Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
88. INT. LORONG RUMAH SAKIT - MARTIN - SIANG
Martin berjalan dengan tergesa bersama dengan seorang SUSTER di sampingnya.
CUT TO:
89. INT. KAMAR PASIEN - SIANG
Pintu kamar pasien terbuka dengan keras. Martin dan suster datang. Julie yang tadinya berjaga di sana memandangi mereka.
MARTIN
"Apa yang terjadi?"
Martin memeriksa keadaan mata pasien dengan senternya.
JULIE
"Detak jantung pasien tiba-tiba melemah, Dok."
MARTIN
"Suster, siapkan DEFIBRILLATOR."
SUSTER
"Baik, Dok."
Suster meninggalkan ruangan dengan tergesa. Dan selagi menunggu, Martin memompa jantung pasien dengan menekan-nekan dadanya dengan telapak tangan.
MARTIN
"Suster, tekanan darah?"
Julie mendengarkan dan memeriksanya.
JULIE
"Enam puluh delapan, Dok."
Suster yang tadinya mengambilkan defibrillator kembali ke ruangan dengan alatnya.
MARTIN
"Siapkan 200 joule."
Suster mengisi defibrillatornya. Martin mengambil kedua paddle.
SUSTER
"Sudah, Dok."
Martin menempelkan alat itu di dada pasien. Tubuh pasien berguncang. Namun tidak terjadi apa-apa dengan denyut jantungnya di monitor.
MARTIN
"Naikkan 250."
SUSTER
"Terisi."
Alat itu diletakkan di dada pasien kembali, namun hasilnya masih sama.
MARTIN
"300."
SUSTER
"Terisi."
Alat pendeteksi jantung berjalan statis. Hening beberapa saat.
JULIE
"Waktu kematian ..."
Martin mengangkat kepalanya dari pasien, lalu mendapati pasien-dengan-wajah-yang-lebih-pucat berdiri di samping ranjang mereka, memandangi tubuhnya sendiri. Pasien-dengan-wajah-yang-lebih-pucat pergi meninggalkan tubuhnya dengan menembus dinding.
CUT TO BLACK:
90. INT. RUANG TAMU - SIANG
Bibi tergesa membuka pintu depan rumah hingga tidak menyadari sosok perempuan bergaun dan pria paruh baya duduk di kursi rodanya di ruang tamu, yang sesaat kemudian menghilang.
Dari balik pintu, tampak Rizka dan Eka yang baru saja pulang dari kampus.
RIZKA
"Terima kasih, Bi."
Rizka dan Eka masuk ke dalam rumah, meninggalkan Bibi untuk menutup pintu di belakang mereka.
Saat Bibi berbalik, Bibi mendapati Eka sedang mengangguk pada salah kursi kosong di sana (seolah-olah Eka melihat seseorang).
CUT TO:
91. INT. RUANG MENONTON - SIANG
Wina keluar kamar saat Rizka dan Eka sedang ingin menaiki tangga menuju kamar Rizka.
WINA
"Siapa, Bi?"
BIBI
"Non Rizka dan temannya, Mbak."
Wina memandangi arah menuju ke belakang.
BIBI
"Maaf, Mbak. Saya permisi ke belakang. Ada pekerjaan lain yang harus saya kerjakan."
WINA
"Eh, Bi. Album-album foto keluarga di mana ya? Tahu? Saya mau lihat-lihat."
BIBI
"Oh, ada di rak situ, Mbak."
Bibi menunjuk sebuah rak di dekat televisi. Wina mengikuti arah tangan Bibi, kemudian mengangguk.
WINA
Terima kasih ya, Bi.
Bibi balik mengangguk, dan berlalu.
CUT TO:
92. INT. KAMAR RIZKA - SIANG
Eka memandangi kamarnya.
EKA
"Rumah sebesar ini, apa tidak pernah ada masalah, Riz?"
RIZKA
"Setiap keluarga pasti punya ceritalah, Ka."
Eka pergi mengamati buku-buku berbahasa Inggris milik Rizka yang berjajar di rak.
EKA
"Pantas banget lancar di kelas. Selain punya Kakak yang satu jurusan dan satu tingkat di atas, ternyata suka koleksi beginian. Sudah berapa lama koleksi dan baca buku, Riz?"
Rizka memandangi Eka.
RIZKA
"Baru. Beberapa bulan sebelum lulus sekolah. Sastra itu lebih enak dinikmati dari bahasa aslinya sih, karena enggak jarang kita nemuin kata terjemahan yang kurang sepadan dengan makna aslinya."
EKA
"Kenapa enggak pilih sastra Indo? Kalau soal menikmati, kan, Indo pasti tulisannya terasa lebih dekat kan ya ke sehari-hari? Emang enggak ada penulis Indo yang kamu suka?"
Rizka mengangkat bahu.
RIZKA
"Jujur, sejauh ini aku nemuin tulisan-tulisan luar jauh lebih menarik di tema. Mungkin belum nemu aja sih. Atau mungkin aku yang malas cari? Indo kalau enggak seputar cinta segitiga, perselingkuhan. Sekalinya yang berat, berat banget. Suram, dan pakai singung-singgung sejarah."
Eka mengambil sebuah buku berjudul Carrie karya Stephen King.
EKA
"Kamu udah menonton filmnya?"
Eka mengangkat buku Carrie ke arah Rizka.
RIZKA
"Enggak begitu suka menonton. Menurutku film enggak sebaik buku. Di film kita hanya duduk, menerima apa yang diberikan sutradara. Daya khayal kita dibatasi dengan gambar-gambar, tidak seperti buku. Kita bisa mengembangkan sendiri latar, wujud tokoh, dari petunjuk-petunjuk yang diberikan penulis."
EKA
"Selera sih. Aku lebih suka nonton malah. Beda cerita kalau film adaptasi ya. Eh, tapi Carrie bagus sih. Enggak mengecewakan, aku jamin. Film jadul gitu. Pemeran Carrie-nya, Sissy Spacek, top banget. Aku ada filmnya di rumah. Besok aku bawakan."
Eka memasukkan novel Carrie kembali ke rak. Kemudian sambil melihat buku-buku yang lain Eka berkata.
EKA
"Oh iya, Riz. Tadi di ruang depan itu siapa? Kakek sama Tante kamu?"
RIZKA
"Ruang depan? Yang mana?"
EKA
"Yang pakai kursi roda. Masa enggak kelihatan sih? Kita lewat pas di depan mereka."
Eka memandang Rizka. Rizka berpikir di tempat.
Seorang perempuan bergaun tampak mendorong seorang pria paruh baya di atas kursi roda melewati pintu kamar Rizka yang terbuka. Eka melihat mereka.
EKA
"Nah, itu mereka barusan lewat."
Rizka memandangi temannya, lalu menghampiri pintu.
EKA
"Adakan?"
Rizka melongok ke luar kamar.
EKA
"Siapa, Riz?"
CUT TO:
93. INT. LANTAI DUA - SIANG
Rizka melongok ke kiri dan kanan dari pintu kamar. Tidak ada siapa-siapa.
RIZKA
"Oh, ya. Itu ... itu Kakek sama Tante. Mereka baru datang dari Yogya kemarin."
EKA (O.S.)
"Kamu ini Riz, masa bisa lupa."
Rizka menelan ludah, lalu masuk kembali ke kamar, dan menutup pintu.
CUT TO:
94. INT. KAMAR ADAM - SIANG
Di atas tempat tidur, Wina membalikkan halaman-halaman sebuah album foto. Di sana ada gambar Ayah Muda, Ibu Muda, dan Pria Paruh Baya di atas kursi roda. Agak ke belakang, Wina menemukan foto Pria Paruh Baya berdampingan dengan Perempuan Paruh Baya. Tidak hanya sebuah foto, tetapi ada beberapa.
Wina teringat perempuan bergaun yang dilihatnya di ruangan bawah tangga.
INSERT: Perempuan bergaun terbang ke arah Wina dengan suara tangisan.
Wina memandanginya foto Perempuan Paruh Baya. Keduanya, Perempuan Paruh Baya dan Perempuan Bergauan terlihat berbeda. Perempuan Bergaun kelihatan jauh lebih muda.
Wina mengangkat kepalanya, menerawang ke arah dinding kamarnya, mencari-cari kemungkinan siapa gerangan Perempuan Bergaun itu.
CUT TO: