Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
67 INT. LORONG RUMAH SAKIT - PAGI
Cast: Arjani, Raras, Subekti
Arjani berhasil mengejar Raras dan membuatnya berhenti. Arjani memegang pundak Raras lalu memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Raras.
ARJANI
Buk ...
TERDENGAR GESEKAN KERUK DAN LANTAI. Diikuti kemunculan Subekti yang berjalan tertatih. Arjani melepas pelukannya dan menoleh pada Subekti. Begitu pun dengan Raras.
SUBEKTI
Ras, kita harus bicara.
RARAS
Soal Trisa? Perempuan yang masih
ndak bisa Mas lupakan.
SUBEKTI
Ndak begitu, Ras ...
RARAS
(menghadap Subekti)
Jadi itu alasan kenapa Mas mengirim surat cerai?
ARJANI
(terkejut)
Surat cerai?
SUBEKTI
(terkejut)
Surat cerai apa?
RARAS
Kalau itu yang Mas mau, aku akan
kabulkan.
SUBEKTI
Ras, aku ndak ngerti apa yang kamu
bicarakan. Aku dan Trisa cuma
temenan. Dari dulu pun begitu.
RARAS
Temenan? Tapi kalian pernah saling
suka, Mas.
SUBEKTI
Itu masa lalu. Lagipula aku sudah
punya kamu dan Arjani. Trisa juga
sudah punya kehidupannya sendiri.
RARAS
Kalau begitu kenapa Mas masih suka
bertemu sama dia? Sudah berapa kali
aku minta Mas ngejauhin dia.
SUBEKTI
Ras ...
RARAS
Kita butuh waktu sendiri-sendiri.
Raras pergi. Subekti dan Arjani hanya mematung di tempatnya. Arjani beralih pada Subekti.
ARJANI
Pak ...
Subekti menoleh.
ARJANI (CONT’D)
Bapak mau bercerai dari Ibuk?
SUBEKTI
Kamu ini bicara apa, Nduk?
ARJANI
(menunduk)
Kalau alasannya karena Arjani,
Arjani minta maaf, Pak. Arjani
akan pergi dari kalian asal
Bapak jangan bercerai dari Ibuk.
SUBEKTI
Nduk, kamu ini bicara apa?
ARJANI
Arjani tahu Arjani bukan putri
kandung Bapak. Tapi tolong jangan
cerai sama Ibuk.
SUBEKTI
Nduuuk ...
Subekti mendekat dan memeluk Arjani yang terisak.
SUBEKTI (CONT'D)
Siapa yang mau bercerai dari Ibuk? Ndak pernah Bapak berpikiran seperti itu.
Subekti melepas pelukannya dengan memegang lengan Arjani.
SUBEKTI (CONT'D)
Dan kamu ... sampai kapan pun akan tetap jadi anak Bapak.
ARJANI
Bapak bener ndak marah?
Subekti tersenyum sembari menggeleng.
SUBEKTI
Bapak tahu, Nduk, kamu bukan darah
daging Bapak. Tapi sejak dalam
kandungan, buat Bapak kamu itu
segalanya. Kamu itu hidup Bapak.
Arjani terharu dan memeluk Subekti.
SUBEKTI (COUNT’D)
Jangan pernah bilang lagi kalau
kamu bukan anak Bapak. Sampai
kapan pun kamu putri Bapak, Nduk.
ARJANI
Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak.
CUT TO
68 INT. KAMAR RARAS - MALAM
Cast: Subekti, Raras
Raras mengemas barang-barangnya. Mengeluarkan baju-baju dari lemari dan memasukkannya ke tas besar. Subekti masuk kamar dan menutup pintu kembali. Dengan jalan tertatih, ia mendekati Raras.
SUBEKTI
Mau ke mana kamu?
RARAS
(sibuk berkemas)
Pergi.
SUBEKTI
Kamu mau pergi tanpa meminta izin
suamimu?
Gerakan jemari Raras terhenti. Ia berbalik menghadap Subekti.
RARAS
Suami? Istri? Mas bahkan ndak
memberi tahuku saat kecelakaan dan
malah Trisa yang lebih tahu. Apa
gunanya aku jadi istri?
SUBEKTI
Situasi kita saat itu sedang ndak
baik, Ras. Trisa kebetulan bekerja
di rumah sakit itu.
RARAS
Apa dokter di sana cuma Trisa? Ndak
ada dokter lain. Lagipula sudah
berapa kali aku katakan, aku ndak
suka Mas ketemu sama Trisa.
SUBEKTI
Kamu cemburu?
RARAS
Mas tahu cuma Trisa yang bisa bikin
aku cemburu.
Raras menatap meja kecil di kamar dengan amplop cokelat di
atasnya.
RARAS (CONT'D)
Aku sudah tanda tangani surat cerai
dari Mas. Mas bisa bebas menemui
Trisa sekarang.
SUBEKTI
Surat cerai itu bukan dariku.
RARAS
Bukan dari Mas bagaimana?
Jelas-jelas ...
SUBEKTI
Sepertinya dari ibuku. Beliau
terlalu takut kalau aku
mengungkapkan rahasiaku pada kamu.
RARAS
(terpegun)
Rahasia?
SUBEKTI
(mengangguk)
Aku mandul, Ras.
Wajah Raras mengeras.
SUBEKTI (COUNT’D)
Itulah kenapa aku tahu sejak awal
kalau Arjani bukan darah dagingku.
Tapi sungguh, aku sudah
menganggapnya seperti putriku
sendiri. Aku yang merawatnya sejak
kecil.
Raras masih tertegun.
SUBEKTI (COUNT’D)
Tolong, Ras! Aku ndak mau
kehilangan kalian.
RARAS
Aku juga minta maaf karena ndak
jujur sama Mas. Tapi ... kalau Mas
ingin kita kembali seperti dulu,
aku minta Mas ndak bertemu Trisa
lagi.
SUBEKTI
Ras ...
RARAS
Cuma itu permintaanku, Mas.
Subekti tampak gundah. Ia berpikir sejenak, kemudian mengangguk meskipun ragu.
CUT TO
69 EXT. RUMAH SUBEKTI SOLO - SIANG - MONTAGE
Cast: Yama, Papa Yama, Mama Yama, Arjani, Subekti, Raras, Sasmaya
- Yama dan keluarga datang ke rumah Subekti.
- Beralih ke ruang tamu, dua keluarga (keluarga Yama dan
Arjani) tampak berbincang serius.
- Pembicaraan selesai. Sebelum masuk mobil, Yama berhenti, saling tatap dengan Arjani yang berdiri di sisi Subekti. Keluarga Yama meninggalkan rumah Subekti.
- Seperginya keluarga Yama, Subekti merangkul Arjani dan tersenyum menguatkan. Sasmaya dan Raras juga mendekat untuk menguatkan Arjani.
CUT TO
70 INT. KAMAR HARIS - MALAM - MONTAGE
Cast: Haris
- Setelah salat Haris melepas peci. Layar ponsel menyala. Haris memeriksanya. Mendapat pesan dari mahasiswanya. beralih ke kotak dialog Arjani dan mengetik pesan.
Haris: Ar, apa kabar?
Haris: Bapak sama Ibuk sehat?
Haris: Sudah tiga seminggu kamu enggak ngajar. Kamu baik-baik aja?
CUT TO
71 INT. RUANG DOSEN - SIANG - MONTAGE
Cast: Haris, Anjani, Rekan Dosen
- Haris ke ruangannya dan mendapati DOSEN lain menempati meja Arjani.
- Haris menenteng laptop, bersiap mengajar. Arjani melintas dan mengabaikannya seperti tidak kenal.
- Haris selesai mengajar dan masuk ruang dosen. Berpapasan dengan Arjani yang bersiap pergi makan siang dengan beberapa dosen lain.
CUT TO
72 INT. LOBI KAMPUS - SORE - MONTAGE
Cast: Haris, Arjani, Mahasiswa
- Haris menunggu Arjani di lobi jurusan. Arjani turun dari tangga sambil berbincang dengan dosen lain. Haris ingin menyapa, tetapi Arjani bahkan berpura tidak melihatnya.
- Seorang mahasiswa mendekati Haris dan membuatnya tidak bisa mengejar Arjani. Arjani sempat menoleh sesaat melihat Haris.
- Haris masih memperhatikan Arjani dari belakang jendela lobi jurusan. Sebuah mobil berhenti. Arjani naik dan mobil melaju.
END MONTAGE-CUT TO
TEXT: SATU BULAN KEMUDIAN
73 INT. BERANDA RUMAH HARIS - MALAM
Cast: Haris, Trisa
Haris sedang memeriksa tugas mahasiswanya saat Trisa datang membawa minuman untuknya.
Haris tersenyum sambil memberi nilai B+
HARIS
Makasih, Bun.
Trisa duduk di kursi lain.
TRISA
Ris ...
Haris mendongak.
TRISA (COUNT’D)
Sudah waktunya kamu menikah.
Kapan mau ngenalin calon ke
Bunda?
HARIS
(tersenyum)
Nanti, Bun.
TRISA
Nanti kapan?
Haris diam.
TRISA (COUNT’D)
Bunda akan pilihkan calon
buat kamu.
HARIS
Bun ...
TRISA
Kamu sudah janji sama Bunda
waktu itu. Kalau di usia tiga
puluh tahun kamu belum dapat
calon, kamu setuju Bunda
odohin.
Haris terdiam.
TRISA (COUNT’D)
Sudah waktunya meninggalkan masa
lalu, Ris.
Trisa berdiri. Menghampiri Haris, menepuk pundaknya, lalu masuk rumah.
Seperginya Trisa. Haris diam melamun. Perhatiannya kembali pada ponsel di meja. Ia meraihnya dan membuka pesan yang sudah lama ia kirimkan pada Arjani dan tidak pernah mendapat jawaban.
CUT TO
74 EXT. HALAMAN JURUSAN - SORE
Cast: Arjani, Haris, Sopir Taksi
Arjani keluar dari pintu jurusan. Berjalan tergesa menuju mobil yang menunggunya di tepi jalan. Sampai di pintu mobil, Arjani membukanya dan masuk. Namun, sebelum sempat menutup pintu, Haris masuk dan duduk di sampingnya. Arjani terkejut sambil melihat Haris.
HARIS
jalan, Pak!
Mobil pun melaju.
CUT TO
75 INT. KAFE - SORE
Cast: Haris, Arjani
Haris dan Arjani duduk berhadapan dalam satu meja. Haris melihat Arjani, tetapi Arjani memalingkan wajahnya yang kesal.
HARIS
Kamu mau enggak nikah sama aku?
ARJANI
(tersenyum sinis)
Kamu mau bercandain nasibku?
HARIS
(wajah serius)
Apa aku kelihatan bercanda?
ARJANI
(melipat tangannya)
Kata-kata pernikahan, kedengeran
kayak lelucon di telingaku.
HARIS
Kalau begitu aku akan datang buat
meng-khitbah kamu. Akan aku buktiin
kalau itu bukan sekadar lelucon.
ARJANI
(menertawakan)
Kenapa? Kamu kasihan sama aku?
Takut enggak ada yang mau nikah
sama aku.
(berubah serius dan marah)
Lucu, Ris!
HARIS
Lucu?
(kecewa)
Kamu pikir khitbahku lelucon? Kamu
tahu berapa lama aku minta izin
sama Allah untuk diridai
bertaaruf sama kamu? Belasan
tahun, Ar.
ARJANI
Belasan tahun dan kamu datang di
waktu yang terlalu pas, Ris. Pas
aku dicampakkan dengan alasan yang
cukup mengecewakan, mendadak kamu
datang bilang pengin nikah sama
aku. Kalau emang kamu udah lama
ingin aku. Kenapa enggak dari dulu
kamu bilangnya?
HARIS
Aku nunggu rida dari Allah, Ar. Di
dunia ini apa yang lebih penting
dari rida-Nya?
ARJANI
Kamu terlambat, Ris. Aku udah
kehilangan keinginan untuk nikah.
Arjani berdiri dan keluar kafe. Haris bergegas mengejarnya dan berhasil menghadang langkah Arjani.
HARIS
Kamu mau aku bagaimana biar bisa
ngeyakinin kamu kalau aku serius?
ARJANI
Jauhin aku!
HARIS
Ar ...
ARJANI
Itu satu-satunya cara yang bisa
bikin aku yakin.
HARIS
Kamu yakin?
ARJANI
Iya
Haris mengeluarkan ponsel dan menghubungi Trisa.
HARIS
Assalamualaikum, Bun.
(jeda)
Haris cuma mau bilang, Haris
bersedia dijodohin sama Bunda.
Arjani agak terkejut. Haris menurunkan ponselnya dari telinga.
HARIS
Itu yang kamu mau? Aku turuti
permintaan kamu.
Haris pergi dari Kafe. Meninggalkan Arjani yang masih cukup terkejut.
CUT TO
76 INT. KAMPUS - SIANG - MONTAGE
Cast: Haris, Arjani, Mahasiswa
- Haris dan Arjani berpapasan di lobi. Sempat saingg melihat sebentar, kemudian berlalu tanpa saling sapa.
- Keluar dari mengajar di kelas, seorang mahasiswa tidak sengaja menabrak Arjani dan membuat kertas-kertasnya berceceran. Haris sempat berhenti melihat hal itu. Ketika Arjani memunguti dibantu mahasiswa, Haris berlalu begitu saja.
- Jam pulang mengajar tiba. Arjani menuruni tangga membawa kardus yang cukup berat. Haris muncul di belakangnya dan mendahuluinya begitu saja.
ESOK HARI
- Arjani melihat Haris tampak berbincang akrab dengan mahasiswa perempuan yang mengagumi Haris.
- Di ruang Dosen, Haris bergegas membantu seorang dosen muda yang keberatan membawa kardus.
- Saat jam makan siang, Haris tampak akrab dengan beberapa dosen perempuan dan keluar bersama dari ruang dosen.
- Pulang mengajar, Haris tampak berbincang dengan seorang dosen perempuan yang kemudian menumpang mobil Haris.
END MONTAGE - CUT TO
77 INT. RUMAH KELUARGA HARIS - PAGI
Cast: Haris, Trisa
Hari Sabtu, Haris yang libur mengajar berpenampilan rapi seperti mau pergi. Ia melintas saat mamanya berada di ruang tengah.
TRISA
Ris, mau ke mana? Hari ini kita
akan ngelamar anak orang lho.
HARIS
Oh iya, Haris lupa, Bun. Bunda atur
aja, ya!
TRISA
Kok Bunda? Kan kamu yang mau
lamaran.
HARIS
Haris ada urusan penting, Bun.
TRISA
Kamu kayak begini karena Arjani,
ya?
HARIS
Enggak gitu, Bun. Haris beneran ada
urusan. Pokoknya Bunda atur. Haris
ikhlas lillahi taala ngejalanin
perjodohan Bunda.
TRISA
Ris ...
HARIS
Haris serius, Bun!
(melihat jam tangan)
Haris berangkat, Bun. takut telat.
(salim pada Trisa)
Asslamualaikum!
TRISA
Waalaikumsalam.
CUT TO
78 INT. RUANG KONFERENSI KAMPUS
Cast: Arjani, Haris, Rekan Dosen
Arjani baru saja selesai mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan para ahli. Saat keluar dari ruangan, ia dikejutkan dengan keberadaan Haris dan teman-temannya yang memberinya selamat karena hasil penelitiannya sukses.
REKAN DOSEN
Makan-makan, nih kita!
Arjani tersenyum dan mengangguk.
Mereka pun pergi mencari tempat makan beramai-ramai.
CUT TO
79 EXT. HALAMAN KAFE - SORE
Cast: Arjani, Haris
Arjani selesai salat di musala kafe berpapasan dengan Haris. merea saling melihat beberapa detik sebelum Haris melangkahkan kakinya.
ARJANI
Ris ...
Haris berhenti, kemudian bebalik.
ARJANI (CONT’D)
Maaf, waktu itu aku terlalu kasar.
HARIS
Enggak apa-apa.
(berbalik dan hampir jalan)
ARJANI
Hari itu aku butuh waktu untuk
ngeyakinin hatiku. Kamu juga butuh
waktu untuk memikirkan keputusan
kamu sekali lagi.
Haris yang memunggungi Arjani berbalik.
HARIS
Segitu enggak percayanya kamu sama
aku? Kita udah lama kenal. Harusnya
kamu tahu gimana aku. Atau selama
ini aku terlalu berharap untuk
dingertiin kamu.
ARJANI
Maaf.
Haris meninggalkan Arjani tanpa menjawab permintaan maafnya.
CUT TO