Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
44 INT. TAMAN - SORE
Cast: Trisa, Subekti
ESTABLISH: Rumah sahabat perempuan Subekti.
Subekti bertamu ke rumah sahabat perempuannya, TRISA (51), seorang DOKTOR. Ia duduk di kursi teras. Temannya muncul dari pintu rumah membawa nampan berisi minuman dan kue. Ia meletakkannya di meja.
TRISA
Bukan sikap pria sejati,
meninggalkan rumah saat sedang ada
masalah.
SUBEKTI
Aku ndak meninggalkan rumah, Tri.
Aku butuh waktu menenangkan diri
dahulu.
TRISA
Apa yang perlu ditenangkan?
Bukannya dari dulu kamu sudah tahu
masalah itu.
SUBEKTI
Dulu aku hanya menduga. Ternyata
mendengar kenyataannya secara
langsung dari Raras membuat hatiku
seperti teriris. Perih.
TRISA
(tersenyum)
Terus kamu maunya bagaimana? Kamu
dan keluargamu juga menyimpan
rahasia besar dari keluarga Raras.
SUBEKTI
Itulah masalahnya, Tri. Kalau
rahasia Raras terungkap, aku juga
harus mengungkap rahasiaku. Ndak
adil buat Raras kalau aku
merahasiakannya. Masalahnya,
keluargaku ndak mau aku melakukan
itu.
TRISA
Jadi ... kamu datang ke Jakarta
sebelum berbicara apa pun dengan
Raras?
SUBEKTI
Iya.
TRISA
Kalian perlu bicara. Pulanglah!
Biar putraku yang mengantarmu ke
Bandara.
CUT TO
45 INT. MOBIL HARIS - MALAM
Cast: Haris
Haris mendapat pesan dari Arjani saat sedang berkendara.
INSERT
Ris, kata Eyang Bapak tahu statusku. Bapak enggak bicara
apa-apa dan langsung ninggalin rumah. Gimana kalau Bapak dan
Ibu ribut gara-gara aku? Gimana kalau mereka bercerai
gara-gara aku?
CUT TO
Haris memutar kemudi berbalik arah, menuju kontrakan Arjani.
CUT TO
46 INT. KONTRAKAN ARJANI - MALAM
Cast: Haris, Arjani, Yama
Haris mengetuk pintu. Pintu terbuka, tampak Arjani dengan derai air mata. Tangisnya langsung pecah di depan Haris.
ARJANI
Eyang nelepon dan marah-marah, Ris.
Bapak juga enggak mau ngangkat
teleponku. Eyang bilang Bapak
ninggalin rumah. Aku harus gimana?
Haris berdiri dengan menatap iba.
HARIS
Ar ...
Tangan Haris terangkat untuk meraih lengan Arjani, tetapi diurungkan.
HARIS (CONT'D)
Kamu tenang dulu, ya! Kita duduk
dulu.
Arjani terpaku di tempatnya berdiri. Tubuhnya berguncang karena menangis. Dari arah belakang, Yama datang. Menarik pundak Haris lalu memukulnya hingga tersungkur. Arjani terkejut melihat kejadian mendadak itu.
ARJANI
Yama! Kamu apa-apaan, sih?
Arjani mendorong Yama menjauh
YAMA
Kenapa? Aku enggak boleh mukul dia?
ARJANI
Yama, please!
Haris berusaha berdiri.
YAMA
(melihat Haris)
Apa ucapanku kemarin belum jelas.
Aku udah minta secara baik-baik
supaya kamu ngejauhin Arjani.
(nada meninggi)
ARJANI
Yama! Kamu apa-apaan, sih? Sudah
berapa kali aku bilang, aku cuma
temenan sama Haris. Mana mungkin
kami saling ngejauh. Kami udah
temenan belasan tahun. Kamu masih
ngeraguin aku?
YAMA
Gimana aku enggak ragu, Ar? Masalah
sebesar kemarin aja kamu enggak mau
cerita sama aku dan lebih milih
cerita sama Haris.
(menunjuk Haris)
ARJANI
Aku bukannya enggak mau cerita sama
kamu, Yam. Aku cuma nyari waktu
yang tepat.
YAMA
Oh ... waktu yang tepat? Kalau sama
Haris waktunya selalu tepat, ya.
Makanya kamu bisa cerita ke dia,
kapan pun.
ARJANI
YAMA!
YAMA
(tersenyum sarkasme)
Kamu ngebentak aku karena dia. Oke,
silakan lanjutkan sama Haris! Aku
pergi!
Yama bergegas ke mobilnya dan Arjani mengejar. Namun, Yama keburu masuk mobil dan mengunci pintu.
ARJANI
Yam, kamu enggak bisa pergi kayak
gini! Kita bicara dulu, Yam!
Mobil melaju dan Arjani mematung di halaman sambil mengacak rambutnya. Wajahnya tampak frustrasi. Haris yang semula mematung di teras memutuskan mendekat.
HARIS
Ar...
Arjani berbalik hingga berdiri berhadapan dengan Haris.
ARJANI
Ris, maaf ya, kamu jadi harus
terlibat ...
HARIS
Enggak apa-apa. Bukan salah kamu.
Salahku juga, sih. Ngeganggu
hubungan kalian. Maaf.
ARJANI
Kamu ngomong apa sih, Ris? Bukan
salah kamu. Hubungan kami emang
lagi bermasalah.
Sesaat suasana hening.
HARIS
Apa kita harus jaga jarak dulu?
ARJANI
(tersenyum sarkasme)
Setelah Bapak, Yama, sekarang
kamu mau ninggalin aku juga?
HARIS
Bukan gitu, Ar ...
ARJANI
Kita udah lama temenan. Ak pikir
kamu bakal jadi orang yang paling
ngertiin aku. Ternyata sama aja.
HARIS
Ar ...
ARJANI
Terserah kamu, Ris!
Arjani meninggalkan Haris menuju kontrakan. Haris hanya mematung di halaman melihat Arjani masuk kontrakan dan menutup pintu.
HARIS (V.O)
Aku cuma ingin kamu bahagia, Ar.
Aku tahu kamu sangat ingin menikah
dengan Yama.
CUT TO
47 INT. KAMAR YAMA - SIANG
Cast: Yama,Mama Yama,
Yama tertunduk di depan mamanya. Wajah keduanya tampak serius. Mama Yama meraih pundak putranya.
MAMA YAMA
Mama enggak masalah selama hal itu
bikin kamu bahagia. Tapi, keluarga
Papa enggak akan setuju, Yam. Kamu
juga sedang jadi calon kandidat
kuat di Partai. Kalau masalah ini
sampai keluar, apa baik-baik saja
untuk menjaga reputasi kamu di
forum?
YAMA
Itu juga yang sedang Yama
pertimbangkan, Ma. Kakek akan marah
besar kalau tahu tentang hal ini.
MAMA YAMA
Kamu pikirkan dulu baik-baik. Apa
pun keputusan kamu, Mama akan
mendukung.
Arjani menatap mamanya haru.
YAMA
Makasih ya, Ma! Meskipun Yama bukan
anak kandungg Mama, tapi Mama
selalu baik sama Yama.
MAMA YAMA
Kamu ngomong apa, sih? Kamu anaknya
Papa ... anak Mama juga. Mama
enggak pernah nganggep kamu sebagai
anak orang lain.
YAMA (V.O)
(menghela napas berat)
Kalau Kakek tahu Yama akan menikah
dengan perempuan yang tidak jelas
bapaknya, Kakek akan menyalahkan
Mama lagi. Yama enggak bisa
ngebiarin itu.
CUT TO
48 INT. KAMAR RARAS - MALAM
Cast: Raras, Subekti
Subekti baru datang sejak pergi kemarin. Raras melihat suaminya. Subekti melepas jam tangan dan mengambil sebuah buku. Raras turun dari tempat tidur dan mendekat.
RARAS
Pak, ada yang harus kita bicarakan.
SUBEKTI
Jangan sekarang! Bapak capek.
Subekti berjalan keluar kamar sambil menutup pintu.
SUBEKTI (COUNT’D)
Maaf, Bu. Bapak belum siap
bercerita.
(berdiri di depan pintu)
Subekti meninggalkan kamar, Sasmaya berdiri dari kejauhan mengawasi menantunya.
CUT TO
49 INT. RUANG MAKAN KONTRAKAN ARJANI - PAGI
Cast: Arjani
Arjani yang baru saja melahap suapan terakhir nasi gorengnya, melirik ponselnya yangg menyala. Ia mendapat pesan dari Yama
INSERT:
Aku jemput kamu. Aku antar ke kampus.
CUT TO
TERDENGAR SUARA KLAKSON MOBIL YAMA. Arjani meneguk air putihnya lalu bangkit, meletakkan piring di bak cuci dapur, mencuci tangan, dan meraih tasnya.
DISSOLVE TO
50 EXT. HALAMAN KONTRAKAN ARJANI - PAGI
Cast: Arjani, Yama
Yama berdiri bersandar di pintu mobilnya yang tertutup. Tangannya sibuk memainkan ponsel. Arjani berjalan mendekat. Yama segera memasukkan ponselnya ke saku. Ia berjalan ke pintu lain dan membukakannya untuk Arjani. Arjani pun segera naik mobil. Yama masuk mobil dan mengendarainya.
Mobil meninggalkan halaman kontrakan.
DISSOLVE TO
51 INT. MOBIL YAMA - PAGI
Cast: Yama, Arjani
TERDENGAR LAGU "Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan" MILIK "Payung Teduh" Arjani dan Yama sama-sama diam. Yama fokus kemudi sambil mencari kata untuk mengawali pembicaraan. Sementara Arjani sibuk melihat jalanan.
Tangan Yama mengecilkan volume tape.
YAMA
Ar?
ARJANI
Hmmm ...
YAMA
Ada yang ingin aku omongin.
ARJANI
Aku dengerin.
YAMA
Kita akan tetap menikah, tapi ...
kamu tetap diwalikan Bapak.
ARJANI
(kecewa)
Kamu malu nikah sama perempuan
yang enggak jelas bapaknya?
YAMA
Bukan gitu, Ar.
ARJANI
Terus? Kamu pengen kita dosa seumur
hidup karena melangsungkan
pernikahan yang tidak sesuai
syariat agama kita.
YAMA
Please, kamu dengerin dulu! Kita
akan menikah secara syariat agama,
tapi ...
(lirih)
kita akan melangsungkan akad nikah
diam-diam tanpa sepengetahuan
keluargaku. Setelah itu, kita akan
melaksanakan akad nikah normal
dengan wali Bapak
Seketika Arjani meradang. Merasa Yama tidak bisa menerima dirinya dengan utuh.
ARJANI
Berhenti!
YAMA
(terkejut)
Kampus masih jauh, Ar.
ARJANI
(marah)
Aku bilang berhenti, Yama!
Yama menepikan mobilnya di tepi jalan. Keduanya diam sesaat.
ARJANI (CONT’D)
Aku enggak masalah kamu
ngerahasiain statusku dari orang
lain, tapi dari keluarga kamu ...
itu keterlaluan Yama.
YAMA
Siapa yang lebih keterlaluan, Ar?
Kamu juga baru memberi tahuku, kan?
Karena kamu enggak percaya sama
aku.
ARJANI
(diam dan kecewa)
Kalau sejak awal aku bilang, apa
kamu yakin enggak akan ninggalin
aku. Bahkan sekarang, kamu takut
ngasih tahu keluarga kamu tentang
statusku, kan.
(berpaling)
Asal kamu tahu, aku juga baru tahu
tetang hal ini.
Yama tidak menjawab. Keduanya sama-sama menahan marah dan sesak di dada.
YAMA
Kayaknya kita emang butuh waktu
masing-masing untuk mikirin hal
ini.
ARJANI
Apa maksud kamu? Kamu ingin putus?
YAMA
(berpaling)
Iya.
ARJANI
Segampang itu kamu ngambil
keputusan setelah apa yang kita
lalui?
YAMA
Ini juga enggak mudah buat aku, Ar.
Tapi kamu membuat aku merasa
semakin sulit bertahan sama kamu.
ARJANI
Ini bukan hanya alasan kamu, kan?
Yama hanya diam sambil mengarahkan tatapannya jauh dari Arjani. Dengan kecewa, Arjani turun dari mobil dan menghentikan angkot yang kebetulan lewat.
Seperginya Arjani, Yama berteriak sendiri di mobilnya lalu menangis.
CUT TO FLASH BACK
52 INT. RUMAH TENGAH KELUARGA YAMA - PAGI
Cast: Yama, Papa Yama, Mama Yama
Yama baru saja turun dari tangga. Berjalan melewati ruang tengah. Ada papanya sedang membaca koran dan mamanya sedang memasukkan serumpun bunga dalam vas.
Yama berjalan sambil mengancingkan lengan.
YAMA
Pagi!
Papa Yama meletakkan koran di meja
PAPA YAMA
Yama-Yama!
Yama berhenti melangkah.
YAMA
Ya, Pa!
PAPA YAMA
Kemari sebentar!
Yama mendekat dan duduk di dekat papanya. Wajah papanya tampak serius.
PAPA YAMA (CONT’D)
Bagaimana persiapan pernikahan
kamu dengan Arjani?
Wajah Yama mendadak tegang. Ia sempat melihat sekilas ke arah mamanya yang memberikan anggukan kecil.
YAMA
Aku masih banyak kerjaan, Pa. Belum
sempat ngobrolin itu sama Arjani.
PAPA YAMA
Disempatin dong, Yam! Kasihan
Arjani nungguin.
YAMA
Iya, Pa.
PAPA YAMA
Ya, sudah. Kamu mau berangkat
kerja?
YAMA
Iya.
PAPA YAMA
Papa dengar forum semakin kuat
menjatuhkan pilihannya pada kamu.
Hati-hati bertindak. Jaga citra
baik keluarga kita di Senayan!
YAMA
(ragu)
Baik, Pa.
PAPA YAMA
Sana berangkat!
Yama meninggalkan ruang tengah setelah melihat mamanya sekilas.
END FLASHBACK
CUT TO