Cuplikan Chapter ini
Phuspa terjaga di kursi sofa dengan mata sembab dan hati pedih kesedihannya belum bisa diurai oleh waktu yang terus beranjak pergi Dengan tisu ia mengusap airmata yang merembes dari kedua sudut matanyaKehidupannya kini laksana menaiki perahu kecil yang retak terhantam batu karang hanya menunggu waktu sebelum perahu kecil itu karam dan menyeretnya ke pusaran lautan dalam Di hadapannya seseorang yang paling ia cintai sedang terbaring lemah Phuspa mencoba beristirahat namun keadaan teng