ia menghempas-hempaskan pisau agar kering – lanjut membersihkan pisaunya dengan kain baju.
WIKANA
Janter yang tadi terlihat bingung, sekarang merasa ketakutan dan menyerahkan Handphonenya begitu saja.
JANTER
WIKANA
JANTER kebingungan menjawab pertanyaan tersebut, ia tahu, jika dijelaskan dengan benar, ia akan seterusnya dicurigai..
JANTER
Wikana mengetuk-ngetuk-handphonenya ke dinding – JANTER ngilu melihat handphonenya diperlukan seperti palu. Tidak puas, Wikana membanting handphone hingga hancur – Janter berusaha menyembunyikan kekagetannya. Wikana keluar, diikuti Saleh.
CUT TO:
INT. GEDUNG MENTENG 31, RUANG TENGAH, 1945 – CONT.
Wikana dan Saleh keluar dari ruang interogasi ke ruang tengah – mereka berjalan beriringan..
SALEH
Saleh dan Wikana beranggapan kalau Janter bukan orang yang berbahaya, Wikana memanggil Janter keluar.
WIKANA
Janter keluar dari ruang interogasi – lalu menghampiri Wikana dan Saleh – sambil berjalan, Saleh dan Wikana masih memberikan pertanyaan introgatif ke JANTER.
CUT TO: