Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
60. INT. ASRAMA PUTRI - KAMAR NAILA - NIGHT
Naila sedang duduk di kursinya, mengamati Fatimah yang mondar-mandir di depannya dengan memegang secarik kertas.
FATIMAH
Njenengan yakin mbak yang nulis dia?
Naila hanya mengangguk lalu mengulurkan tangannya untuk meminta kertas itu.
FATIMAH
Tanpa nama?
(pause)
Sebentar, dia nulis surat dengan bahasa yang semacam ini kepada perempuan yang baru ditemuinya.
(pause)
Bukannya malah mencurigakan?
NAILA
Iya, ya.
(pause)
Aduh, kenapa juga aku balas suratnya ya?
FATIMAH
Hadeh, ya karena dia ganteng Mbak.
NAILA
Fatimah!
(air muka serius)
FATIMAH
Eh..he
(mengankat kedua tangannya)
Oke, serius.
Fatimah kemudian duduk di samping meja Naila.
NAILA
Terus ini kira-kira aku harus balas bagaimana?
FATIMAH
Eh?
(pause)
Dibalas?
CUT TO:
61. EXT. ASRAMA PUTRA - TERAS KAMAR MUHTAR - AFTERNOON
Muhtar hanya duduk termenung melihat para santri yang lalu lalang. Air mukanya datar. Kemudian lamunannya dibuyarkan oleh suara burung yang bertengger di pohon dekat kamarnya. Ia lihat burung tersebut cukup lama, kemudian ia mendekat ke pohon tersebut. Burung itu hanya bergerak ke ranting lainnya.
MUHTAR
(ke burung)
Bagaimana? Ada yang disampaikan?
(pause)
Woi! Ada pesan apa? Tidak ada?
(pause)
Ya sudah kalau tidak ada.
Burung tersebut terbang menjauh dari pohon itu menjangkau pohon lainnya.
MUHTAR
(ke burung)
Coba diingatkan, siapa tau dia lupa!
CUT TO:
62. INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT
Umam sendirian duduk di meja tersebut. Kopinya hampir habis. Kemudian Jalil dan Fajar masuk ke warung dan melihat ke meja yang biasa mereka tempati. Fajar berjalan ke arah penjaga warung untuk memesan.
JALIL
Eh! Bosku di sini!
(berjalan ke arah Umam)
UMAM
Muhtar di mana?
JALIL
Jam segini kalau cari Muhtar ya di perpustakaan!
UMAM
Ya aku tau itu.
JALIL
Terus?
UMAM
Gini, tadi itu cuma basa-basiku saja.
FAJAR (O.S)
Lil, minum apa!
JALIL
(ke Fajar)
Samain aja!
Fajar kemudian bergabung dengan Jalil dan Umam.
UMAM
Aku ke sini nyari kalian. Kalau aku lihat, kalian yang paling dekat dengan Muhtar.
JALIL
Ini ada apa, kok sepertinya agak,
UMAM
(menyela)
Iya, cukup serius!
FAJAR
Ini bahas apa ya?
JALIL
(menyela)
Bentar Jar! Jangan dipotong dulu.
UMAM
Muhtar diperpuskan,
(pause)
Ayo ditemui di sana. Dibahas di sana.
JALIL
Ya ayo. Ini beneran penting, kan?
UMAM
Iya! Penting!
Umam dan Jalil beranjak dari meja.
FAJAR
Lah, pada mau kemana?
JALIL
Jar, kau ikut! Ayo!
FAJAR
Eh? Kopinya, sudah dipesan!
JALIL
Nanti ke sini lagi!
(ke penjaga warung)
Kang, nanti ke sini lagi!
PENJAGA WARUNG
Oke, di atas meja ya!
CUT TO:
63. INT. PERPUSTAKAAN - NIGHT
Jalil, Umam, dan Muhtar berdiskusi dengan tempo yang cukup serius. Fajar sibuk melihat-lihat koleksi buku dan kitab yang ada di perpustakaan.
MUHTAR
Yang dikatakan Umam tadi memang benar. Tapi,
JALIL
Benar! Edan!
(pause)
Siapa-siapa? Cantik?
MUHTAR
Ya...
(pause)
Iya, cantik!
JALIL
Terus, terus. Balasannya gimana?
UMAM
(menyela)
Lah! Ini diskusi buat cari solusi, kok malah gini?
MUHTAR
Ya, belumada balasan.
JALIL
Aduh! Kok belum?
(ke Umam)
Kok belum ada balasan Mam? Kemarin dia ke koperasi, gak?
UMAM
Iya, kemarin ke koperasi.
(pause)
Lah, Lil! Ini malah gini, sih?
JALIL
Halah, gina-gini. Ya memang harus begini! Pokoknya minggu depan kau tanyakan ke Mbaknya!
Di tengah pembicaraan mereka, Kasi Dirasah masuk membuka pintu perpustakaan. Ia mendapati Jalil dn teman-temannya. Ia berdiri sejenak, sedangkan mereka yang ada di dalam perpustakaan hanya terdiam.
KASI DIRASAH
Tenaga tambahan?
JALIL
Ehe,
(pause)
Iya kang.
KASI DIRASAH
Sip! Bagus kalau begitu. Bisa selesai lebih cepat.
(berjalan ke mejanya)
Kebetulan ada beberapa kitab yang sama sekali belum diterjemahkan. Nah teman-teman bisa bantu yang bagian itu.
Jalil dan Umam hanya saling pandang. Jalil hanya merespon tatapan umam dengan wajah cengengesannya lalu menggeleng. Muhtar melihat mereka berdua dan menahan tawa.
MUHTAR
Ini bagianmu, Lil.
(menyodorkan sebuah kitab)
Sepertinya kalau dua orang bisa lebih cepat, jadi itu digarap berdua saja.
(pause)
Oh iya. Kamus.
(kepada Fajar)
Jar! Tolong kamus.
CUT TO:
64. INT. WARUNG POJOK - MEJA DEKAT JENDELA - NIGHT
Umam, Jalil, Muhtar, dan Fajar duduk satu meja.
UMAM
Hadeh, Lil!
JALIL
Sudahlah. Ya itung-itung nambah ilmu.
UMAM
Rencana awalkan bagaimana supaya si Muhtar menyudahi,
JALIL
(menyela)
Kok malah disudahi, sih?
(ke Muhtar)
Jangan Tar! Diusahakan!
Umam menggeleng pasrah. Sementara Fajar hanya bisa memperhatikan dan mendengarkan yang sedang dibicarakan.
UMAM
La terus gimana?
(datar)
JALIL
Nah! Mbok ya gitu dari tadi.
(ke Muhtar)
Gimana Tar?
MUHTAR
Jadi, pesan terakhir yang aku kirim belum dibalas.
JALIL
Minggu depan kau tanyakan itu, Mam!
UMAM
(menghela nafas)
Iya, aku tanyakan!
(pause)
Sekalian KTP-nya aku minta. lengkap! malah jelas, tinggal di mana, ulang tahunnya,
JALIL
(menyela)
Nah! Bagus itu! Umam memang hebat!
UMAM
Ya ampun! Gak KTP juga, Lil!
JALIL
Loh, gimana sih!
FAJAR
KTPnya siapa?
JALIL
Kau dari tadi gak paham?
(pause)
Fajar menggeleng disambut dengan tawa Muhtar.
JALIL
Dari tadi ngapain, Jar! Sudah, ngopi sajalah kau, Jar.
CUT TO:
65. INT. ASRAMA PUTRI - KAMAR NAILA - NIGHT
Naila sedang menyimak dan mengoreksi hafalan Fatimah. Mereka tampak serius dan berkonsentrasi, fatimah memejamkan mata sedangkan Naila melihat buku saku yang biasa ia gunakan untuk menghafal. Sampai pada nadhom tertentu, Naila kehilangan konsentrasinya. Ia teringat pada Muhtar.
FATIMAH
(dengan irama)
Wa hal fataa fiikum fama khillu lana. Wa rojulun,
(pause)
Wa rojulun... Wa rojulun,
Fatimah lupa lanjutan dari nadhom tersebut. Fatimah membuka matanya, karena dari tadi tidak ada koreksi yang dilakukan oeh Naila.
FATIMAH
Mbak,
(pause)
Lanjutannya apa?
NAILA
(terkejut)
Oh! Maaf-maaf!
FATIMAH
Kenapa Mbak?
NAILA
Setorannya disudahi dulu ya. Dilancarkan dulu saja.
FATIMAH
Oh, oke.
Naila beranjak ke mejanya, mengambil pena dan mencari kertas yang menurutnya cukup bagus. Ia mulai menulis di kertas itu. Fatimah hanya diam melihat yang dilakukan Naila.
NAILA
(menyodorkan kertas)
Kalau ini menurutmu terlalu kasar gak?
Fatimah membaca tulisan yang disodorka kepadanya.
FATIMAH
Mas-mas kaligrafi?
NAILA
(mengangguk)
Gimana. Terlalu tegas?
FATIMAH
(menarik nafas)
Mbak.
(pause)
Ini tidak kasar.
(pause)
Njenengan juga sepertinya sudah siap dan ini wajar.
(pause)
Kalau saya boleh bilang, ya njenengan kan tau sendiri konsekuensinya.
NAILA
Ya makanya, aku minta pendapatmu, Fat. Kalau sekiranya kelewatan tolong diingatkan, begitu saja.
FATIMAH
Njih, sendiko!
NAILA
Fat! Kumat lagi?
(wajah serius)
FATIMAH
(cengengesan)
Jangan serius-serius to mbak! Namanya juga kebiasaan, Mbak.
DISSOLVE TO:
66. INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - NIGHT
Muhtar melamun di sudut kamarnya. Di mejanya tampak sebuah pena dan kertas yang masih kosong. Ia mendengar salam, Umam masuk dan berjalan ke arah muhtar.
UMAM
Tar!
(mengambil amplop dari sakunya)
Jangan keseringan nglamun! Nih!
(memberikan amplop)
Muhtar sedikit terperanjat melihat amplop yang disodorkan kepadanya. Ekpresi wajahnya seketika menjadi lebih antusias.
MUHTAR
Dari dia?
UMAM
Iya! Siapa lagi?
MUHTAR
Hadeh, akhirnya! Hampir putus asa aku Mam!
UMAM
Kau beneran suka dia, Tar?
MUHTAR
Kok tanya lagi to Mam?
UMAM
Sekali pandang?
(pause)
Sekali ketemu?
(pause)
Kok bisa ya?
MUHTAR
Ya nyatanya!
(pause)
Ya sudah, ini ku terima. Eh, KTP-nya dapat?
(cengengesan)
UMAM
Halah! Itu dibaca dulu! KTP-KTP! Kartu leluarga sekalian!
Umam pergi meninggalkan Muhtar. Muhtar segera membuka isi amplop itu. Perlahan ia baca isi surat itu. "Keberanian mulai menyentuhku. Jadi aku kembalikan hud-hud yang kau pinjamkan. Bersama hud-hud itu aku titipkan permintaan. Ku harap ada kesudianmu bercerita. Adakah seseorang yang terpana karena pandangan pertamanya? Kalau hanya seperti mendung yang menutup matahari sejenak saja, maka ceritakn demikian.-"
Ia letakkan kertas itu, lagi-lagi, bergeming. Ia mengambil pena dan selembar kertas. Lalu menulis,
MUHTAR (V.O)
Rasanya ingin aku bercerita, memberitakan apakah ini mendung yang tergantung. Tak berani aku mengatakan itu, apakah ini semu? Yang ku rasa hanya suaramu dalam catatan itu, yang tak pernah membuatku jenuh. Lalu adakah kesediaan lain yang kau pinta supaya dapat ku dengar suaramu?
Muhtar memegang keningnya. Kantuk tampak mulai melanda. Ia sandarkan kepalanya di atas meja. Lalu tertidur.
DISSOLVE TO:
67. INT. KELAS SANTRI - DAY
Para santri sedang melakukan lalaran bersama. Di sisi depan kelas, Hanif sedang mempersiapkan materi yang akan disampaikan. Beberapa saat, ia memberi tanda untuk mencukupkan lalarannya.
HANIF
Untuk hari ini ada yang mau setoran?
Sejenak suasana kelas menjadi sunyi. Mereka masih kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh mustahiqnya itu. Muhtar maju ke depan untuk setor hafalan.
HANIF
Silahkan!
(pause)
Dua orang dua orang ya, biar nanti bisa saya terangkan sedikit.
Mimik muka Jalil perlahan berubah menjadi lebih tenang. Begitupun Fajar yang duduk di sebelahnya.
JALIL
Alhamdulillah!
(pause)
Sudah dapat hidayah mustahiq kita ini.
FAJAR
Huss! Kok hidayah?
JALIL
Loh! Hidayah kan petunjuk Jar!
FAJAR
Kalau hidayah, berarti selama ini tersesat?
JALIL
Ya gak harus tersesat, petunjuk itu gak cuma buat orang yang tersesat, jar!
FAJAR
Berarti bukan hidayah, Lil! Penyadaran.
JALIL
Lebih parah kalau itu!
(pause)
Kalau penyadaran, berarti selama ini dia gila!
FAJAR
Halah! Emang sulit ngomong sama kau ini!
JALIL
Kau yang ruwet!
CUT TO:
68. INT. PERPUSTAKAAN - DAY
Kasi dirasah sedang menyusun beberapa lembar hasil kajian yang telah diselesaikan oleh Muhtar dan dirinya. Kemudian ia mendengar pintu diketuk oleh seseorang dari luar. Tanpa beranjak dari mejanya, ia mempersilahkan yang di luar tadi untuk masuk. Tampak Kepala Keamanan membuka pintu, segera ia berdiri mendekat ke pintu.
KASI DIRASAH
Oh, njenengan kang. Gimana?
KEPALA KEAMANAN
Tidak ada apa-apa. Kebetulan tadi sehabis keliling, ya cuma meriksa siapa tau ada yang bolos, malah ngopi di warung pojok.
(pause)
Saya pengen lihat beberapa buku, tak masuk ya!
KASI DIRASAH
Oh, silahkan!
Kepala keamanan masuk ke perpus dan berkeliling ke rak-rak buku. Kasi Dirasah kembali melanjutkan kesibukannya yang belum ia rampungkan.
KEPALA KEAMANAN (O.S)
Bagaimana penyususnannya? Sudah selesai?
KASI DIRASAH
Ya, kalau selesai belum kang. Hampir selesai.
KEPALA KEAMANAN
Ya, berarti memang semangat sekali. Targetnya?
KASI DIRASAH
Kalau targetnya, kira-kira akhir tahun. Itukan sekalian, santri baru pada mulai masuk dan bermukim.
KEPALA KEAMANAN
Ya kalau saya, karena tidak mumpuni di bidang ini. Saya tak menertibkannya saja.
KASI DIRASAH
Ya itulah alasannya njenengan jadi kepala keamanan, kang
(tertawa kecil)
KEPALA KEAMANAN
Ya, benar juga ya!
(pause)
Tapi menarik juga kalau saya boleh ikut ambil bagian, kang.
KASI DIRASAH
Oh, kalau itu sudah jelas kang! Njenengan bisa ambil bagian.
KEPALA KEAMANAN
Ya pokoknya kalau perlu bantuan beritahu saya ya, kang.
KASI DIRASAH
Pasti kalau itu, kang.
KEPALA KEAMANAN
Ini saya tak lanjut ngecek tempat lain dulu.
KASI DIRASAH
Ya, silahkan kang.
Kepala keamanan keluar dari perpustakaan.
CUT TO:
69. INT. ASRAMA PUTRA - KAMAR MUHTAR - NIGHT
Muhtar membaca sepucuk surat dari Nailla yang baru diterimanya sore tadi. Suasana kamarnya sunyi, yang terdengar hanya suara nafas para santri yang sudah tertidur. Pada surat tersebut tertuis;
"sungguh akalku tak dapat menerima. Mungkin benar yang dikatakan orang-orang. Tiada bahasa yang dapat memahami yang sedang ku alami. Hanya segitu keberanian yang ku punya untuk mengatakan yang ku rasa, sungguh ada lebih yang tersembunyi dan berusaha kuingkari."
Muhtar mulai menulis pada kertasnya.
MUHTAR (V.O)
Begitupun yang pikiranku rasakan. Ia marah karena tak dapat memahaminya. Kalaupun memang hanya itu yang ingin kau ceritakan kepadaku. Aku tak akan meminta lagi. Sudah cukup tentram kurasa. Sudah lebih terang dan mesra. Aku jadi ingat, tempo hari kau memintaku bercerita tentang awan. Kini dapat ku pastikan dan beritakan. Kabut telah hilang diterpa matahari, dan awan juga menjauh karena diterpa angin. Yang terlihat adalah langit. Jelas dan nyata.
DISSOLVE TO: