EXT. HUTAN - DUSK
Kita melihat THOLE duduk di tengah-tengah hutan. Ia terlihat kecil diantara pohon-pohon yang menjulang tinggi. BU LAWA tiba-tiba muncul dari balik salah satu pohon yang jauh dari THOLE.
LAWA
Lha iya, arek lanang iku kudu isa dadi uwong. Pusakane lungguhan kursi sing terhormat. Urip e enak, meneng, garek ngudang manuk kutut.
Lha iya, anak laki-laki itu harus bisa menjadi orang. Kedudukannya itu kursi yang terhormat. Hidupnya enak, diam, tinggal bermain burung perkutut.
Lalu BU LAWA menghilang kembali ke balik pohon. Lalu ia muncul lagi dibalik pohon yang lainnya yang lebih dekat dengan THOLE.
LAWA
Lha iya, tapi sik isa disambati utang, lek onok gawe gak mek urun rembug tapi urun uyah pisan.
Lha iya, tapi masih bisa diminta hutang, kalau ada hajat di kampung tidak hanya berkontribusi usul, tapi juga menyumbang uang juga.
BU LAWA kembali menghilang ke balik pohon. Muncul lagi di pohon dari balik pohon yang lebih dekat lagi dengan THOLE.
LAWA
Lha iya, isa digae sendhenan kayu jati.
Lha iya, bisa dijadikan andalan seluruh umat manusia.
Menghilang dan muncul lagi dari balik pohon yang lebih dekat lagi dengan THOLE.
LAWA
Lha iya, mosok isa awakmu koyok ngono iku?
Lha iya, masak kamu bisa seperti itu?
Wong awakmu iki anake Munco tani gurem, Nawangsih mek isa dodol madu ndhik pasar.
Hilang dan muncul lagi di pohon yang lebih dekat lagi dengan THOLE.
LAWA
Lha iya awakmu iki ancen setelan urip susah sak mlarate. Sing mek isa nrima thok gak isa duwe kekarepan koyok kerot gak duwe untu
Lha iya kamu ini memang sudah pawakan hidup susah juga melarat. Yang hanya bisa menerima saja tidak sempat memiliki keinginan seperti menggertakkan gigi tanpa punya gigi.
Hilang dan muncul lagi dari belakang THOLE.
LAWA
Lha iya kok melas e. Isin Le THOLE! ISIN!
Lha iya kok kasihan sekali. Malu Le THOLE! MALU!
THOLE terlihat ketakutan. Lalu ia menembang.
THOLE
(nembang)
Susuh angin endi nggone
Sarang angin di mana tempatnya
BU INAH datang geleng-geleng ke depan THOLE.
INAH
Ealah Le, sakna men awakmu iki, sedinoan golek Susuh Angin, wis Le, muliha ae
Ealah Le, kasihan sekali kamu, sedinoan golek Susuh Angin, udah Le, pulang saja
THOLE kemudian berdiri dan melangkah pergi diikuti BU INAH.