Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
8. INT. PENGINAPAN – JENDELA - NIGHT
Tak jauh dari tempat mbah Piah dan Lastri bergelak tawa, tampak bu Ratna mengamati gerak gerik mereka. Ia merasa kasihan pada Lastri.
Bu Ratna
Las, maafin ibu Las.Ibu nggak seperti mbahmu, ibu lemah,nggak bisa ngelindungi kamu.
Menutup tirai jendela, ia terpaku di depan jendela.
DISSOLVE TO :
9. EXT. HALAMAN DEPAN PENGINAPAN – THE NEXT DAY
Pak Tejo, bi Ipah, bu Ratna, Lasmini dan mbah Piah sudah bersiap-siap untuk kembali ke kampung. Lastri membantu memasukkan barang-barang membantu mereka mengemasi barang untuk dimasukkan ke dalam mobil. Rossie yang sedari pagi sudah tiba juga ikut membantu mereka.
Pak Tejo sudah masuk duluan ke dalam mobil dan ia duduk duduk di depan. Bi Ipah, Lasmini dan mbah Piah satu persatu menyalami dan memeluk Lastri dan Rossie sebagai tanda perpisahan, mereka masuk ke dalam mobil satu persatu. Bu Ratna memeluk erat Lastri. Lastri juga membalas dekapan ibunya. Keduanya melepaskan pelukan.
Bu Ratna
(mengelus pipi Lastri)
Ibu pulang ya, nak. Jaga diri baik-baik.
(memeluk Lastri)
Lastri
(Mengangguk)
Iya, bu, Lastri akan jaga diri baik-baik.
(Melapaskan pelukan)
Ibu tenang aja disini selalu ada Rossie yang bakal jagain Lastri, bu.
(merangkul Rossie)
Bu Ratna tersenyum. Tangannya menyentuh pipi putrinya sekejap, lalu dipeluknya lagi. Bu Ratna menyalami Rossie lalu masuk ke dalam mobil. Pak Tejo menoleh ke arah Lastri.
Pak Tejo
Jadi piye? Sudah ada keputusannya?!
Mbah Piah
Tejooo! Sudahlah!
Pak tejo
Apa toh, bu?!
(menoleh ke kursi belakang)
Lastri
Belum, pak lek!
Pak Tejo
Jadi kamu ndak mau pulang sama kita?
Lastri
(menggeleng)
Enggak, pak lek!
Pak Tejo
Yowes kalau begitu. Kita semua pamit!
Tapi kalau kamu berubah pikiran langsung pulang yo!
Assalamu’alaikum.
Lastri
(mengangguk)
Wa’alaikumsalam.
Mesin mobil dihidupkan, kemudian melaju meninggalan Lastri dan Rossie. Selepas kepergian keluarga Lastri, Rossie dan Lastri juga ikut pergi mengendarai mobil rossie.
CUT TO :
10. E/I. MOBIL ROSSIE – DAY - TRAVELLING
Mobil melaju. Di dalam mobil Lastri melamun. Rossie melihat gelagat aneh itu lalu mencoba mengagetkannya. Ia menekan rem dan bunyi klakson cukup panjang.
Lastri
(Kaget)
Lo kenapa sih? Bikin kaget!
Rossie
Lo kenapa sih? ngelamun terus
Lastri
Ih, apaan sih lo ikut-ikut ngomong kaya gitu?
Rossie
Habis lo melamun terus.
Rossie menginjak pedal dan mobil kembali berjalan.
Rossie
Kenapa, sih? Kenapa?!
Gara-gara ide gila paman lo itu?
Lastri
Ih, apaan sih!
Bukaaan!
Rossie
Trus lo kenapa?
Dari kemaren tau ga lo kaya gini.
Ngelamun terus.
Lama-lama kerasukan lo!
(berpikir)
Tapi gue heran sih emang sama pak lek lo itu,
zaman udah modern gini, masih aja pemikirannya kolot kaya gitu.
Lastri
(menatap Rossie)
Rossie
Eh. Sorry sorry! Pak lek lo, ya?!
Lastri
Hhmm...Ga papa kok.
Lagian gue tuh bukan karena pak lek.
Gue mah biasa aja, gue juga tau pak lek itu emang begitu orangnya.
Suka maksain kehendak!
Rossie
Lalu kenapa anda melamun Lastri Prameswari?
Dari kemaren tau ga sih?
Malu muka gue tau nggak lo pas wisudaan kemarin pada diliatin.
Lo cerita kenapa sih sama gue?
Kenapa?
Rangga?
Lastri terdiam.
Rossie
Nah, ini dieee!! Diemmm lagi.
Lo kenapa sih?!
Lo berantem sama dia?
Lastri
Dikit, sih,
Rossie
Kenape?
Lastri
Menurut lo mungkin gak sih kalo kita putus?
Rossie
Kenapa lo mutusin dia?
Lastri
Ya nggak kenapa-napa sih, gue nanya doang.
Rossie
(Geram)
Lastri, lo bisa ngomong yang jelas ga sih?!
Si Rangga abis ngapain elu sampe lu minta putus?!
Lastri
Eh,apaan sih lo?!
Ga ngapa-ngapain kok.
Rossie
Ya, terus kenapa mau putus?
Lastri
Gue bingung. Belakangan dia jadi aneh.
Rossie
Aneh gimana?
Lastri
Ya aneh! berubah gitu. Nggak kaya biasanya.
Rossie
Maksudnya gimana tuh?
Lastri
(menghela napas)
Misalnya, ya kaya udah jarang aja gitu komunikasi sama gue.
Kalau ngomong kadang-kadang kaya agak kasar gitu, pokoknya beda, deh!
Rossie
Hmm... Lo udah coba hubungi dia?
Lastri
Udah!
Udah dari beberapa hari yang lalu.
Kemarin juga udah, tadi malam, sama tadi pagi juga udah!
Tapi ya emang nggak ada balasannya.
Rossie
Sms atau wa gtu udah?!
Lastri
Udah juga. Tapi emang nggak ada.
Rossie
Hhmm...tercium bau-bau enggak enak nih,
Iyee, kenape yee....
Naaahh....
(menjentikan jarinya)
Gue tau,
Di keluar kota sama papanya.
Bisnis mungkin. Ya nggak, sih?!
Lastri
Gak mungkinlah, sekarang gue mau jumpa bapaknya.
(menunjukkan dokumen yang dipegangnya)
Rossie
Iya juga yaa. Hhmm...
Lastri
Lo ga apa nggak pernah curiga-curigaan gitu sama orang?
Apa hidup lo selalu positive thingking kaya gitu ya?
Rossie
Ya engga juga sih, cuma gue nggak tau si Rangga main serong apa kagak, ya..
Pan, nggak deket dia sama gue.
(berpikir lalu mengangguk)
Tapi ngomong-ngomong nih ya, gue juga heran sih sama dia,
kenapa dia nggak dateng pas wisuda lo kemarin?
Harusnya itu jadi momen spesial kan buat lo sama dia, kenalan sama calon mertua gitu ye..
Lastri terdiam dan berpikir. Ia mengangguk-angguk membenarkan apa yang dikatakan Rossie.
Rossie
Kenapa lo?
Lastri
Kenapa gue?
Rossie
Elaah, canda mulu.
Bentar-bentar,....
(berpikir)
Rossie
Kenapa?
Rossie
Gue mau nanya ni, tapi lo jawab jujur ya!
(jarinya menunjuk)
Lastri
Iya, iya, apaan?
Rossie
Kalo lo bohong gue turunin lo ya!
Lastri
Kenapa gtu?!
Rossie
Jawab aja, iye apa kagak!
Lastri
Oke-oke, apa pertanyaannya?
Rossie
Lo kan nggak mau nikah tuh, kenapa lo pacaran?
Lastri
Gue bukan gak mau nikah, tapi belum siap nikah kalau sekarang.
Gue baru lulus dan Rangga juga lagi ngerintis, kan?
Apalagi sekarang dia lagi S2, bakal sibuk tuh sama tesis.
Jadi nanti dulu deh, kita juga udah ngomongin ini.
Rossie
Waw!!
(menggangguk)
Trus, satu lagi nih, gue mau nanya, sebenarnya udah lama gitu.
Cuma gue gak enak aja gitu sama lo!
Lastri
Emang apa?
Rossie
Lo sama rangga udah tiga tahun nih, ya kan?
Lastri
Iya, trus kenapa?
Rossie
Kalian sama-sama terbuka kan dengan hubungan kalian?
Yaa... gimana ye..
Hmmm...
Ga enak gue...
(segan)
Ya, lo liat aja deh, gue yang temennya lo aja nggak pernah ngobrol samsek sama dia.
Aneh nggak, sih?!
Lastri mengernyit.
Lastri
Maksud lo?
Rossie
Ya, maksud gue gitu, sama-sama terbuka,
orangtua lo tau dia, papanya dia tau kalo lo pacarnya dia.
Hmm...
Minimal kenal aja, deh!
Lastri
(menggeleng)
Hmm... gue sih tahu papanya Rangga ya karena beasiswa,
tapi Rangga sama sekali nggak tau soal gue. Lebih tepatnya dia kaya nggak mau tahu, sih.
Nggak pernah nanya apapun tentang gue, yaa gue pun juga males buat ceritain.
Rossie
Serius lo?!
Rossie meminggirkan mobilnya dan berhenti.
Lastri
(mengernyit)
Maksud lo?
(berpikir)
Oh..
(mengganguk)
Iya.
Rossie kesal dengan jawaban santai Lastri.
Rossie
(menunjukkan tiga jari)
What?!! tiga tahun, lho!
(memukul setir mobil)
Apaan! Lo gimana sih?!
Jangan bilang cuma gue yang tau.
Lastri
(mengangguk)
Mungkin.
Rossie
(memukul setir mobil lagi)
Lo polos ape gimana sih?!
Tiga tahun, tahu nggak!
Lastri
(menghela napas)
Ya lo ngertilah, reputasi Rangga kaya apa di kampus,
sementara gue cuma anak kampung yang kebetulan kuliah dan dapet beasiswa dari
perusahaan papanya dia. Kalau yang lain pada tau, ya... kan nggak enak,
bakal ganggu dia dan gue juga pastinya.
Rossie memejam mata dan mengepalkan tangan. Ia kesal mengapa Lastri sampai diperlakukan begitu.
Rossie
(mengangkat tangannya)
Gue nggak tau deh!!
Nggak ngerti gue serius!
(memejamkan matanya)
Lastri
Lo kenapa sih Ros? Marah banget kayanya.
Rossie
(membuka mata, menarik tangan Lastri)
Las, dengerin gue. Rangga nggak sayang sama lo.
Dia manfaatin lo untuk naikin nilai-nilai kuliah dia doang.
Dia pacarin lo, karena lo pinter, lo paham?!
Selama ini tugas-tugas dia lo yang ngerjain kan?
Hhmm... coba lo inget deh, dia bisa lulus gara-gara siapa?!
Lastri
I..iya, gue ta..u sih, tapi kita nggak boleh suuzon dulu sama dia.
Siapa tau dia nggak kaya gitu, kan?
Gue tiga tahun sama dia baik-baik aja kok,
nggak pernah dia sekalipun dia selingkuh atau aneh-aneh sama gue.
Udahlah!
Urusan kenalan keluarga atau sama lo bisa nanti pas mau nikah, kan?
Nggak harus sekarang.
Rossie
Lass...
Gue bukan suuzon karena dia pacar lo,bukan!
Dan gue juga nggak masalah dia nggak pernah ngobrol sama gue, terserah deh..
Tapi, teorinya begitu, cowok kalo nggak pernah pengen tahu tentang lo,
artinya dia nggak beneran sayang sama, lo.
Dia Cuma manfaatin lo doang, Las.
Please buka mata lo, tiga tahun.
(terdiam dan berpikir)
Jangan-jangan dia ada main di belakang lagi!
Lastri
Ah! Mana mungkin, gila lo!
Rossie
Ya, bisa jadi, kan? Kita nggak tahu.
Laki-laki lho, dia. Ganteng, kaya raya,
dan dia bisa main sama perempuan mana aja yang dia pengen.
Why not!!
Lastri
(mengangguk)
Trus gue harus gimana?
Rossie
(berpikir)
Coba lo telpon dia lagi deh!
Lastri mengambil gawai dan mencari nama Rangga di layar. Ia menghubunginya.
Lastri
Gak masuk!
Rossie
Yaudah sekarang kita ke kantor aja dulu!
Gimana?
Lastri
Yaudah, oke. Jalan aja dulu.
Rossie kembali menghidupkan mesin mobil. Mobil kembali melaju melintasi jalan.
CUT TO :
11. I/E. MOBIL/PARKIRAN – DAY
Mobil Rossie dan Lastri berhenti di parkiran kantor Rangga.
Lastri
Yaudah kalo gitu, gue masuk dulu ya.
(Lastri membuka pintu mobil)
Gue boleh minjem hape lo nggak?
Rossie
Buat apa?
Lastri
Minjem aja.
Boleh?
Rossie
Hhmm... yaudah, nih!
Rossie memberikan gawainya pada Lastri. Lastri keluar dari mobil dan berjalan menuju kantor. Lastri berjalan menyusuri parkiran yang dipenuhi mobil-mobil yang diparkir berjajar. Langkah Lastri berhenti saat melihat sebuah mobil berwarna putih. Ia seperti mengenali pemilik mobil itu.
Lastri
Kayanya itu mobil Rangga, deh!
Apa dia di dalam ya?
Lastri memutuskan untuk masuk ke dalam kantor.
CUT TO :
12. INT. RUANG KERJA PAK PRADIPTA – DAY
Lastri dan pak Pradipta duduk berdua di kantor dan saling mengobrol.
Pak Pradipta mengambil pulpen tintanya dan menandatangi berkas yang diberikan Lastri dan menyerahkannya lagi pada Lastri.
Lastri
Terima kasih banyak pak karena sudah memberi kesempatan ini untuk saya.
Saya akan berusaha sebaik mungkin.
Pak Pradipta
(tersenyum)
Ya, saya sudah tahu kamu pasti bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini.
Kamu telah membuktikan sebelumnya dengan menjadi lulusan terbaik di kampus.
Saya yakin kali ini kamu juga pasti tidak akan mengecewakan saya dan perusahaan.
Saya percaya sama kamu Lastri.
Saya juga banyak mendengar cerita tentang kamu dari anak saya,
karena telah banyak sekali membantunya selama studinya dulu.
Saya harap kamu tidak pernah bosan-bosan berteman dengan Rangga, ya.
Lastri
(terbelalak)
(V.O)
Te..man?!
Pak Pradipta
Oya Lastri, perusahaan juga sedang berusaha untuk beasiswa S2 kamu,
semoga cepet beres aja. Kamu tinggal tunggu kabarnya saja nanti dari perusahaan.
Lastri
(mengangguk, lalu tersenyum)
Baik, pak. Terima kasih.
Kalau begitu saya pamit dulu, ya pak.
Pak Pradipta
Oh, iya silakan.
Lastri membereskan dokumen-dokumennya lalu berdiri.
Lastri
Permisi, pak!
Lastri undur diri dari hadapan pak Pradipta dan keluar dari ruangannya.
CUT TO :
13. INT. DEPAN RUANGAN PAK PRADIPTA – DAY
Lastri menutup pintu ruangan pak Pradipta. Ia berdiri sejenak di depan ruangan. Lastri berpikir.
Lastri
Apa?! temen?!
Temen katanya.
(tertawa kecil sambil menggeleng)
Gila!
Lastri melangkah menuju lift. Tiba di depan lift Lastri menekan tombol untuk turun. Sambil menunggu lift terbuka, Lastri tiba-tiba menoleh ke sebuah ruangan yang tepat berada di sisi kanannya. Lastri menatap lama ke arah pintu ruangan itu.
Lastri
Apa Rangga di dalam?
(melangkah)
Pintu Lift terbuka, tapi Lastri memutuskan mendekati pintu ruangan itu. Pintunya tertutup rapat, tidak ada celah untuk melihat apa yang terjadi di dalam, tapi Lastri melihat ada bayangan bergerak di dalam. Lastri merogoh tasnya. Ia memgambil gawai yang dipinjamnya pada Rossie. Lastri menekan nomor di gawai itu dan mencoba menghubunginya.
Anggi (V.O)
Halo...
Lastri terkejut karena suaranya adalah perempuan.
Anggi (V.O)
Halo? Ha...looo?!
Lastri
(memelankan suara)
Ya, halo, bisa bicara dengan Rangga?
Anggi (V.O)
Lo siapa?!
Suaranya terdengar judes.
Lastri
Hhmm...
Maaf mbak siapanya Rangga, ya?
Anggi (V.O)
Ya gue pacarnya, lah!
Lo yang siapa?!
Lastri
(terdiam)
Anggi (V.O)
Halooo, gue bicara sama siapa?!
Lastri mematikan panggilannya. Lastri semakin mendekati ruangan itu sampai ia berada tepat di depan pintu ruangan. Ia mendekatkan telinga ke pintu dan mencoba mencari celah untuk mengintip. Tangannya memegang knop pintu, perlahan-lahan dibukanya agar tak ketahuan.
CUT TO :