Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
14. INT. RUANG KERJA RANGGA – DAY - CONTINOUS
Anggi melemparkan gawai ke sofa. Rautnya cukup kesal.
Anggi
Ih siapa sih? Cewek sialan!
Ia duduk di sofa merebahkan diri. Kedua tangannya disilangkan ke dada. Ia bangun dari duduknya, dan berjalan mondar-mandir di dekat meja Rangga. Rangga yang tengah bekerja di meja kerjanya melihat gelagat Anggi yang kesal. Ia langsung bangun dan mendekati Anggi.
Rangga
(memeluk Anggi dari belakang)
Kenapa sih, sayang?
Anggi
Gak tau aku, cewek gak jelas nelpon kamu.
Rangga
Siapa?
Anggi
(menggerakkan dagu)
Tuh, di hape kamu!
Rangga berjalan menuju sofa. Ia melihat layar gawainya dan menemukan kontak yang tidak tersimpan digawainya. Ia meletakkan gawainya dan kembali mendekati Anggi sembari memeluknya dari belakang.
Rangga
Yaudah sih, aku juga nggak tau itu nomornya siapa.
Anggi
(berbalik)
Tapi tadi suara perempuan.
Rangga
Ha?!
(mengernyitkan dahi)
Oh! mungkin orang iseng, sayang.
(mendekatkan kepalanya ke Anggi)
Kamu tahu kan ketampanan pacarmu ini tiada duanya, jadi pasti ada aja perempuan-perempuan diluar sana yang suka iseng sama aku.
Anggi
(wajahnya cemberut)
Maksud kamu? Kamu main di belakang aku?!
Rangga
(menggeleng)
Enggak sayang...
Mana mungkin aku berani main-main di belakang kamu.
(menyentuh pipi Anggi)
Kamu mainan paling asyik buat aku. Aku udah cukup sama kamu, sayang.
(menggengam tangan Anggi)
Kamu gak perlu takut, karena aku
satu-satunya buat kamu.
Oke Baby?
Anggi
Hhmm....
Rangga
(membelai pipi Anggi)
Ih, kamu kenapa sih?
Nggak percaya sama aku?
Anggi
(menatap Rangga)
Perempuan kampung itu, gimana?!
Rangga
(Terdiam)
Anggi melepaskan Rangga dan duduk di sofa.
Anggi
Tuh, kaan! Kamu selalu diam kalau aku tanyain tentang dia!
Udah ah, bete! Aku balik aja!
Anggi mengambil tasnya dan ingin bangun dari sofa, tapi Rangga menahannya. Ia mengunci pinggang Anggi sambil menatapnya.
Rangga
Sayang... aku masih butuh perempuan itu sedikit lagi untuk kelancaran studi S2 aku. Kamu ngerti, kan? Perusahaan papa akan jatuh ke tangan aku, setelah semua itu terwujud, perempuan itu pasti aku buang. Dan kamu, satu-satunya untuk aku.
Kamu sabar sedikit lagi, ya?!
Anggi
(Menggangguk)
Iya.
Rangga
(tersenyum)
Kamu mau pulang?
Rangga mendekatkan tubuhnya pada Anggi.
Anggi
Ih, apaan sih! Nggak, aku bercanda.
Anggi mencoba melepaskan diri, tapi Rangga lebih kuat. Anggi tak bisa berkutik, ia hanya memberikan senyum sebagai perasaan suka atas perlakuan Rangga. Rangga semakin membungkukkan tubuhnya di atas Anggi. Matanya dan Anggi berjarak cukup dekat.
Anggi
Kamu mau ngapain?
Rangga tersenyum. Ia membelai area pipi Anggi.
Rangga
Aku mau....
Anggi
(menahan tangan Rangga)
Rangga, tapi ini di kantor..
Kita gak mungkin..
Rangga melepaskan tangan Anggi yang menahannya. Tatapannya semakin dalam pada Anggi.
Rangga
Ini ruangan aku, jadi gak ada salahnya Kalau kita....
Suara bantingan pintu terdengar. Rangga dan Anggi mendengar suara itu. Pintunya tak bisa tertutup rapat, sedikit terkuak. Rangga melihat bayangan Lastri melewati pintu itu.
Rangga
Las..tri..
Rangga melepaskan Anggi dan mengejar Lastri.
CUT TO :
15. I./E. LOBBY KANTOR/DEPAN KANTOR – DAY
Lastri berjalan dengan langkah yang cepat. Sesekali melihat ke belakang, Rangga mengejarnya. Lastri mempercepat langkahnya, tanpa sengaja ia menabrak Aditya. Gawai Aditya yang sedang dipegangnya terjatuh ke lantai. Lastri kaget. Aditya mengambil gawainya, layar gawai Aditya retak dan tak bisa dihidupkan lagi. Lastri panik.
Lastri
Ma..maaf mas!
Rangga
Lastri!
Suara Rangga terdengar dari jauh. Lastri melihat Rangga semakin mendekat. Ia kebingungan antara menolong Aditya atau berlari, ia panik. Lastri memutuskan berlari menjauhi rangga. Rangga berhenti tepat di depan Aditya. Napasnya ngos-ngosan.
Rangga
Ah!!
(meremas tangannya)
Rangga tampak kesal karena tak bisa mengejar Lastri. Aditya hanya memerhatikan gerak-gerik Rangga. Ia mengernyitkan dahinya, heran. Rangga kembali berlari mengejar Lastri. Aditya melangkah masuk ke dalam kantor, ia menimang-nimang gawainya yang pecah dan tidak bisa menyala lagi. Ia kebingungan.
Aditya
Gimana ini, ya?!
Aditya melanjutkan langkahnya sampai tiba di depan lift. Ia berpas-pasan dengan Anggi. Aditya menatap Anggi dengan sinis.
Rangga (V.O)
Siapa lagi yang lo goda hari ini?
Anggi tak suka dengan tatapan itu, ia membuang mukanya dan pergi meninggalkan Aditya. Aditya melanjutkan langkahnya menuju lift.
CUT TO :
16. EXT. PARKIRAN – DAY - CONTINOUS
Lastri berjalan sampai tiba di depan mobil Rossie. Saat membuka pintu mobil, Rangga berhasil mencegatnya. Ia menahan lengan kiri Lastri. Tanpa basa-basi Lastri langsung menampar Rangga dengan tamparan yang cukup keras. Rangga mengaduh kesakitan dan melepaskan tangan Lastri.
Rangga
Lass!!
Lastri
Itu buat lo!
Bye!!!!
Lastri membuka pintu mobil dan langsung menutupnya. Mobil Rossie pergi meninggalkan parkiran. Rangga memegang-megang area pipinya yang ditampar Lastri.
Rangga
Auh!
Keras juga tuh cewe!
Awas aja!
Rangga memutuskan masuk ke dalam kantor. Tiba-tiba Anggi sudah berada di hadapannya.
Anggi
Kamu ditampar sama dia?
Coba mana aku lihat.
(menyentuh pipi Rangga)
Rangga menghalau tangan Anggi agar tak menyentuh pipinya.
Rangga
Aaah!! Udah, udah! Aku mau masuk!
Kamu mau pulang kan?!
Pulang aja!
Rangga pergi meinggalkan Anggi.
Anggi
Rangga! Rangga!!
(meremas tangannya)
Iihh!!
Dasar cewe sialan!
Anggi pergi mengikuti Rangga.
CUT TO :
17. I./E. DI DALAM MOBIL/PARKIRAN – THE NEXT DAY
Lastri sedang merapikan kemeja dan berkaca untuk merapikan rambut sebahunya yang dibiarkan tergerai. Lastri mengenakan badge namanya dan berkaca lagi. Rossie hanya bisa memandang Lastri dengan wajah yang tak ceria. Lastri menoleh ke arah Rossie.
Lastri
Lo, kenapa sih?
Rossie menggeleng. Ia membenamkan wajahnya, lalu mengangkatnya. Ia menatap Lastri.
Rossie
Gue khawatir sama lo!
Lastri
(menepuk pundak Rossie)
Gue mah nggak pa-pa!
Rossie
Lo yakin setelah lo nampar Rangga kemarin?
Lastri
Kenapa emangnya? Emang dia pantes, kan? Udah main-mainin gue!
Rossie
Iya, sih! cuma tetep, gue takut aja gitu,
Karir lu suram disitu!
Lastri
Hahaha, enggaklah!
Kalau pun akhirnya gue harus dipecat gara-gara nabokin Rangga, yaudah!
Gue terima, takdir ,kan?! Toh rejeki udah diatur.
Rossie bersandar di kursi mobil.
Rossie
Yaudah kalau gitu, lo hati-hati ya!
Lastri
(mengacungkan jempol)
Oke, bu bos!
Gue duluan ya!
Bye!
Rossie
Bye!
Nanti tungguin gue jemput, ya!
Lastri
(mengangguk)
Oke!
Lastri membuka pintu mobil dan keluar. Ia menutup mobil dan melambaikan tangan pada Rossie dengan tersenyum. Mobil Rossie meninggalkan Lastri. Lastri melangkah masuk ke dalam menatap kantor barunya dengan bahagia. Ia masuk ke dalam kantor.
CUT TO :
18. INT. LOBBY - LIFT - RUANG RAPAT – DAY
Lastri masuk ke dalam kantor, ia melewati lobby, lalu masuk ke dalam lift dan menuju ruang rapat. Ia mencoba tersenyum dan ramah pada orang-orang yang ia temui di kantor. Lastri tiba di depan pintu ruang rapat. Ia mengetuk, seseorang membukanya. Lastri masuk. Pak Pradipta yang sedang memimpin rapat menyambut kedatangannya dengan senang hati.
Lastri
(tersenyum)
Selamat Pagi, pak.
Pak Pradipta
(tersenyum)
Kemari, Las!
Lastri mengangguk, ia mendekat ke arah pak pradipta.
Pak Pradipta
Karena semuanya ada disini, hari ini kita kedatangan karyawan baru. Rekan-rekan pasti sudah mengenalnya. Ini Lastri, anak asuh perusahaan kita yang telah lulus dengan predikat terbaik, dan sekarang...
(menatap ke arah Lastri)
saya memanggilnya lagi agar ia mau bekerja sama dengan kita untuk membangun perusahaan dan bekerjasama dengan mitra yang lebih luas lagi.
Saya harap, semoga rekan-rekan disini semua bisa dengan terbuka menerima kedatangan Lastri dan bersedia membantu Lastri agar cepat beradaptasi dengan perusahaan.
Dan, Lastri,
(menoleh lagi ke arah Lastri)
Kamu awal-awal ini kamu akan dibimbing banyak oleh pak Aditya sebagai kepala departemen HRD,
(menunjuk Aditya)
Beliau orang kepercayaan saya di perusahaan saya. Masih muda dan energik seperti kamu. Kalau ada kesulitan kamu bisa tanyakan pada beliau, ya?
Rossie
(menggangguk)
Baik, pak!
Pradipta
Kalau begitu, kamu silakan duduk disana.
Pak Pradipta mengarahkan tangannya ke salah satu kursi kosong, Lastri pergi ke arah kursi yang ditunjuk dan duduk disana. Rapat kembali di mulai. Lastri sempat menoleh ke sembarang arah, ternyata Rangga juga ada di dalam ruang rapat. Sedari tadi Rangga sudah memperhatikan Lastri. Lastri sedikit kaget, namun ia mencoba bersikap seperti biasa. Lastri membuang pandangannya dari Rangga sampai rapat selesai.
FADE OUT :
FADE IN :
19. INT. MEJA KERJA LASTRI – THE NEXT DAY
Lastri sedang fokus dengan pekerjaannya. Mejanya ditumpukin beberapa dokumen yang sedang ia pelajari dan ia kerjakan. Tiba-tiba Rangga datang. Lastri menyadari kehadiran Rangga, ia tetap fokus pada pekerjaan dan pura-pura tidak tahu Rangga datang. Rangga mendekat. Tubuhnya bertumpu pada kedua belah tangan yang diletakkan di atas meja. Kedatangan Rangga ke meja Lastri menjadi perhatian karyawan-karyawan lain yang ada di dekat Lastri. Tapi Rangga tak mempedulikannya. Lastri merasa tak nyaman akan hal itu.
Rangga
Hei!
Lastri tak menggubrisnya. Ia tetap fokus. Rangga mencolek dagunya, Lastri sedikit menghalau, tapi Rangga berhasil melakukannya. Rangga menghela napas, lalu menyilangkan kedua tangannya ke dada. Lastri menggenggam kedua tangannya. Ia menutup mata, menghela napas sejenak, lalu menatap Rangga.
Lastri
Mau lo apa?!
Gue lagi sibuk!
Rangga
(tertawa)
Hahaha!!
Udah berani kurang aja sekarang?!
Lastri menghela napas, lalu tersenyum dengan terpaksa.
Lastri
Maaf ya pak Rangga, saya tidak punya banyak waktu untuk bapak, tolong jangan ganggu saya.
Rangga
(mendekat)
Santai aja lagi, lo nggak perlu sesibuk itu.
Lo kan pacar gue!
Perusahaan ini juga bakal jadi milik gue.
Lastri melepas napasnya dengan kasar, ia sedikit mengangkat bahunya dan menarik garis bibirnya.
Lastri
Pacar?!
Masih berani lo nyebut gue pacar lo setelah lo bermain di belakang gue?!
Rangga
Gue belum mutusin elo!
Lastri
Gak perlu!
Lo bukan pacar gue sejak skandal lo ketauan sama gue.
Dan Inget, gue nggak pernah bergantung sama lo... anak manja!
Mulai sekarang stop!
Kata-kata Lastri begitu menyakitkan Rangga. Wajah Rangga yang awalnya sangar, tiba-tiba berubah memelas. Ia menggenggam tangan Lastri dengan erat dan menatap Lastri. Lastri heran dengan gelagat Rangga yang dalam sekejap bisa berubah.
Rangga
Lass... gue mohon lo ngerti, Gue cuma cinta sama lo. Lo doang, cuma lo satu-satunya buat gue.
Sorry, gue khilaf.
Perempuan itu, cuma....perempuan panggilan.
Lastri kaget dan tak menyangka Rangga akan mengatakan hal tersebut. Lastri berdiri dari duduknya dan menatap Rangga dengan tatapan yang penuh dengan kebencian. Tangannya dikepal erat-erat, seperti ingin meninju. Ia mengangkat tangan kanannya dan jarinya menunjuk Rangga.
Lastri
Lo... laki-laki yang nggak punya hati!
Nyesel gue kenal sama lo!
Lastri mengambil dokumen-dokumen yang ada diatas meja lalu pergi meninggalkan Rangga. Rangga menahan tangan Lastri.
Rangga
Lass....
Gue mau, lo dengerin gue, kasih gue kesempatan, Please...
(Menatap dengan memelas)
Lastri
Lepas! Lepasin gue, nggak?
Malu diliat orang-orang. Lo nggak malu apa?
Rangga
(menggeleng)
Enggak. Gue nggak akan ngelepasin lo, sampai lo maafin gue dan kita balikan kaya dulu lagi.
Lo mau, ya?
Pleasee... gue mohon.
Lastri
Rangga, lo apa-apaan sih?
Lepasin gue, nggak?!
Rangga
Nggak, gue nggak akan lepasin.
Lastri meronta ingin dilepaskan tangannya. Tapi Rangga mencengkramnya dengan kuat. Tiba-tiba Aditya datang, ia berdehem. Kedatangannya membuat Rangga menghentikan perbuatannya. Ia melepaskan tangan Lastri.
Aditya
Semuanya tolong kembali bekerja!
Para Karyawan yang dari tadi mencuri-curi pandang memerhatikan Rangga dan Lastri langsung menunduk dan pura-pura fokus pada pekerjaan mereka.
Aditya
(menatap Lastri)
Kamu ke ruangan saya!
Lastri
Baik, pak!
Aditya berbalik dan pergi. Tak lama Lastri mengikuti langkah Aditya, Rangga kembali mencegat Lastri.
Rangga
Lass...
Lastri
Lo nggak liat gue dipanggil pak Adit?!
Stop ikutin gue atau gue bongkar skandal lo sama semua orang di kantor ini!
Rangga putus asa.
Rangga
Oke!
Lastri
Bagus!
Lastri pergi meninggalkan Rangga. Ia sangat kesal dan mengepalkan tangannya.
Rangga
Aaah!!!
Rangga menendang. Pekiknya mengundang perhatian karyawan-karyawan yang lain. Mereka menoleh ke arah Rangga, begitu pun sebaliknya. Dengan perasaan geram, Rangga pergi.
CUT TO :