Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
11 INT. RUANG TAMU - MENJELANG SIANG
Cast: Bulek, Subekti, Raras, Sasmaya, Arjani, Yama
Tampak ruang tamu dengan beberapa ornamen kayu, perabotan kayu, dan berbagai macam ornamen antik seperti lampu gantung, jam dinding, dan tombak di dekat lemari besar.
Keluarga besar Arjani (Subekti, Raras, Sasmaya, Bulek) berkumpul. Suasana ruang tengah hening. Hampir semua orang berekspresi serius. Yama semakin tegang. Arjani sibuk memperhatikan Raras yang gelisah. Hanya Subekti yang tampak bahagia.
LONCENG JAM BERDENTANG. Yama yang tegang berjingkat. Sasmaya dan BULEK Arjani (46) tersenyum simpul.
BULEK
Nak Yama ndak usah tegang. Santai
saja bicaranya. Keluarga Arjani
ndak ada yang suka gigit, jadi ndak
perlu takut.
Yama tersenyum sipu. Tatapannya beralih pada Raras yang tampak kaku dan gelisah.
YAMA
Jadi, begini Bapak dan Ibu. Saya
Yama, laki-laki yang tiga tahun ini
menjalin hubungan dengan Arjani.
Keluarga Arjani menyimak.
YAMA (CONT’D)
(sedikit gugup)
Kedatangan saya kemari, sebenarnya
ingin meminta restu Bapak dan Ibu.
Kalau diperkenankan dan semoga
diperkenankan, saya ingin segera
membawa keluarga saya untuk melamar
Arjani.
Subekti menatap Arjani yang tampak gelisah.
SUBEKTI
Benar yang dikatakan Nak Yama,
Nduk?
Arjani melihat Raras, lalu beralih pada Subekti.
ARJANI
Nggeh, Pak.
SUBEKTI
Bapak ndak bisa ngomong apa-apa.
Kalau kalian memang saling suka dan
sekiranya bisa bahagia bersama,
Bapak setuju saja. Iya, kan, Bu?
Raras mengangguk dengan senyum terpaksa. Arjani memperhatikan Raras dan semakin gelisah.
YAMA
Jadi, Bapak dan Ibu merestui kami?
SUBEKTI
Asal kamu berjanji akan
membahagiakan Arjani apa pun yang
terjadi.
YAMA
Pasti, Pak. Kebahagian Arjani
adalah salah satu mimpi saya. Jadi,
saya akan berusaha semampu saya
untuk membahagiakan putri Bapak.
SUBEKTI
Baguslah kalau kamu berpikiran
seperti itu.
(jeda)
Arjani ini satu-satunya putri kami.
Dia yang akan menjadi penerus
satu-satunya di keluarga Bapak.
Kamu harus menjaganya dengan baik.
Dia istimewa bagi kami.
Raras semakin gelisah karena rahasia besar yang disembunyikannya harus segera diungkap.
YAMA
Arjani juga istimewa bagi saya,
Pak.
Arjani tersipu, tetapi berganti sedih melihat Raras murung.
SUBEKTI
Syukurlah! Sepertinya Bapak bisa
mempercayakan Arjani pada kamu.
Yama tersenyum lega.
CUT TO
12 EXT. HALAMAN RUMAH ARJANI - PAGI
Cast: Arjani, Yama
Tampak pemandangan aktivitas pagi pedesaan. Arjani berdiri berhadapan dengan Yama.
YAMA
Kamu puasin dulu kangen-kangenan
sama Ibuk dan Bapak.
ARJANI
(mengangguk)
Maaf, ya, kamu jadi ke Jakarta sendiri!
YAMA
Enggak apa-apa. Nanti kamu juga
balik.
(tersenyum)
Aku pergi.
ARJANI
Udah pamit sama semuanya?
YAMA
(mengangguk)
Udah.
Yama mengusap lembut kepala Arjani.
YAMA (CONT'D)
Baik-baik di sini. see you!
ARJANI
See you!
Yama masuk mobil. Mengenakan kacamata, menyalakan mesin mobil, melambaikan tangan pada Arjani, lalu melajukan mobil. Arjani memperhatikan mobil Yama meninggalkan jalan depan rumahnya, kemudian masuk rumah
DISSOLVE TO
13 INT. KAMAR RARAS - PAGI
Cast: Arjani, Raras
Raras duduk di kasur sembari berpikir keras. Arjani melongok di pintu. Raras menoleh dan memaksa tersenyum. Arjani masuk kamar dan duduk di tepi ranjang.
ARJANI
Ibuk baik-baik aja?
RARAS
(mengangguk dan tersenyum)
Ibuk baik-baik aja, Nduk.
ARJANI
Tapi, Ibuk keliatan mikirin sesuatu.
Ada masalah yang Arjani enggak
tahu, Buk?
RARAS
(menggeleng)
Bukan apa-apa. Ibu cuma sedikit
capek.
ARJANI
Ibu sakit?
RARAS
Ibu baik-baik saja. Cuma butuh
istirahat sebentar.
ARJANI
Jani bikinin teh ya, Buk?
RARAS
Boleh.
ARJANI
(tersenyum lega)
Jani tinggal sebentar!
Arjani menuju dapur. Saat melintasi ruang tengah melihat bayangan buleknya sekelebat menuju kamar Raras
DISSOLVE TO
14 INT. DAPUR - PAGI
Cast: Arjani
Arjani merebus air. Menyiapkan gelas dan menyeduh teh setelah airnya mendidih. Menambahkan sedikit gula dan meletakkan cangkir teh di nampan.
DISSOLVE TO
15 INT. KAMAR RARAS - PAGI
Cast: Arjani, Bulek, Raras
Tampak pintu kamar Raras tertutup. Arjani langsung membuka. Raras dan bulek Arjani tampak tegang melihat Arjani.
ARJANI
Maaf, Jani lupa ketuk pintu!
Arjani mendekat dan meletakkan teh di meja.
ARJANI (CONT'D)
Jani ngagetin Bulek sama Ibu, ya?
BULEK
Ndak apa-apa, Jani.
Bulek melihat Raras sambil memberikan isyarat.
ARJANI
Bulek mau Jani bikinin teh juga?
BULEK
Ndak usah, Nduk. Bulek ndak lama,
kok. Ini sudah ditungguin pak lekmu
mau nemenin ke pengajian.
ARJANI
Kayaknya makin banyak yang
mengundang Pak Lek buat ngisi
pengajian ya, Bu Lek.
BULEK
Ya, alhamdulillah, Nduk. Semoga Pak
Lek bermanfaat buat orang banyak.
ARJANI
Amiin.
Bulek berdiri sambil melihat Raras dengan melempar isyarat
BULEK
Saya pamit dulu, Mbak Yu. Nanti kita bicara lagi.
Raras mengangguk.
BULEK (CONT’D)
Nduk, Bulek pamit, ya!
ARJANI
Nggeh, Bulek. Hati-hati!
Bulek Arjani mengangguk. Kemudian meninggalkan kamar Raras. Raras meraih teh dan meneguknya. Arjani memperhatikan Raras dengan penasaran. Merasa Raras menyembunyikan sebuah rahasia darinya.
CUT TO
16 INT. RUMAH SUBEKTI – SORE
Cast: Raras, Sasmaya, Arjani
Rumah pendopo tampak sepi. Arjani baru datang dari pasar sore dan berjalan memasuki rumah. Semakin dekat ruang utama rumah, TERDENGAR SUARA RIBUT KECIL YANG SEMAKIN LAMA SEMAKIN JELAS. Pusat keributan di kamar Raras.
RARAS
Kita ndak bisa seperti ini, Bu.
Arjani sudah besar. Dia mau menikah
dan berhak tahu apa yang terjadi
pada dirinya.
SASMAYA
Lantas apa, Raras? Kamu ingin
membuka aib itu setelah kita
berhasil meredamnya hampir tiga
puluh tahun. Tidak Raras, Ibu tidak
ingin kehidupan kita kembali
terpuruk.
RARAS
Tapi bagaimana dengan Arjani, Bu?
Arjani berdiri di depan pintu kamar Raras dengan penasaran karena namanya disebut-sebut.
SASMAYA
Biarkan saja dia menikah tanpa
perlu tahu rahasia itu.
RARAS
Ndak bisa begitu, Ibu. Bagaimana
pun dia harus tahu kebenarannya.
SASMAYA
Kebenaran apa Raras? Kebenaran
kalau ternyata dia ....
Arjani menutup mulutnya dengan mata membeliak. Air matanya menetes.
CUT TO
17 INT. TAKSI - PAGI
Cast: Arjani, Sopir Taksi
Taksi berjalan melewati jalanan kampus. Arjani menatap kosong ke luar jendela.
SASMAYA (O.S)
Lantas apa, Raras? Kamu ingin
membuka aib itu setelah kita
berhasil meredamnya hampir tiga
puluh tahun. Tidak Raras, Ibu tidak
ingin kehidupan kita kembali
terpuruk.
Arjani mengusap setetes air mata yang jatuh di pipi
SOPIR
Bu, sudah sampai!
Arjani tergagap. Mengalihkan tatapannya ke sekeliling yang memperlihatkan halaman jurusan. Wajahnya linglung. Tangannya mengambil tas dan map yang tergeletak di jok, lalu membuka pintu taksi.
ARJANI
Terima kasih, Pak!
DISSOLVE TO
18 INT. RUANG DOSEN - PAGI
Cast: Haris, Mahasiswa, Arjani
Haris sedang bimbingan skripsi dengan mahasiswanya. Arjani masuk ruangan tanpa salam. Haris merasa heran.
HARIS
Kamu pertegas bagian rumusan
masalah dan tujuannya. Dua bagian
ini harus sinkron.
MAHASISWA
Baik, Pak! Terima kasih bimbingannya.
(mengemas proposal)
Permisi!
HARIS
Silakan!
Mahasiswa meninggalkan ruangan setelah mengangguk sekali pada Haris. Arjani duduk dengan wajah murung dan melamun. Haris melihat jam tangan dan mempersiapkan laptopnya untuk mengajar. Haris berdiri dan menghampiri meja Arjani.
HARIS
Ar, kamu enggak ngajar?
Arjani tidak merespons. Haris lebih mendekat.
HARIS (CONT’D)
Ar, kamu enggak ada kelas?
ARJANI
(tergagap)
Eh, Ris. Kenapa?
HARIS
Kamu enggak ngajar?
Arjani menoleh ke kanan dan kiri. Mencari-cari sesuatu dengan wajah linglung. Haris melihat dua buku yang tertata di meja. Tangannya meraih buku itu dan meletakkannya di hadapan Arjani.
HARIS
Ini yang kamu butuhin.
(melihat Arjani)
Arjani menghela napas berat sambil menatap gelisah pada buku di hadapannya.
HARIS (CONT’D)
Ayo, ke kelas!
Haris mendahului berjalan dan Arjani mengikuti dengan langkah berat.
CUT TO
19 INT. KANTOR YAMA - SIANG
Cast: Yama
Yama gelisah berusaha menelepon Arjani.
YAMA
Kamu ke mana, sih, Ar? Kenapa dari
kemarin teleponku enggak diangkat.
(gelisah)
Yama mengirim pesan
INSERT: Ar, kalau baca pesanku tolong telepon balik!
Jemari Yama memencet tombol kirim.
CUT TO
20 INT. RUANG DOSEN - SIANG
Cast: Haris, Arjani
Haris masuk Ruang Dosen. Arjani melamun di mejanya. Haris meletakkan laptop di meja sambil memperhatikan Arjani sampai ia duduk.
HARIS
Ar!
ARJANI
(menoleh)
Hmmm ...
HARIS
Enggak makan siang.
ARJANI
Enggak laper.
Haris berdiri, lalu pergi dari ruangan.
PONSEL ARJANI BERDERING. Arjani memeriksa pesan dari Yama. tanpa membalas, ia meletakkan kembali ponselnya.
CUT TO
21 EXT. HALAMAN JURUSAN - SORE
Cast: Haris, Arjani, Sopir Taksi
Haris keluar dari pintu gedung jurusan. Melihat Arjani berdiri di tepi jalan dengan tatapan melamun. Haris mendekatinya.
HARIS
Naik taksi online?
ARJANI
(menoleh)
Iya.
Haris melihat Arjani yang kembali menatap kosong. Kevakuman membuat Arjani kembali menoleh. Haris tersenyum simpul. Arjani membalas dengan senyum paksa. TERDENGAR SUARA MESIN TAKSI MENDEKAT DAN BERHENTI.
ARJANI
Aku duluan!
Haris membuka pintu taksi untuk Arjani
HARIS
Hati-hati!
Arjani mengangguk, lalu masuk taksi. Haris menutup pintu taksi. Sopir melajukan taksi. Haris berjalan menuju tempat parkir. Tiba-tiba ada yang memanggil.
ARJANI
Haris!
Haris berhenti berjalan dan menoleh. Terpegun melihat Arjani berdiri dengan napas agak terengah.
Haris berjalan mendekat
HARIS
Arjani?
ARJANI
(air mata menetes)
Aku butuh kamu sekarang.
Wajah Haris mengeras.
CUT TO