Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cerita Keluarga
Suka
Favorit
Bagikan
4. Hidangan Penyambutan

15.INT. KAMAR BEN - PAGI

Ben sedang melukis. Sebuah kuas ia apit di antara bibir atas dan bawahnya. Di tangan kirinya terdapat palet cat sementara tangan kanannya sibuk menggambar detil dengan kuas lain.

OVER THE SHOULDER: Sebuah gambar close-up wajah Rizka yang sedang tersenyum di kanvas.

Layar handphone Ben menyala di atas meja tanpa suara. Tertera: 1 new message.

CUT TO:

16.EXT. HALAMAN KANTOR - PAGI

Adam menaiki tangga di depan gedung kantor. Adam melewati satpam yang menungguinya di depan, lalu masuk ke dalam pintu kaca yang terbuka otomatis.

CUT TO:

17.INT. KANTOR - PAGI

Raka (26) menghampiri Adam dengan langkah-langkah panjang. Berkas laporan tampak berada di sebelah tangannya. Seorang karyawan yang datang berlainan arah dengan Adam dan Raka memberi salam berupa anggukan ke arah Adam dan Raka. Adam tidak balas mengangguk dan tetap berjalan, tetapi Raka mengangguk dan tersenyum. Raka menyejajarkan langkahnya dengan Adam.

RAKA

"Laporan pagi hari ini, Pak."

Raka menyodorkan sebuah map berisi berkas-berkas kepada Adam. Adam menerimanya sembari terus berjalan.

CUT TO:

18.EXT. KAMPUS - PAGI

Mobil Martin berhenti di depan sebuah universitas.

CUT TO:

19.INT./EXT. MOBIL MARTIN - PAGI

Rizka melepaskan safety belt. Ia mengulurkan tangannya kepada Martin, meminta tangan Martin untuk disalamkannya di atas kening. Martin memberikan tangan kanannya, dan Rizka menyalaminya.

MARTIN

"Nanti enggak kemana-mana, kan? Langsung pulang?"

RIZKA

"Iya, Kak, langsung pulang."

Hening sejenak. Martin dan Rizka saling bertatapan.

RIZKA

"Nanti kalau ada kemana-mana pasti Rizka kabari ke rumah-kayak yang Kak Martin selalu ingatin. Rizka pergi ya, Kak."

Rizka melambaikan tangan ke arah Martin dan bergegas keluar dari mobil.

Martin memperhatikan Rizka saat membuka pintu, juga saat Rizka memutari bagian belakang mobil (melihat dari pantulan spion) dan memandanginya langsung dari jendela mobil yang sengaja dibuka ketika Rizka mulai berbaur dengan mahasiswa lainnya.

Martin mengendarai mobilnya menjauh dari depan universitas bersamaan dengan kaca jendela mobil yang semakin menutup.

CUT TO:

20.INT./EXT. MOBIL AYAH - PAGI

Ibu terlihat duduk di jok depan penumpang. PAK SUTRISNO (55) berdiri di samping mobil menunggu Wina, Danu, dan Bibi yang keluar dari pintu depan rumah. Pak Sutrisno membukakan pintu untuk mereka. Ibu melongok ke belakang, tersenyum. Bibi masuk ke dalam mobil dari pintu yang satunya.

IBU

"Cucu nenek mau ke mana? Kenapa ganteng sekali? Mau menemani Mama belanja, ya?"

WINA

"Iya, Nek, mau ke supermarket. Mau menemani Mama dan Nenek belanja."

Wina menjawab menggantikan Danu. Tangannya menggoyang-goyang sebelah tangan Danu yang duduk di sebelahnya. Danu melongo. Ibu tertawa kecil, lalu beralih pada Pak Sutrisno yang telah masuk ke dalam mobil. Wina mencium kepala Danu.

IBU

"Berangkat kita, Pak."

Pak Sutrisno mengangguk. Mobil Ayah melaju keluar halaman rumah.

CUT TO:

21.INT. SUPERMARKET - PAGI

Ibu tampak ditemani Bibi yang mendorong troli di belakang di rak-rak supermarket yang menyediakan sayur dan buah. Sementara Wina dan Danu yang digendong memisah untuk membeli perlengkapan bayinya. Ibu berkata kepada Bibi,

IBU

"Bi, kita ambil buah seperti biasa ya. Tambahkan dua kilo untuk masing-masing."

BIBI

"Tiga kilo tidak kebanyakan, Bu? Satu kilo-satu kilo juga biasa sudah cukup."

IBU

"Sudah dibuat saja. Kita kedatangan tamu."

BIBI

"Baik, Bu."

Sementara Bibi mengurus buah dengan petugas minimarket untuk dibawa pulang, Ibu mendekati rak bertulisan dairy. Ibu mengambil sebuah produk susu literan, melihatnya baik-baik.

CUT TO:

22.INT. SUPERMARKET - PAGI (CONT'D)

Bibi mendorong kereta belanja mereka yang dipenuhi dengan aneka belanjaan menuju kasir dengan Ibu di belakangnya dan Wina dan Danu telah keluar lebih dulu.

CUT TO:

23.INT./EXT. MOBIL AYAH - PAGI

Pak Sutrisno meletakkan plastik-plastik putih besar penuh barang belanjaan ke bagasi belakang mobil.

CLOSE UP: Produk-produk susu literan memenuhi satu plastik besar sendiri.

Wina melongok ke arah Pak Sutrisno di belakang.

WINA

"Pak, mainan Danu bisa minta tolong dicarikan di plastik, Pak?"

PAK SUTRISNO

"Mainan mas Danu ya, mbak?"

WINA

"Iya, Pak, yang boneka gajah."

PAK SUTRISNO

"Mainan mas Danu yang boneka gajah."

(Pak Sutrisno mengulang perkataan itu dengan suara pelan, berusaha mengingati dirinya sendiri sambil mencari)

"Mainan mas Danu mana, Sus, yang boneka gajah?"

Pak Sutrisno berbisik ke arah Bibi yang menungguinya memindahkan barang-barang di samping troli.

BIBI

"Ada. Di plastik, Pak."

PAK SUTRISNO

"Yah, plastik yang mana?"

Bibi membantu Pak Sutrisno mencari ke dalam plastik.

WINA

"Ketemu, Pak?"

Bibi mengeluarkan sebuah mainan tangan berbentuk gajah sembari berbisik ke arah Pak Sutrisno.

BIBI

"Ini loh, Pak."

PAK SUTRISNO

"Yah, mana aku tahu, orang enggak ikut ke dalam."

BIBI

"Ada, mbak."

Bibi memberikan Wina mainan gajah Danu.

WINA

"Terima kasih ya, Bi."

Wina menunjukkan mainan tangan itu ke Danu. Danu menggapai mainan itu dengan girang. Ibu melongok ke belakang dan ikut tersenyum.

Pak Sutrisno dan Bibi telah selesai memindahkan plastik-plastik besar dari troli. Pak Sutrisno menutup pintu bagasi mobil.

CUT TO:

24.INT. DAPUR - PAGI

Bibi dan Pak Sutrisno membawa masuk plastik-plastik putih yang berisi barang belanjaan di atas meja dapur. Ibu mengawasi mereka dari belakang.

PAK SUTRISNO

"Ada lagi yang bisa saya bantu, Bu?"

IBU

"Sudah itu saja. Terima kasih ya, Pak."

PAK SUTRISNO

"Iya, Bu sama-sama. Saya permisi ke depan ya, Bu."

Pak Sutrisno pergi dari dapur.

IBU

"Nanti buah-buahannya langsung disusun di satu piring dan diantar ke ruangan saja ya, Bi. Susunya juga. Satu botol itu dituangkan semua ke baskom kecil."

BIBI

"Dibawa ke ruangan yang mana ya, Bu?"

IBU

"Ruang di bawah tangga."

BIBI

(Ragu, terdengar lemah)

"Oh. I-iya, Bu."

IBU

"Ini kuncinya."

Bibi mengambil kunci yang diberikan Ibu. Dipandanginya lekat-lekat kunci di tangannya.

IBU

"Bibi ini seperti baru sekali ini saja masuk ke dalam. Tak ada yang perlu dicemaskan, Bi. Bibi tahu itu. Begitu masuk, letakkan saja hidangannya di atas meja. Sudah. Bibi keluar. Cuma tiga hari ini saja, Bi. Yah? Bisa, ya?"

Bibi memandangi Ibu. Menggangguk.

IBU

"Ya sudah, kalau begitu Saya ke kamar dulu. Kalau ada apa-apa ketuk saja pintunya."

Ibu pergi. Bibi memandangi kunci di tangannya lagi.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar