Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT
Muhtar, Jalil, dan Fajar terdiam. Tak ada tema yang dapat didiskusikan. Kemudian jalil mengubah posisi duduknya dan memulai pembicaraan.
JALIL
Beneran sudah dua minggu, Tar?
MUHTAR
Iya,
(pause)
Si Umam juga bilang katanya dia sudah dua minggu gak ke koperasi.
JALIL
Terus, yang ambil belanjaan Bu Nyai?
MUHTAR
Temannya, kata Umam begitu.
(pause)
Berarti dia memang sedang di rumah.
JALIL
Ya, itu masuk akal juga.
Umam masuk ke warung dan langsung menuju meja mereka.
MUHTAR
Eh, Mam!
UMAM
Tar,
(nadanya datar)
JALIL
Duduk bosku! Sini-sini!
UMAM
(duduk di samping muhtar)
Gini Tar,
(mengambil kopi Jalil)
Kau tau ini soal apa kan?
MUHTAR
Yap!
UMAM
Tadi sore Fatimah ke koperasi.
JALIL
Fatimah siapa, Mam!
UMAM
Teman dekatnya Naila!
MUHTAR
Iya, iya! Terus gimana?
UMAM
Dia bilang,
(pause)
Ning Naila dilamar, dan akan menikah.
MUHTAR
Ah, yang bener Mam!
UMAM
Dengan Pak Hanif.
(pause)
Aku paham yang kau raskan, Tar.
JALIL
Mam, Mam! Udah, udah.
Muhtar hanya terdiam. Mukanya merah padam, nafasnya tertahan. Segera ia pergi dari warung pojok. Teman-temannya tak mencoba menghalanginya, mereka paham apa yang dirasakan Muhtar.
FAJAR
Maaf sebelumnya, tapi aku bener-bener gak ngerti. Ini ada apa?
Jalil dan Umam hanya diam, tidak menanggapi kalimat yang disampaikan Fajar.
JALIL
(ke Umam)
Seharusnya kau basa-basi dulu, Mam.
UMAM
Ya, aku dengar ini pertama kali juga kaget Lil. Setelah kupikir, ya langsung sajalah. Toh hasilnya sama saja.
JALIL
Beda Mam.
UMAM
Oke, jadi yang tadi ini kurang pas, begitu?
FAJAR
Lil, ini kenapa?
JALIL
Mam, kasih tau Fajar!
FAJAR
Gimana Mam?
UMAM
Si Muhtar, suka sama Naila. Dia ndalemnya Bu Nyai.
FAJAR
Oh! Naila!
(mengangguk)
UMAM
Terus si Naila sedang dipinang.
FAJAR
Ealah, Tar... Baru sekali,
JALIL
Terus gimana ini?
UMAM
Ya, mau bagaimana lagi?
JALIL
Ya kau tau kan Muhtar gimana?
UMAM
Iya! Aku paham betul. (pause)
Memangnya kita bisa apa?
FAJAR
Ya sudah, ya sudah.
JALIL
Berita kayak gitu, ngapain sih disampaikan juga!
UMAM
Ini salahku, Lil?
JALIL
Nggak, kau gak salah Mam.
UMAM
Seharusnya dia tau itu! Kalau dia nggak siap dengan kejadian semacam ini, gak usah deketin orang! Dan seharussnya dia juga paham, kalau gak tau obatnya, jangan cari penyakit!
FAJAR
Sudah! Sudah, Mam. Nanti coba ku ajak dia bicara.
DISSOLVE TO:
INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR JALIL - AFTERNOON
Jalil dan Fajar baru saja pulang dari kelas. Keduanya tampak sibuk di lemarinya masing-masing, dan membicarakan Muhtar.
JALIL
Sudah bicara ke Muhtar?
FAJAR
Tadi malam aku cuma ngomong di depan patung, Lil.
JALIL
Terus?
FAJAR
Ya kau tau sendiri, lah. Keras orangnya.
JALIL
Ya sudah. Mau gimana lagi, memang gini adanya.
Jalil beranjak keluar kamar.
CUT TO:
INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - SORE HARI
Jalil berdiri di pintu kamar Muhtar. Ia melihat Muhtar sedang berada di kursinya memandangi tembok yang ada di depannya. Jalil berjalan mendekati Muhtar lalu bersandar di samping meja Muhtar. Ia perhatikan temannya itu, Muhtar tak menggubris kehadiran Jalil. Muhtar bahkan belum mengganti pakaiannya yang semalam ia kenakan.
JALIL
Seharian ini gak keluar kamar, Tar? (pause)
Biasanya jam segini sibuk di perpus. Gak dicari Kasi Dirasah?
Muhtar seolah tidak mendengarkan setiap kata yang Jalil katakan. Tidak juga melihat atau merespon ke Jalil.
JALIL
Ya paling tidak keluarlah, Tar! Warung pojok, atau ke mana gitu! (pause)
Oke, Tar! (Suaranya meninggi) sekarang kau mau apa, bilang!
Muhtar masih saja bergeming.
JALIL
Tar! kau bisa bicara, kan?
(mendorong pundak Muhtar) Tar! Bicara!
MUHTAR
(Menatap tajam ke arah Jalil) Gak ada, Lil.
CUT TO:
EXT. JALAN PEDESAAN - AFTERNOON
Muhtar tampak sedang berjalan, dengan tas di pundaknya. Wajahnya datar hanya berjalan, tidak melihat kana atau kiri. Langkahnya terhenti saat berda di depan rumahnya, tampak seorang wanita yang agak tua sedang menyapu halaman rumah itu. Muhtar berjalan ke wanita itu, bersalaman dan mencium tangannya.
IBU
Lo, pulang le?
MUHTAR
Iya, Bu. Saya mau libur dulu sebentar.
IBU
(mengangguk) ya sudah, libur dulu.
Wanita itu memandang Muhtar dalam saat ia mencium tangannya. Ia paham kalau anak laki-lakinya itu sedang sedih entah karena apa.
Muhtar masuk ke rumah, sedangkan sang Ibu kembali menyapu.
DISSOLVE TO:
INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT
Jalil dan Fajar duduk di meja seperti biasanya. Mereka hanya terdiam dan tidak saling melemparkan kata apapun. Mereka hanya mengangguk saat kopi yang mereka pesan disuguhkan oleh penjaga warung.
PENJAGA WARUNG
Yang tenang, Lil. Negara sudah ada yang mikir.
(menyuguhkan kopi)
JALIL
Aku lagi mikirin yang lagi mikirin negara kang.
PENJAGA WARUNG
Oh iya, ya. Itu lebih penting.
(kembali ke mejanya)
JALIL
Jar, si Muhtar kemana kira-kira.
FAJAR
Tadi di perpus nggak ada, Lil. mungkin pulang.
JALIL
Hadeh, baru sekali jatuh cinta. remuk pula hatinya.
FAJAR
Yah, namanya juga gak ada yang tau Lil.
JALIL
Ya, semuanya misterius, Jar.
CUT TO:
EXT. LOKASI TEMPAT PEMBANGUNAN PROYEK - DAY
Muhtar tampak menjadi salah satu dari pekerja. Mengangkat dan mengoper properti-properti bangunan. Tatapannya kosong. Ia hanya melakukan yang diperintahkan kepadanya. Bising suara mesin dan debu yang kadang menabrak mukanya tak dihiraukan.
Saat istirahat ia berkumpul dengan pekerja lain. Tubuh dan pikirannya tampak tidak sedang berada di tempat yang sama. Ia memikirkan sesuatau yang jauh dari raganya berada.
PEGAWAI
Baru ikut kerja di sini, Mas?
MUHTAR
Iya, Pak.
PEGAWAI
Ya gak papa mas. Nanti juga terbiasa.
MUHTAR
Iya pak. Perlu pembiasaan.
PEGAWAI
Ya semuanya begitu, mas...
(pause)
Dulu itu kan saya punya istri, mas. hehe,
Muhtar hanya tertawa kecil merepon perkataan pegawai itu.
PEGAWAI
Begini, sebelumnya itu kan saya perokok keras, Mas. Istri saya pasti marah besar kalau saya merokok. kadang smpai banting piring. hehe...
MUHTAR
Hehe..he...
PEGAWAI
Ya, lama-lama juga terbiasa mas. (pause)
Saya terbiasa untuk tidak merokok.
MUHTAR
Maaf, maksudnya dulu punya itu...?
PEGAWAI
Iya... Benar.
(pause)
Ya, njenengan bisa ngira-ngiralah mas, kejadiannya.
Muhtar mengangguk lalu memalingkan pandangan perlahan dari pegawai itu.
PEGAWAI (CONT'D)
Ya, namanya... Semua bisa terjadi, mas.
DISSOLVE TO:
EXT. JALAN PEDESAAN - AFTERNOON
Muhtar berjalan sedikit cepat. Beberapa barang yang dibawanya seolah tak membuat langkahnya melambat. Di ruang tamu ia mendapati Jalil, yang segera berdiri lalu menyapa Muhtar. Muhtar menuju ke dapur, menyalami ibunya yang sedang membuat teh.
DISSOLVE TO:
INT. MAKAM KYAI IDRUS - DAY
Muhtar termenung di samping makam Kyai Idrus. Kadang-kadang mulutnya komat-kamit merapalkan beberapa bacaan. Sesekali ia mengelus batu nisan makam tersebut, lalu berjalan mundur meninggalkan makam.
DISSOLVE TO:
EXT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - AFTERNOON
Muhtar melamun, dengan buku saku yang biasa ia pakai untuk menghafal terbuka di tangan kanannya. Jalil datang mendekati Muhtar dan duduk di sampingnya. Keduanya diam tak berckap apa-apa. Muhtar melihat burung yang biasa bertengger di pohon dekat kamarnya. Kemudian Muhtar menarik nafas panjang.
MUHTAR
(ke burung)
Eh, kau lagi. Dia sudah pergi Hud.
(tertawa)
Jalil ikut tertawa, mencoba bersimpati.
MUHTAR
Tadi malam aku mimpi ketemu beliau lagi, Lil. Tapi sekarang aku ingat setiap detailnya. Di sungai itu, bukan cuma pena yang mengambang.
(pause)
Di sana ada bunga mawarnya juga. Banyak sekali. Harus ku akui, mawar-mawar itu indah sekali.
(pause)
Tapi kemudian, beliau mendekat dengan sampan kecilnya. Aku berdiri saja di tepi sungai, melihat beliau mendekat.
(pause)
Beliau memberikan penanya.