Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bunga dan Pena
Suka
Favorit
Bagikan
10. Chapter 10

INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT

Muhtar, Jalil, dan Fajar terdiam. Tak ada tema yang dapat didiskusikan. Kemudian jalil mengubah posisi duduknya dan memulai pembicaraan.

JALIL

Beneran sudah dua minggu, Tar?

MUHTAR

Iya,

(pause)

Si Umam juga bilang katanya dia sudah dua minggu gak ke koperasi.

JALIL

Terus, yang ambil belanjaan Bu Nyai?

MUHTAR

Temannya, kata Umam begitu.

(pause)

Berarti dia memang sedang di rumah.

JALIL

Ya, itu masuk akal juga.

Umam masuk ke warung dan langsung menuju meja mereka.

MUHTAR

Eh, Mam!

UMAM

Tar,

(nadanya datar)

JALIL

Duduk bosku! Sini-sini!

UMAM

(duduk di samping muhtar)

Gini Tar,

(mengambil kopi Jalil)

Kau tau ini soal apa kan?

MUHTAR

Yap!

UMAM

Tadi sore Fatimah ke koperasi.

JALIL

Fatimah siapa, Mam!

UMAM

Teman dekatnya Naila!

MUHTAR

Iya, iya! Terus gimana?

UMAM

Dia bilang,

(pause)

Ning Naila dilamar, dan akan menikah.

MUHTAR

Ah, yang bener Mam!

UMAM

Dengan Pak Hanif.

(pause)

Aku paham yang kau raskan, Tar.

JALIL

Mam, Mam! Udah, udah.

Muhtar hanya terdiam. Mukanya merah padam, nafasnya tertahan. Segera ia pergi dari warung pojok. Teman-temannya tak mencoba menghalanginya, mereka paham apa yang dirasakan Muhtar.

FAJAR

Maaf sebelumnya, tapi aku bener-bener gak ngerti. Ini ada apa?

Jalil dan Umam hanya diam, tidak menanggapi kalimat yang disampaikan Fajar.

JALIL

(ke Umam)

Seharusnya kau basa-basi dulu, Mam.

UMAM

Ya, aku dengar ini pertama kali juga kaget Lil. Setelah kupikir, ya langsung sajalah. Toh hasilnya sama saja.

JALIL

Beda Mam. 

UMAM

Oke, jadi yang tadi ini kurang pas, begitu?

FAJAR

Lil, ini kenapa?

JALIL

Mam, kasih tau Fajar!

FAJAR

Gimana Mam?

UMAM

Si Muhtar, suka sama Naila. Dia ndalemnya Bu Nyai.

FAJAR

Oh! Naila!

(mengangguk)

UMAM

Terus si Naila sedang dipinang. 

FAJAR

Ealah, Tar... Baru sekali,

JALIL

Terus gimana ini?

UMAM

Ya, mau bagaimana lagi?

JALIL

Ya kau tau kan Muhtar gimana?

UMAM

Iya! Aku paham betul. (pause)

Memangnya kita bisa apa?

FAJAR

Ya sudah, ya sudah.

JALIL

Berita kayak gitu, ngapain sih disampaikan juga!

UMAM

Ini salahku, Lil?

JALIL

Nggak, kau gak salah Mam.

UMAM

Seharusnya dia tau itu! Kalau dia nggak siap dengan kejadian semacam ini, gak usah deketin orang! Dan seharussnya dia juga paham, kalau gak tau obatnya, jangan cari penyakit! 

FAJAR

Sudah! Sudah, Mam. Nanti coba ku ajak dia bicara. 

DISSOLVE TO:

INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR JALIL - AFTERNOON

Jalil dan Fajar baru saja pulang dari kelas. Keduanya tampak sibuk di lemarinya masing-masing, dan membicarakan Muhtar.

JALIL

Sudah bicara ke Muhtar?

FAJAR

Tadi malam aku cuma ngomong di depan patung, Lil.

JALIL

Terus?

FAJAR

Ya kau tau sendiri, lah. Keras orangnya.

JALIL

Ya sudah. Mau gimana lagi, memang gini adanya.

Jalil beranjak keluar kamar.

CUT TO:

INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - SORE HARI

Jalil berdiri di pintu kamar Muhtar. Ia melihat Muhtar sedang berada di kursinya memandangi tembok yang ada di depannya. Jalil berjalan mendekati Muhtar lalu bersandar di samping meja Muhtar. Ia perhatikan temannya itu, Muhtar tak menggubris kehadiran Jalil. Muhtar bahkan belum mengganti pakaiannya yang semalam ia kenakan.

JALIL

Seharian ini gak keluar kamar, Tar? (pause)

Biasanya jam segini sibuk di perpus. Gak dicari Kasi Dirasah?

Muhtar seolah tidak mendengarkan setiap kata yang Jalil katakan. Tidak juga melihat atau merespon ke Jalil.

JALIL

Ya paling tidak keluarlah, Tar! Warung pojok, atau ke mana gitu! (pause)

Oke, Tar! (Suaranya meninggi) sekarang kau mau apa, bilang!

Muhtar masih saja bergeming.

JALIL

Tar! kau bisa bicara, kan?

(mendorong pundak Muhtar) Tar! Bicara!

MUHTAR

(Menatap tajam ke arah Jalil) Gak ada, Lil.

CUT TO:

EXT. JALAN PEDESAAN - AFTERNOON

Muhtar tampak sedang berjalan, dengan tas di pundaknya. Wajahnya datar hanya berjalan, tidak melihat kana atau kiri. Langkahnya terhenti saat berda di depan rumahnya, tampak seorang wanita yang agak tua sedang menyapu halaman rumah itu. Muhtar berjalan ke wanita itu, bersalaman dan mencium tangannya.

IBU

Lo, pulang le?

MUHTAR

Iya, Bu. Saya mau libur dulu sebentar.

IBU

(mengangguk) ya sudah, libur dulu.

Wanita itu memandang Muhtar dalam saat ia mencium tangannya. Ia paham kalau anak laki-lakinya itu sedang sedih entah karena apa.

Muhtar masuk ke rumah, sedangkan sang Ibu kembali menyapu.

DISSOLVE TO:

INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT

Jalil dan Fajar duduk di meja seperti biasanya. Mereka hanya terdiam dan tidak saling melemparkan kata apapun. Mereka hanya mengangguk saat kopi yang mereka pesan disuguhkan oleh penjaga warung.

PENJAGA WARUNG

Yang tenang, Lil. Negara sudah ada yang mikir.

(menyuguhkan kopi)

JALIL

Aku lagi mikirin yang lagi mikirin negara kang.

PENJAGA WARUNG

Oh iya, ya. Itu lebih penting.

(kembali ke mejanya)

JALIL

Jar, si Muhtar kemana kira-kira.

FAJAR

Tadi di perpus nggak ada, Lil. mungkin pulang.

JALIL

Hadeh, baru sekali jatuh cinta. remuk pula hatinya.

FAJAR

Yah, namanya juga gak ada yang tau Lil.

JALIL

Ya, semuanya misterius, Jar.

CUT TO:

EXT. LOKASI TEMPAT PEMBANGUNAN PROYEK - DAY

Muhtar tampak menjadi salah satu dari pekerja. Mengangkat dan mengoper properti-properti bangunan. Tatapannya kosong. Ia hanya melakukan yang diperintahkan kepadanya. Bising suara mesin dan debu yang kadang menabrak mukanya tak dihiraukan.

Saat istirahat ia berkumpul dengan pekerja lain. Tubuh dan pikirannya tampak tidak sedang berada di tempat yang sama. Ia memikirkan sesuatau yang jauh dari raganya berada.

PEGAWAI

Baru ikut kerja di sini, Mas?

MUHTAR

Iya, Pak.

PEGAWAI

Ya gak papa mas. Nanti juga terbiasa.

MUHTAR

Iya pak. Perlu pembiasaan.

PEGAWAI

Ya semuanya begitu, mas...

(pause)

Dulu itu kan saya punya istri, mas. hehe,

Muhtar hanya tertawa kecil merepon perkataan pegawai itu.

PEGAWAI

Begini, sebelumnya itu kan saya perokok keras, Mas. Istri saya pasti marah besar kalau saya merokok. kadang smpai banting piring. hehe...

MUHTAR

Hehe..he...

PEGAWAI

Ya, lama-lama juga terbiasa mas. (pause)

Saya terbiasa untuk tidak merokok.

MUHTAR

Maaf, maksudnya dulu punya itu...?

PEGAWAI

Iya... Benar.

(pause)

Ya, njenengan bisa ngira-ngiralah mas, kejadiannya.

Muhtar mengangguk lalu memalingkan pandangan perlahan dari pegawai itu.

PEGAWAI (CONT'D)

Ya, namanya... Semua bisa terjadi, mas.

DISSOLVE TO:

EXT. JALAN PEDESAAN - AFTERNOON

Muhtar berjalan sedikit cepat. Beberapa barang yang dibawanya seolah tak membuat langkahnya melambat. Di ruang tamu ia mendapati Jalil, yang segera berdiri lalu menyapa Muhtar. Muhtar menuju ke dapur, menyalami ibunya yang sedang membuat teh.

DISSOLVE TO:

INT. MAKAM KYAI IDRUS - DAY

Muhtar termenung di samping makam Kyai Idrus. Kadang-kadang mulutnya komat-kamit merapalkan beberapa bacaan. Sesekali ia mengelus batu nisan makam tersebut, lalu berjalan mundur meninggalkan makam.

DISSOLVE TO:

EXT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - AFTERNOON

Muhtar melamun, dengan buku saku yang biasa ia pakai untuk menghafal terbuka di tangan kanannya. Jalil datang mendekati Muhtar dan duduk di sampingnya. Keduanya diam tak berckap apa-apa. Muhtar melihat burung yang biasa bertengger di pohon dekat kamarnya. Kemudian Muhtar menarik nafas panjang.

MUHTAR

(ke burung)

Eh, kau lagi. Dia sudah pergi Hud.

(tertawa)

Jalil ikut tertawa, mencoba bersimpati.

MUHTAR

Tadi malam aku mimpi ketemu beliau lagi, Lil. Tapi sekarang aku ingat setiap detailnya. Di sungai itu, bukan cuma pena yang mengambang. 

(pause)

Di sana ada bunga mawarnya juga. Banyak sekali. Harus ku akui, mawar-mawar itu indah sekali.

(pause)

Tapi kemudian, beliau mendekat dengan sampan kecilnya. Aku berdiri saja di tepi sungai, melihat beliau mendekat.

(pause)

Beliau memberikan penanya. 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar