Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
157. INT. MOBIL ADAM - MALAM
Ben mengendarai mobil sementara Adam dan Rizka duduk di bangku belakang. Ben memandangi mereka dari kaca depan mobil.
Setelah semenjak tadi mempertimbangkan, Rizka akhirnya memutuskan untuk bicara.
RIZKA
"Sebenarnya ada apa sih, Kak? Apa terjadi sesuatu di rumah yang Rizka tidak tahu?"
BEN
"Tidak ada, Rizka. Semua baik-baik saja."
Ben masih mengamati Adam dan Rizka dari kaca depan.
RIZKA
"Kak Adam, apa yang terjadi? Kenapa Kakak sebegitunya sampai menodongkan senjata? Apa Kak Ben berbuat salah?"
Adam berpaling pada Rizka.
ADAM
"Tentu saja Ben berbuat salah. Aku enggak akan begini jika dia mempermudah malam ini. Dan kau ingin tahu apa yang terjadi, Rizka?"
Adam bangkit dari sandarannya, memandangi Rizka dengan lebih dekat dan mengintimidasi.
BEN
"Kak."
ADAM
"Kuberitahu apa yang akan terjadi."
(Jeda, lalu dengan irama yang lambat)
"Kau akan mati malam ini."
BEN
"Kak. Rizka, jangan dengarkan Kak Adam. Kak Adam hanya sedang ... ada sedikit masalah dengan pekerjaannya. Dan dia-"
ADAM
"Diam, Ben!"
Adam memukul belakang jok di depannya. Sejenak ia berpaling ke arah Rizka lagi.
ADAM
"Kau pikir Papa dan Mama mengadopsimu cuma hanya karena menginginkan seorang anak perempuan? Sesederhana itu? Tidak, Rizka. Kau terlalu naif jika berpikir demikian. Sejak lama kau telah dipersiapkan untuk dijadikan tumbal hari ini dalam ritual tiga belas tahun. Itulah harga yang harus kau bayar setelah menumpang hidup di rumah kami selama sepuluh tahun. Menjadi tumbal."
Jeda. Rizka tidak bergeming.
BEN
"Kak, Kakak tidak perlu bicara seperti itu pada Rizka."
ADAM
"Aku tidak menanyakan pendapatmu tentang apa yang harus kulakukan, Ben! Perhatikan saja jalan di depan. Kau tak ingin salah satu dari kita terluka sebelum waktunya, kan?"
RIZKA
"Tum-tumbal?"
Rizka terdengar lirih. Adam beralih ke Rizka kembali.
ADAM
"Bagaimana? Kedengaran adil, bukan? Hidup enak dan nyaman selama sepuluh tahun dibalas dengan pengorbanan? Sekarang lebih baik kau diam dan pandangi saja bintang-bintang di luar sana selagi bisa. Kau pasti akan merindukan hal-hal ini di neraka."
Rizka melamun. Perlahan pandangannya mengarah pada jalanan di luar. Ben masih memandangi dari kaca depan, tidak bisa melakukan apa-apa.
CUT TO:
158. EXT. HALAMAN RUMAH - MALAM
Mobil Adam melaju masuk ke halaman, memarkirkan diri di sudut kanan rumah.
CUT TO:
159. INT./EXT. MOBIL ADAM - MALAM
Adam membawa Rizka keluar dari mobil. Ben tidak melakukan apapun. Ia pandangi Adam dan Rizka yang semakin berjalan menuju pintu depan rumah dari spion (Adam memegangi lengan atas Rizka).
BEN
(Bergumam)
"Sialan."
Ben buru-buru keluar dari mobil.
BEN
"Kak."
Ben mengejar keduanya.
CUT TO:
160. INT. RUMAH - MALAM
Adam masuk ke dalam rumah dengan menarik Rizka di sampingnya. Ben menyusul mereka di belakang. Bibi yang ketakutan menutup pintu.
BEN
"Kak, dengarkan aku dulu. Kak."
Adam tidak menggubris, melainkan masih tetap melangkah ke dalam rumah.
BEN
"Kak, Rizka itu adik Kakak. Dia enggak tahu-menahu mengenai hal ini. Kakak benar-benar begitu saja akan menuruti keinginan Papa?"
Adam masih melaju. Ben menghalangi Adam dengan berdiri di depan pintu ruang di bawah tangga yang tertutup.
BEN
"Oke, begini. Jika Kakak engak membawa Rizka masuk ke dalam aku berjanji sama Papa dan Kak Adam kalau aku enggak akan melukis lagi. Aku akan belajar tekun, dapat beasiswa, melakukan apapun yang menurut kalian pantas buat aku lakukan. Itukan yang diinginkan Papa?"
Jeda.
BEN
"Ya? Bagaimana?"
Adam melewati Ben, dan masuk ke dalam ruangan di bawah tangga.
CUT TO: