Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Anak Ibu
Suka
Favorit
Bagikan
7. Episode 7 (Scene 67-79)

67 INT. LORONG RUMAH SAKIT - PAGI

Cast: Arjani, Raras, Subekti

Arjani berhasil mengejar Raras dan membuatnya berhenti. Arjani memegang pundak Raras lalu memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Raras.

ARJANI

Buk ...

TERDENGAR GESEKAN KERUK DAN LANTAI. Diikuti kemunculan Subekti yang berjalan tertatih. Arjani melepas pelukannya dan menoleh pada Subekti. Begitu pun dengan Raras.

SUBEKTI

Ras, kita harus bicara.

RARAS

Soal Trisa? Perempuan yang masih

ndak bisa Mas lupakan.

SUBEKTI

Ndak begitu, Ras ...

RARAS

(menghadap Subekti)

Jadi itu alasan kenapa Mas mengirim surat cerai?

ARJANI

(terkejut)

Surat cerai?

SUBEKTI

(terkejut)

Surat cerai apa?

RARAS

Kalau itu yang Mas mau, aku akan

kabulkan.

SUBEKTI

Ras, aku ndak ngerti apa yang kamu

bicarakan. Aku dan Trisa cuma

temenan. Dari dulu pun begitu.

RARAS

Temenan? Tapi kalian pernah saling

suka, Mas.

SUBEKTI

Itu masa lalu. Lagipula aku sudah

punya kamu dan Arjani. Trisa juga

sudah punya kehidupannya sendiri.

RARAS

Kalau begitu kenapa Mas masih suka

bertemu sama dia? Sudah berapa kali

aku minta Mas ngejauhin dia.

SUBEKTI

Ras ...

RARAS

Kita butuh waktu sendiri-sendiri.

Raras pergi. Subekti dan Arjani hanya mematung di tempatnya. Arjani beralih pada Subekti.

ARJANI

Pak ...

Subekti menoleh.

ARJANI (CONT’D)

Bapak mau bercerai dari Ibuk?

SUBEKTI

Kamu ini bicara apa, Nduk?

ARJANI

(menunduk)

Kalau alasannya karena Arjani,

Arjani minta maaf, Pak. Arjani

akan pergi dari kalian asal

Bapak jangan bercerai dari Ibuk.

 SUBEKTI

Nduk, kamu ini bicara apa?

ARJANI

Arjani tahu Arjani bukan putri

kandung Bapak. Tapi tolong jangan

cerai sama Ibuk.

SUBEKTI

Nduuuk ...

Subekti mendekat dan memeluk Arjani yang terisak.

SUBEKTI (CONT'D)

Siapa yang mau bercerai dari Ibuk? Ndak pernah Bapak berpikiran seperti itu.

Subekti melepas pelukannya dengan memegang lengan Arjani.

SUBEKTI (CONT'D)

Dan kamu ... sampai kapan pun akan tetap jadi anak Bapak.

ARJANI

Bapak bener ndak marah?

Subekti tersenyum sembari menggeleng.

 SUBEKTI

Bapak tahu, Nduk, kamu bukan darah

daging Bapak. Tapi sejak dalam

kandungan, buat Bapak kamu itu

segalanya. Kamu itu hidup Bapak.

Arjani terharu dan memeluk Subekti.

SUBEKTI (COUNT’D)

Jangan pernah bilang lagi kalau

kamu bukan anak Bapak. Sampai

kapan pun kamu putri Bapak, Nduk.

ARJANI

Terima kasih, Pak. Terima kasih banyak.

CUT TO

68 INT. KAMAR RARAS - MALAM

Cast: Subekti, Raras

Raras mengemas barang-barangnya. Mengeluarkan baju-baju dari lemari dan memasukkannya ke tas besar. Subekti masuk kamar dan menutup pintu kembali. Dengan jalan tertatih, ia mendekati Raras.

SUBEKTI

Mau ke mana kamu?

RARAS

(sibuk berkemas)

Pergi.

 SUBEKTI

Kamu mau pergi tanpa meminta izin

suamimu?

Gerakan jemari Raras terhenti. Ia berbalik menghadap Subekti.

RARAS

Suami? Istri? Mas bahkan ndak

memberi tahuku saat kecelakaan dan

malah Trisa yang lebih tahu. Apa

gunanya aku jadi istri? 

SUBEKTI

Situasi kita saat itu sedang ndak

baik, Ras. Trisa kebetulan bekerja

di rumah sakit itu.

RARAS

Apa dokter di sana cuma Trisa? Ndak

ada dokter lain. Lagipula sudah

berapa kali aku katakan, aku ndak

suka Mas ketemu sama Trisa.

SUBEKTI

Kamu cemburu?

RARAS

Mas tahu cuma Trisa yang bisa bikin

aku cemburu.

Raras menatap meja kecil di kamar dengan amplop cokelat di

atasnya.

RARAS (CONT'D)

Aku sudah tanda tangani surat cerai

dari Mas. Mas bisa bebas menemui

Trisa sekarang.

 SUBEKTI

Surat cerai itu bukan dariku.

RARAS

Bukan dari Mas bagaimana?

Jelas-jelas ...

SUBEKTI

Sepertinya dari ibuku. Beliau

terlalu takut kalau aku

mengungkapkan rahasiaku pada kamu.

 RARAS

(terpegun)

Rahasia?

SUBEKTI

(mengangguk)

Aku mandul, Ras.

Wajah Raras mengeras.

SUBEKTI (COUNT’D)

Itulah kenapa aku tahu sejak awal

kalau Arjani bukan darah dagingku.

Tapi sungguh, aku sudah

menganggapnya seperti putriku

sendiri. Aku yang merawatnya sejak

kecil.

Raras masih tertegun.

SUBEKTI (COUNT’D)

Tolong, Ras! Aku ndak mau

kehilangan kalian.

RARAS

Aku juga minta maaf karena ndak

jujur sama Mas. Tapi ... kalau Mas

ingin kita kembali seperti dulu,

aku minta Mas ndak bertemu Trisa

lagi.

SUBEKTI

Ras ...

RARAS

Cuma itu permintaanku, Mas.

Subekti tampak gundah. Ia berpikir sejenak, kemudian mengangguk meskipun ragu.

CUT TO

 

69 EXT. RUMAH SUBEKTI SOLO - SIANG - MONTAGE

Cast: Yama, Papa Yama, Mama Yama, Arjani, Subekti, Raras, Sasmaya

- Yama dan keluarga datang ke rumah Subekti.

- Beralih ke ruang tamu, dua keluarga (keluarga Yama dan

Arjani) tampak berbincang serius.

- Pembicaraan selesai. Sebelum masuk mobil, Yama berhenti, saling tatap dengan Arjani yang berdiri di sisi Subekti. Keluarga Yama meninggalkan rumah Subekti.

- Seperginya keluarga Yama, Subekti merangkul Arjani dan tersenyum menguatkan. Sasmaya dan Raras juga mendekat untuk menguatkan Arjani.

CUT TO

70 INT. KAMAR HARIS - MALAM - MONTAGE

Cast: Haris

- Setelah salat Haris melepas peci. Layar ponsel menyala. Haris memeriksanya. Mendapat pesan dari mahasiswanya. beralih ke kotak dialog Arjani dan mengetik pesan.

Haris: Ar, apa kabar?

Haris: Bapak sama Ibuk sehat?

Haris: Sudah tiga seminggu kamu enggak ngajar. Kamu baik-baik aja?

CUT TO

 

71 INT. RUANG DOSEN - SIANG - MONTAGE

Cast: Haris, Anjani, Rekan Dosen

- Haris ke ruangannya dan mendapati DOSEN lain menempati meja Arjani.

- Haris menenteng laptop, bersiap mengajar. Arjani melintas dan mengabaikannya seperti tidak kenal.

- Haris selesai mengajar dan masuk ruang dosen. Berpapasan dengan Arjani yang bersiap pergi makan siang dengan beberapa dosen lain.

CUT TO

72 INT. LOBI KAMPUS - SORE - MONTAGE

Cast: Haris, Arjani, Mahasiswa

- Haris menunggu Arjani di lobi jurusan. Arjani turun dari tangga sambil berbincang dengan dosen lain. Haris ingin menyapa, tetapi Arjani bahkan berpura tidak melihatnya.

- Seorang mahasiswa mendekati Haris dan membuatnya tidak bisa mengejar Arjani. Arjani sempat menoleh sesaat melihat Haris.

- Haris masih memperhatikan Arjani dari belakang jendela lobi jurusan. Sebuah mobil berhenti. Arjani naik dan mobil melaju.

END MONTAGE-CUT TO

TEXT: SATU BULAN KEMUDIAN

73 INT. BERANDA RUMAH HARIS - MALAM

Cast: Haris, Trisa

Haris sedang memeriksa tugas mahasiswanya saat Trisa datang membawa minuman untuknya.

Haris tersenyum sambil memberi nilai B+

HARIS

Makasih, Bun.

Trisa duduk di kursi lain.

TRISA

Ris ...

Haris mendongak.

TRISA (COUNT’D)

Sudah waktunya kamu menikah.

Kapan mau ngenalin calon ke

Bunda?

HARIS

(tersenyum)

Nanti, Bun.

TRISA

Nanti kapan?

Haris diam.

TRISA (COUNT’D)

Bunda akan pilihkan calon

buat kamu.

 HARIS

Bun ...

TRISA

Kamu sudah janji sama Bunda

waktu itu. Kalau di usia tiga

puluh tahun kamu belum dapat

calon, kamu setuju Bunda

odohin.

Haris terdiam.

TRISA (COUNT’D)

Sudah waktunya meninggalkan masa

lalu, Ris.

Trisa berdiri. Menghampiri Haris, menepuk pundaknya, lalu masuk rumah.

Seperginya Trisa. Haris diam melamun. Perhatiannya kembali pada ponsel di meja. Ia meraihnya dan membuka pesan yang sudah lama ia kirimkan pada Arjani dan tidak pernah mendapat jawaban.

CUT TO

74 EXT. HALAMAN JURUSAN - SORE

Cast: Arjani, Haris, Sopir Taksi

Arjani keluar dari pintu jurusan. Berjalan tergesa menuju mobil yang menunggunya di tepi jalan. Sampai di pintu mobil, Arjani membukanya dan masuk. Namun, sebelum sempat menutup pintu, Haris masuk dan duduk di sampingnya. Arjani terkejut sambil melihat Haris.

HARIS

jalan, Pak!

Mobil pun melaju.

CUT TO

75 INT. KAFE - SORE

Cast: Haris, Arjani

Haris dan Arjani duduk berhadapan dalam satu meja. Haris melihat Arjani, tetapi Arjani memalingkan wajahnya yang kesal.

HARIS

Kamu mau enggak nikah sama aku?

ARJANI

(tersenyum sinis)

Kamu mau bercandain nasibku?

HARIS

(wajah serius)

Apa aku kelihatan bercanda?

 ARJANI

(melipat tangannya)

Kata-kata pernikahan, kedengeran

kayak lelucon di telingaku.

HARIS

Kalau begitu aku akan datang buat

meng-khitbah kamu. Akan aku buktiin

kalau itu bukan sekadar lelucon.

ARJANI

(menertawakan)

Kenapa? Kamu kasihan sama aku?

Takut enggak ada yang mau nikah

sama aku.

(berubah serius dan marah)

Lucu, Ris!

HARIS

 Lucu?

(kecewa)

Kamu pikir khitbahku lelucon? Kamu

tahu berapa lama aku minta izin

sama Allah untuk diridai

bertaaruf sama kamu? Belasan

tahun, Ar.

 ARJANI

Belasan tahun dan kamu datang di

waktu yang terlalu pas, Ris. Pas

aku dicampakkan dengan alasan yang

cukup mengecewakan, mendadak kamu

datang bilang pengin nikah sama

aku. Kalau emang kamu udah lama

ingin aku. Kenapa enggak dari dulu

kamu bilangnya?

HARIS

Aku nunggu rida dari Allah, Ar. Di

dunia ini apa yang lebih penting

dari rida-Nya?

ARJANI

Kamu terlambat, Ris. Aku udah

kehilangan keinginan untuk nikah.

Arjani berdiri dan keluar kafe. Haris bergegas mengejarnya dan berhasil menghadang langkah Arjani.

HARIS

Kamu mau aku bagaimana biar bisa

ngeyakinin kamu kalau aku serius?

ARJANI

Jauhin aku!

HARIS

 Ar ...

ARJANI

Itu satu-satunya cara yang bisa

bikin aku yakin.

HARIS

Kamu yakin?

ARJANI

Iya

Haris mengeluarkan ponsel dan menghubungi Trisa.

HARIS

Assalamualaikum, Bun.

(jeda)

Haris cuma mau bilang, Haris

bersedia dijodohin sama Bunda.

Arjani agak terkejut. Haris menurunkan ponselnya dari telinga.

HARIS

Itu yang kamu mau? Aku turuti

permintaan kamu.

Haris pergi dari Kafe. Meninggalkan Arjani yang masih cukup terkejut.

CUT TO

76 INT. KAMPUS - SIANG - MONTAGE

Cast: Haris, Arjani, Mahasiswa

- Haris dan Arjani berpapasan di lobi. Sempat saingg melihat sebentar, kemudian berlalu tanpa saling sapa.

- Keluar dari mengajar di kelas, seorang mahasiswa tidak sengaja menabrak Arjani dan membuat kertas-kertasnya berceceran. Haris sempat berhenti melihat hal itu. Ketika Arjani memunguti dibantu mahasiswa, Haris berlalu begitu saja.

- Jam pulang mengajar tiba. Arjani menuruni tangga membawa kardus yang cukup berat. Haris muncul di belakangnya dan mendahuluinya begitu saja.

ESOK HARI

- Arjani melihat Haris tampak berbincang akrab dengan mahasiswa perempuan yang mengagumi Haris.

- Di ruang Dosen, Haris bergegas membantu seorang dosen muda yang keberatan membawa kardus.

- Saat jam makan siang, Haris tampak akrab dengan beberapa dosen perempuan dan keluar bersama dari ruang dosen.

- Pulang mengajar, Haris tampak berbincang dengan seorang dosen perempuan yang kemudian menumpang mobil Haris.

END MONTAGE - CUT TO

77 INT. RUMAH KELUARGA HARIS - PAGI

Cast: Haris, Trisa

Hari Sabtu, Haris yang libur mengajar berpenampilan rapi seperti mau pergi. Ia melintas saat mamanya berada di ruang tengah.

TRISA

Ris, mau ke mana? Hari ini kita

akan ngelamar anak orang lho.

HARIS

Oh iya, Haris lupa, Bun. Bunda atur

aja, ya!

TRISA

Kok Bunda? Kan kamu yang mau

lamaran.

 HARIS

Haris ada urusan penting, Bun.

 TRISA

Kamu kayak begini karena Arjani,

ya?

HARIS

Enggak gitu, Bun. Haris beneran ada

urusan. Pokoknya Bunda atur. Haris

ikhlas lillahi taala ngejalanin

perjodohan Bunda.

TRISA

Ris ...

HARIS

Haris serius, Bun!

(melihat jam tangan)

Haris berangkat, Bun. takut telat.

(salim pada Trisa)

Asslamualaikum!

TRISA

Waalaikumsalam.

 CUT TO

78 INT. RUANG KONFERENSI KAMPUS

Cast: Arjani, Haris, Rekan Dosen

Arjani baru saja selesai mempresentasikan hasil penelitiannya di hadapan para ahli. Saat keluar dari ruangan, ia dikejutkan dengan keberadaan Haris dan teman-temannya yang memberinya selamat karena hasil penelitiannya sukses.

REKAN DOSEN

Makan-makan, nih kita!

Arjani tersenyum dan mengangguk.

Mereka pun pergi mencari tempat makan beramai-ramai.

CUT TO

79 EXT. HALAMAN KAFE - SORE

Cast: Arjani, Haris

Arjani selesai salat di musala kafe berpapasan dengan Haris. merea saling melihat beberapa detik sebelum Haris melangkahkan kakinya.

ARJANI

Ris ...

Haris berhenti, kemudian bebalik.

ARJANI (CONT’D)

Maaf, waktu itu aku terlalu kasar.

HARIS

Enggak apa-apa.

(berbalik dan hampir jalan)

ARJANI

Hari itu aku butuh waktu untuk

ngeyakinin hatiku. Kamu juga butuh

waktu untuk memikirkan keputusan

kamu sekali lagi.

Haris yang memunggungi Arjani berbalik.

HARIS

Segitu enggak percayanya kamu sama

aku? Kita udah lama kenal. Harusnya

kamu tahu gimana aku. Atau selama

ini aku terlalu berharap untuk

dingertiin kamu.

ARJANI

Maaf.

Haris meninggalkan Arjani tanpa menjawab permintaan maafnya.

CUT TO

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar