Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
20. INT. RUANGAN KERJA ADITYA – DAY
Lastri masuk ke ruangan Aditya. Aditya setengah duduk di meja kerjanya dengan kaki yang disilangkan, dan kedua tangan yang bertumpu di meja kerjanya. Ia menatap Lastri yang berdiri dan mematung di depan pintu.
Lastri menunduk, ia bingung dengan tatapan Aditya yang sulit diartikan seperti itu. Aditya tak berkutik, ia terus menatap Lastri. Lastri bingung. Lastri mengangkat kepalanya dan memberanikan diri melihat ke arah Aditya.
Lastri
Maaf, pak.
Ini berkas-berkasnya sudah saya pelajari.
Aditya
Letakkan di meja.
Aditya menunjuk meja tamu, Lastri meletakkan berkas-berkasnya di atas meja tersebut.
Lastri
Hhmm... Kalau tidak ada apa-apa saya permisi dulu, pak. Masih ada yang harus saya kerjakan.
Lastri berbalik dan melangkah ke arah pintu.
Aditya
Duduk!
Lastri terpelongo.
Aditya
Duduk!
Lastri kembali. Ia mengikuti perintah Aditya dan duduk di sofa tamu yang ada di ruangan Aditya. Aditya masih belum mengatakan apa-apa.
Lastri
Ada apa, pak?
Aditya
(menaikkan bahunya)
Entah, saya juga nggak tahu kenapa nyuruh kamu kesini.
Lastri
(mengernyitkan dahinya)
Pak?
Aditya
Saya cuma nggak suka kalo ada staff saya yang diganggu,
(melangkah ke arah Lastri)
Meskipun dia adalah anak seorang direktur.
Aditya berhenti di depan sofa dan duduk di sebelah Lastri.
Aditya
Saya juga sudah melihat rekaman video cctv itu.
Lastri
(Bingung)
Rekaman apa, pak?
Aditya
Perbuatan Rangga dan perempuan simpanannya.
Lastri mengernyit. Aditya bersandar di sofa dan menatap langit-langit di ruangan yang diterangi beberapa lampu yang cukup terang.
Aditya
Anak itu memang bodoh!
Senang merusak reputasinya sendiri.
Nggak jauh berbeda dengan ayahnya.
Lastri memperhatikan apa yang dibicarakan Aditya lekat-lekat.
Aditya
(menghela napas)
Memang sudah begitu. Beberapa kali ada perempuan-perempuan asing yang keluar masuk dari ruangan itu.
Mata Lastri terbelalak, ia tak menyangka.
Aditya
Nggak cuma itu, nanti pelan-pelan kamu akan melihat betapa kotornya orang-orang di dalam sini.
Lastri
Maksud bapak?
Aditya
(menatap Lastri)
Nanti kamu juga tau.
Lastri diam dan hanya mengangguk. Ia tak tahu harus memberikan respon seperti apa. Aditya mengeluarkan sebuah gawai yang layarnya sudah retak. Kondisinya mati dan tidak menyala lagi.
Aditya
Kamu ingat ini?
Lastri
(matanya terbelalak)
Pak????
FLASH BACK TO SCENE :
13. INT. LOBBY KANTOR - DAY
Lastri berjalan dengan langkah yang terburu-buru. Sesekali melihat ke belakang, Rangga mengejarnya. Aditya memasuki Lobby kantor sambil memainkan gawainya, ia tak memperhatikan keadaan sekitar. Aditya dan Lastri bertabrakan hingga menjatuhkan gawai Aditya. Aditya mengambil gawainya. Layar gawainya sudah pecah. Lastri terlihat panik dan kebingungan.
END OF FLASH BACK/CUT BACK TO :
20. INT. RUANGAN ADITYA – DAY
Lastri panik dan ketakutan.
(memohon)
Saya benar-benar minta maaf waktu itu, saya benar-benar nggak sengaja, saya ganti secepatnya, saya janji.
Aditya hanya tersenyum dengan kepanikan Lastri yang berlebihan. Aditya membuang gawai rusaknya itu ke tong sampah yang ada di sebelah sofanya. Lastri tak menyangka dengan yang dilakukan Aditya yang segampang itu membuang barang.
Lastri
Pak..? ke..napa dibuang?
Aditya
Saya nggak minta ganti sama kamu, itu juga hape lama saya.
Saya mau mau ngasih tahu, suatu saat saat kamu nggak berguna lagi, kamu juga akan dibuang juga.
Lastri diam dan hanya bisa mengangguk. Aditya bangkit dan berjalan menuju jendela kantornya. Adita melihat keadaan sekitar di lahan parkir dan jalanan yang tampak di matanya.
Aditya
Kamu bisa kembali ke meja kamu, sepertinya sudah aman sekarang.
Lastri
(mengangguk)
Baik, terima kasih, pak.
Saya permisi dulu.
Lastri bangun dari sofa dan keluar dari ruangan Aditya.
CUT TO :
21. INT. DEPAN RUANGAN KERJA ADITYA – DAY - CONTINOUS
Lastri menutup pintu, ia terdiam di depan pintu Ruangan Aditya. Lastri menghela napasnya, lalu mulai melangkah perlahan. Langkah Lastri terhenti saat melihat seorang perempuan keluar dari ruang kerja pak Pradipta yang berselang dua ruang dari Aditya. Lastri memerhatikan lekat-lekat perempuan itu. Perempuan itu terlihat sedang merapikan penampilannya. Ia membenarkan kerah jaket kulitnya dan membenarkan posisi rambutnya.
Lastri
Kaya nggak asing.
DISSOlVE TO/FLASHBACK TO SCENE:
12. INT. RUANG KERJA RANGGA – DAY
Rangga mendekatkan tubuhnya pada Anggi. Matanya dan Anggi berjarak cukup dekat.
Anggi
Kamu mau ngapain?
Rangga tersenyum. Ia membelai area pipi Anggi. Kepalanya didekatkan ke Anggi.
END OF FLASH BACK/CUT BACK TO :
21. INT. DEPAN RUANGAN KERJA ADITYA – DAY
Lastri berhasil mengingat siapa perempuan itu, Anggi. Lastri berpikir.
Lastri (V.O)
Cewek waktu itu,
Tapi ngapain dia dari ruangan papanya Rangga?
Lastri masih memerhatikan gerak-gerik perempuan itu, ia berjalan, kemudian berhenti saat melihat Lastri ada di hadapannya. Anggi menatap Lastri dengan penuh kesombongan, ia menyilangkan kedua tangannya. Ia menaikkan garis bibirnya dan tersenyum ke arah Lastri. Lastri justru mengernyit dan bingung dengan maksud senyuman Anggi. Lastri mendapati sedikit tanda kemerahan di leher Anggi yang berusaha ditutupinya dengan jaket yang ia kenakan.
Lastri (V.O)
Dia abis ngapain sih di dalam?
Lastri seperti mengingat sesuatu, wajahnya berubah jadi sedikit pucat.
Aditya (V.O)
Memang sudah begitu. Beberapa kali ada perempuan-perempuan asing yang keluar masuk dari ruangan itu.
.....
Nggak Cuma itu, nanti pelan-pelan kamu akan melihat betapa kotornya orang-orang di dalam sini.
Tak ingin membuat masalah Lastri melangkah pergi meninggalkan Anggi.
Lastri
Permisi.
Lastri berlalu melewati Anggi. Anggi berbalik badan dan menatap punggung Lastri.
Anggi
Besar juga nyali, lo! Setelah kemarin ngegampar anaknya, sekarang lo berani-beraninya kerja disini.
Langkah Lastri terhenti. Geram, ia juga berbalik. Mereka saling membalas tatapan perasaan tak suka.
Lastri
Nyali lo juga besar.
(mendekat ke Anggi)
Bukan cuma anaknya, tapi juga bapaknya habis lo babat.
Enak jadi simpanan?!
Anggi
(terperanjat)
Apa maksud lo?!!
Lastri
Benerkan?
(tersenyum)
Anggi
(berbisik ke telinga Lastri)
Lo jangan macam-macam ya sama gue.
Lastri
(tersenyum)
Gue nggak macam-macam.
Lastri mengangkat sedikit rambut Anggi yang menutupi Lehernya. Anggi panik, matanya terbelalak dengan tindakan Lastri yang tak ia duga.
Lastri
Leher lo merah.
(menurunkan rambut Anggi)
Nggak macam-macam kan gue?
(tersenyum)
Anggi sangat kesal.
Anggi
Awas lo!
Anggi Pergi meninggalkan Lastri. Lastri juga pergi.
CUT TO :
22. INT. KANTIN - MEJA MAKAN LASTRI – THE NEXT DAY
Lastri duduk sendiri di sebuah meja dan dua kursi sambil menyantap makan siangnya dengan lahap. Teh manis dinginnya juga sangat melegakan dahaganya. Sesekali Lastri memperhatikan suasana kantin yang ramai dengan para karyawan yang juga makan siang. Beberapa karyawan menyapa Lastri, ia berusaha ramah dengan membalas sapaan itu. Gawainya berdering. Sebuah pesan masuk dari pak Tejo. Lastri membukanya, pak Tejo mengirimkan beberapa buah foto laki-laki pada Lastri. Lastri hanya bisa geleng-geleng.
Lastri
Pak lek, pak lek, ada-ada aja!
Lastri meletakkan gawainya dan kembali menyantap makanannya. Tak lama sebuah panggilan masuk ke gawai Lastri.
Lastri
Pak lek?
Lastri mengangkatnya.
Lastri
Ya, pak lek?
Ada apa?
CUT TO :
23. INT. RUMAH PAK TEJO - RUANG TAMU – DAY
Pak Tejo duduk di kursi sofa sedang menelpon, di sebelahnya ada bi Ipah yang ikut menguping pembicaraan pak Tejo.
Pak Tejo
Gimana calon suamimu itu?
cocok toh?
Jangan kamu tolak ya, nduk!
Terima saja, ya!
Anak orang kaya, usaha ternak ayamnya dimana-mana, ndak akan nyesel kamu nikah sama dia.
Bi Ipah tiba-tiba merebut teleponnya dari pak Tejo.
Pak Tejo
Gimana toh, kamu dek...
Mass lagi bicara sama Lastri juga!
Sebentar toh, dek..
(mencoba merebut gawai)
Bi Ipah
(mengangkat jari telunjuk)
Ssssttt..
Biar aku yang ngomong, mas.
(mendekatkan gawai ke telinga)
Nduk,kamu denger toh apa kata pak lek itu, nyesel kamu ndak terima dia, yo!
Inget, jangan di tolak.
Sudah toh?
(bertanya pada pak Tejo)
INTERCUT – PANGGILAN TELEPON
Lastri
Bu Lek, Pak lek, Las belum mikirin itu. Lastri masih kerja sekarang,
Mmmm...nanti lastri telepon lagi ya.
Bi Ipah
Tttu..tunggu, tunggu dulu!
Lastri
Apa bu lek?
Bi ipah
Uangmu ada, toh?
Lastri
Ada, bu lek perlu?
Bi Ipah
Hehehe, paham toh kamu Las, Hehehe.
Bu lek perlu uang, mau bayar kreditan perabot dapur, masih ada yang belum lunas.
Boleh toh bibi minta sama kamu?
Lastri
Boleh kok bu lek, nanti sore pulang kerja lastri transfer ya.
Bi ipah
Ihiiyyy..
Kamu memang top markotop, Las!!
Ponakan yang paling mengerti, bu lek.
Iyaiyaiya, buk lek tunggu yaa.
Lastri
Iya bu lek, yaudah kalau gitu, lastri tutup ya. Assalamu’alaikum.
Bi Ipah
Iya iya, Wa’alaikumsalam.
Bi Ipah menutup teleponnya dengan gembira dan mengembalikan gawainya pada pak Tejo.
Pak Tejo
Lho, lho, lho, kok dimatiin toh?! Mas belum selesai ngomong, dek..
(menggaruk kepalanya)
Bi Ipah
Yaudah, telepon lagi lah!.
Aku mau ke ruma mbak ratna, mau makan.
Aku ndak masak yo mass...
Dahh!!!
Bi Ipah melambaikan tangan lalu pergi.
Pak Tejo
Piye toh punya istri begini sekali...
=Pak Tejo mencoba menelpon Lastri kembali.
Operator Seluler
Sisa pulsa yang anda miliki tidak bisa melakukan panggilan ini. Segera lakukan pengisian ulang dan...
(Tuuuut)
Pak Tejo mematikan teleponnya.
Pak Tejo
haduhh!!
(memegang dahinya)
Kacau!
CUT TO :