Cuplikan Chapter ini
Aku menatap layar ponsel yang bergetar di tanganku Nama Mas Arman muncul lagi di layar dan kali ini aku tahu persis apa yang akan terjadi jika aku mengangkatnya Pesan-pesan ancaman yang dia kirimkan sejak aku pergi dari rumah terus terngiang di kepalaku seperti racun yang menulari pikiranku Aku menelan ludah mencoba menahan gemetar di tanganku tapi tidak bisaKereta dari Cirebon baru saja berhenti di stasiun Jakarta dan kedua anakku Aisyah dan Maryam masih menangis karena kelelahan