Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Borgol Dan Sepotong Cinta
Suka
Favorit
Bagikan
4. Sepotong Cinta Dan Borgol

EXT. CAFE DEPAN - DAY

Dewi duduk sendirian, minuman jus di meja di depannya. Pram berjalan menghampirinya.

PRAM

Kata Chandra, kau di sini.

Masih mau ngalamun apa sudah bisa diganggu?

DEWI

Ada apa Pram?

PRAM

Ini, laporan kematian Bagas, tadi malam.

Aku pikir kau butuh ini.

Pram menaruh sebuah Map di meja. Dewi melirik map yang di meja.

DEWI

Apa lagi Pram?

PRAM

Kolonel, meminta laporan progress kasus kita.

Kasus ini sekarang jadi sorotan nasional, Kolonel banyak tekanan katanya.

Dewi menghela nafas.

INT. OFFICE JAKSA - EVENING

Dewi masuk. Chandra membereskan barangnya.

DEWI

Belum pulang?

Dewi duduk di mejanya, melihat amplop di meja. Mengeryitkan dahi sambil mengambilnya.

CHANDRA

Ni lagi siap-siap.

DEWI

Siapa ni?

Chandra melihat Dewi.

CHANDRA

O itu tadi ada kurir.

Katanya surat Buat Kapten.

Dewi membuka amplop, sebuah kertas yang pinggirnya bekas terbakar dan berbentuk hati. Dewi terbelalak, lalu tersenyum menggeleng.

FLASH BACK

INT. RESTO - NIGHT

Resto kelas menengah, rapi, dengan view Kota Besar dari ketinggian.

Dewi duduk sendirian di pojok, BAGAS menghampiri, berdiri di samping Dewi. BAGAS mengambil buku menu, memutar mutarnya, lalu membakarnya. Dewi kaget. Lalu beberapa detik, BAGAS mengkipatkan sisa kertas menu, berbentuk hati! Kemudian BAGAS sambil duduk, menyerahkan kertas berbentuk hati kepada Dewi. Dewi memandang, ragu-ragu, melihat BAGAS. Menerima kertas berbentuk Hati.

BAGAS

Aku dari tadi duduk di sana bingung,

harus bicara apa untuk membuatmu terkesan.

Gak ketemu kalimat yang enak.

Lalu aku memutuskan bikin ini,

sebagai kenang-kenangan moment ini, kita bertemu.

Dewi tersenyum basa-basi. Lalu mulai membereskan tasnya, hendak bangkit.

BAGAS (CONT’D)

Aku belum ngapa-apa kamu udah mau pergi mbak polisi?

Dewi menatap BAGAS.

BAGAS (CONT’D)

Semua orang tahu kau polisi.

Dewi berjalan pergi. Di dekat pintu, Dewi membuang ke tempat sampah kertas berbentuk hati.

BAGAS berjalan, mengambil kertas berbentuk hati yang dibuang Dewi.

INT. KANTOR POLISI - DAY

Dewi sedang memeriksa suatu dokumen. Pratu mendekat.

PRATU

Kapten, dicari temanmu.

DEWI

Siapa?

PRATU

Katanya dari Resto.

Dewi keluar menuju ruang lobby. BAGAS sedang berdiri menunggu Dewi.

DEWI

Kau?

BAGAS

Aku,..

BAGAS memberikan sebungkus buah apel. Dewi menerima basa-basi, menggeleng-geleng.

BAGAS (CONT’D)

Sudah seminggu, kau tidak pernah lagi datang ke resto.

Aku jadi gak enak ama manajer resto,

karena telah mengusir satu pelanggannya.

Dewi hendak membalikan badan.

BAGAS (CONT’D)

Aku mohon, datanglah ke sana, kapan-kapan.

Aku tidak akan mengganggumu.

Jangan biarkan Manajer Resto membenciku karena aku telah mengganggumu.

DEWI

Sudah?

BAGAS mengangguk.

BAGAS

Aku mohon, datanglah, aku tidak akan menganggumu.

Dewi, berbalik masuk ruangan meninggalkan BAGAS.

INT. RESTO - NIGHT

Dewi duduk sendirian di pojok, melihat sekeliling. Beberapa saat, Dewi melihat sekeliling, duduk santai.

DISSOLVE TO:

Dewi membenahi mejanya, lalu melangkah pergi keluar Resto. Di Depan Resto, waitres berlari menghampirinya.

WAITRESS

Maaf Bu. Ada yang ketinggalan.

Waitress memberikan sebuah amplop kecil. Dewi mengeryitkan dahi, menerima, lalu membukanya. Sebuah kertas terbakar yang membentuk hati. Dewi, menoleh melihat sekeliling. Tersenyum. Lalu berjalan keluar dan membuang kertas berbentuk hati.

INT. KANTOR POLISI - NIGHT

Dewi membereskan abraknya, lalu melangkah keluar, hendak pulang. Melewati Lobby, BAGAS sudah berdiri menunggu. Dewi melihatnya, mengeleng menghela nafas sebentar, melanjutkan berjalan keluar.

EXT. KANTOR POLISI - NIGHT

BAGAS bergegas berjalan menjejeri Dewi.

BAGAS

Terimakasih sudah datang ke Resto kemarin.

Kini manajer resto, sudah menyukaiku lagi.

Dewi cuek saja sambil berjalan menuju mobilnya.

BAGAS (CONT’D)

Ijinkan aku mengungkapan rasa terimakasihku, dengan mentraktirmu makan.

DEWI

Aku sudah makan.

BAGAS

Hmmm kalau begitu, aku,... 

DEWI

Aku mau pulang istirahat.

BAGAS

Aku bisa menemanimu,...

DEWI

Tidak perlu.

Dewi berjalan menuju mobilnya, BAGAS menghentikan langkahnya, berdiri terdiam memandangi Dewi.

BAGAS

Oo oke..

INT. KANTOR POLISI - MORNING

Dewi berjalan menuju ruanganya, Bagas sudah berdiri di depan pintu ruangannya. Dewi mnegeryitkan alis, geleng kepala. Bagas menebar senyum ke Dewi.

BAGAS

Pagi Kapten.

Dewi menatap Bagas dingin. Bagas menyerahkan sebungkus apel ke Dewi.

BAGAS (CONT’D)

Kalau dulu katanya Hawa menggoda Adam dengan apel,

mungkin sekarang aku ingin merayu kamu dengan buah apel Malang Indonesia ini.

DEWI

Kamu pagi-pagi sudah nyari masalah!

Apa maumu!?

BAGAS

Aku tidak bikin masalah, aku hanya ingin memberi kamu buah apel ini.

Dewi menatap Bagas tajam, lalu menerima bungkusan apel dari Bagas.

DEWI

Sudah! Pergi sana!

Bagas tersenyum, menatap Dewi. Beberapa polisi, melihat ke Dewi dan Bagas.

BAGAS

Barangkali nanti makan siang kamu mau,...

DEWI

Tidak!

BAGAS

Kalau makan malam?

DEWI

Tidak!

BAGAS

Mungkin kalau,...

DEWI

Tidak Tidak! Sudah pergi sana!

BAGAS

Oke, oke. Aku pergi. Daag,..

Bagas melangkah pergi keluar. Beberapa polisi melihat ke arah Dewi dan Bagas. Dewi cemberut. Wawan muncul dari ruangan. 

WAWAN

Ada apa? Pagi-pagi ribut?

Dewi cemberut, masuk ruangan melewati badan Wawan.

DEWI

Ada orang gila!

Wawan menoleh ke Dewi. Dewi menaruh apel di mejanya. Wawan mendekati apel.

WAWAN

Oo penggemarmu kemarin?

Kelihatanya dia orang baik-baik.

Wawan mengambil apel, lalu membawa keluar. Dewi menatap Wawan heran.

DEWI

Heh heh!? Mau diapain?

WAWAN

Aku pikir kau gak suka?!

Aku mau kasihkan ke staff aja, biar gak ganggu konsentrasi kamu.

Dewi merebut apel yang dipegang Wawan, lalu menaruhnya kembali di mejanya. Wawan tersenyum geli.

INT. RESTO - NIGHT

Dewi duduk sendirian di pojok, melihat sekeliling, lalu menikmati minumannya. BAGAS menghampiri, duduk di depan Dewi.

BAGAS

Aku punya proposal, untuk membantumu.

Kalau kau tidak suka, biar aku saja yang pergi.

Agar manajer resto tidak membenciku. Kau tetaplah di sini.

Dewi menunduk, tersenyum sedikit.

BAGAS (CONT’D)

Setidaknya ada 5 poin. Pertama, Kau wanita dan aku pria.

Kecuali kau lebih senang bercinta dengan sesama wanita, aku akan pergi sekarang.

Dewi tersenyum kecil.

BAGAS (CONT’D)

Kau diam, berarti iya, kau normal. Ini melegakan.

Baik, poin 2, Kau sedang kesepian, tidak punya kekasih.

Dan aku dengan senang bersedia berada di posisi yang bisa memenuhi kebutuhanmu.

Tidak hanya dalam arti fisik saja tapi juga emosional dan batin.

BAGAS memandang Dewi.

BAGAS (CONT’D)

Poin 3, aku ini seorang analis, punya beberapa kenalan di kota ini,

yang sepertinya bisa membantumu

menyelesaikan kasus yang sedang kau kerjakan saat ini.

Dewi menatap BAGAS.

BAGAS (CONT’D)

Ehmm Kasus Algojo ya.. Yang Poin 4, ehmm ya Tuhan bibirmu manis sekali.

Ingin rasanya mencium dan melumat bibirmu yang menawan.

Mungkin seperti mengulum buah anggur,...

Eh sorry, aku tergoda dengan eh-em.

Dewi menunduk, tersenyum kecil.

BAGAS (CONT’D)

Sampai mana tadi? Hmm poin 4. Aku bisa membantumu memperbaiki selera interiormu.

Kemarin aku membuntutimu pulang, rumahmu di komplek yang bagus juga.

Dewi terbelalak, menatap BAGAS tajam.

BAGAS (CONT’D)

Aku masuk rumahmu kemarin.

Dewi terbelalak, menatap BAGAS tajam.

BAGAS (CONT’D)

Kau punya selera yang buruk dengan warna.

Kenapa dapur kamu cat warna hijau toska?

Tidak matching dengan kicen set dan kulkas. 

Dewi tersenyum.

BAGAS (CONT’D)

Dan kau, ternyata masih menggunakan ranjang spring bed yang ukuran medium.

Aku kira, kau sudah siap menggunakan ukuran yang large.

Dan spreimu, motif melati warna pink? Sama sekali kurang maskulin.

DEWI

Pembual! Rumah siapa itu yang kau masuki?

BAGAS

Hehe,... Kalian wanita ini memang aneh ya?

Beberapa hari ini, aku menunjukan kepadamu kejujuran, kau diam, dingin saja.

Ini beberapa detik aku berbohong tentang membuntutimu dan memasuki rumahmu,

aku mendapat perhatiannmu.

Kalian memang lebih senang diberi kebohongan daripada kejujuran.

Dewi tersenyum geli.

BAGAS (CONT’D)

Sudahlah hentikan basa-basinya. Kau kelihatan terbebani dengan kasus Algojo ini ya?

Dewi menatap BAGAS.

DEWI

Aku tidak mendiskusikan kasusku dengan orang sipil.

Dewi kembali menatap pemandangan keluar jendela.

BAGAS

Maksudku, bukan tentang kasusnya.

Tetapi tentang kamu.

DEWI menoleh ke Bagas dengan tatapan heran.

BAGAS (CONT’D)

Apa sebenarnya yang membebanimu?

Apakah penyelidikanmu yang tidak mengalami progress

hingga menjadikan kamu kelihatan seperti detektif bodoh dan itu membuatmu depresi.

Atau rasa bersalahmu terhadap korban

karena kau belum bisa menangkap psikopat ini?

Dewi menatap BAGAS tertawa kecil sambil menggeleng.

DEWI

Sepertinya keduanya.

Dewi memandang BAGAS.

BAGAS

Aku sering ke Resto ini, duduk di pojok sini, sendirian.

Sejak sebulan yang lalu, aku melihatmu duduk di tempat duduk favoritku ini,

sendirian juga.

Aku berpikir sepertinya selera kita sama.

Mungkin sedang mengalami masalah yang sama juga.

Baru minggu lalu aku memberanikan diri mendekatimu.

Bagas memandang ke luar.

BAGAS (CONT’D)

Kau suka duduk di sini, karena view kotanya bagus ya?

DEWI

Yah.

BAGAS

Aku tunjukkan view yang lebih bagus, mungkin bisa menghiburmu.

Mari Kapten.

EXT. PINGGIR JURANG - NIGHT

Bukit, di pinggir jalan, di depan sebuah jurang. View kota malam yang indah. Dewi duduk di kap mesin, BAGAS berdiri di depan mobil.

DEWI

Sudah berapa wanita yang kau ajak ke sini?

BAGAS

Hmm Tunggu. Lisa, Eka, Indah, Nita, Sundari, Asti,...

Mang Udin (L/50) dari belakang membawa senter, berteriak.

MANG UDIN

Oii...! Ini bukan tempat nongkrong! Ayo pergi!

BAGAS dan Dewi menoleh ke Mang Udin. Mang Udin mendekat menyenter wajah BAGAS dan Dewi.

MANG UDIN (CONT’D)

Oo Bos BAGAS! Maaf Boss.

Kirain teh, siapa yang gak jelas gitu.

BAGAS

Mang Udin. Aman Mang?

MANG UDIN

Aman Boss. Ini gak pernah-pernahnya Boss di sini.

Tumben pisan. Biasanya langsung ke atas.

BAGAS

Ini nemenin temen lagi galau, banyak pikiran.

MANG UDIN

Oo ya ya. Mari Boss, jalan dulu. Mari teh.

DEWI

Jadi ?

BAGAS

Ya begitulah. Aku pemilik Villa di sini ama yang di atas itu.

Kau yang pertama aku ajak ke sini Kapten.

DEWI

Kau kenal aku?

BAGAS

Kau sering kelihatan termenung di Resto.

Ada yang membebani pikiranmu? Pekerjaan?

DEWI

Ya pekerjaanku penting.

Aku punya tanggung jawab besar menegakkan sistem ini.

BAGAS

Ya semuanya penting Kapten.

DEWI

Panggil Dewi aja.

BAGAS

Aku BAGAS.

DEWI

Yang poin 5 apa?

BAGAS

Poin 5 Apa? Oo Proposal itu.

Poin 5 aku rencananya akan memberitahumu dalam minggu depan.

Dan sebenarnya itu tadi gagasan untuk menarik perhatianmu saja sih.

DEWI

Aku kira kau sungguh-sungguh.

BAGAS

Aku memang sungguh-sungguh. Hanya saja yah..

konsentrasiku terganggu ketika melihat bibirmu.

Aku sungguh ingin mencium bibirmu,

tapi aku rasa kau tidak akan mengijinkanku

karena kita belum lama kenal.

Dan aku sendiri juga tidak akan, ehm,..

Aku ngelantur ya, maaf.

Dewi tersenyum.

BACK TO:

INT. RESTO - NIGHT

BAGAS duduk sendirian di pojok, Dewi mendekati, lalu meletakan borgol di meja. BAGAS melirik borgol.

DEWI

Ada yang ingin kau bicarakan?

Sebelum aku menangkapmu, lagi.

BAGAS

Duduklah. Kenapa kau tidak bisa relaks sebentar, mendengarkan apa kata hatimu.

Dewi duduk di hadapan Bagas.

DEWI

Kau buronan Bagas. Aku akan membawamu kembali ke penjara.

BAGAS

Aku buronan, tapi aku juga kekasihmu.

Dewi menghela nafas, menggelengkan kepala.

DEWI

Kau pikir rayuanmu bisa menghentikanku?

BAGAS

Ayolah Dewi. Algojo baru ini, kau tahu ada sesuatu yang mencurigakan sedang terjadi.

DEWI

Kau tahu, aku banyak sekali urusan.

Dewi memborgol BAGAS. BAGAS tidak melawan.

BAGAS

Begini sikapmu pada kekasihmu yang sudah lama tidak ketemu?

Kau kelewatan Dewi.

Dewi menggiring BAGAS jalan keluar Resto.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar