EXT. HALAMAN RUMAH THOLE - MORNING
Kita melihat BAGIAN DEPAN RUMAH THOLE. Terasnya luas, rumahnya terbuat dari gubuk rotan. Di Depan pintu kita melihat BU INAH mengenakan baju serba putih, BU SUPIAH mengenakan baju serba kuning,BU AMAH mengenakan baju serba merah, dan BU LAWA mengenakan baju serba hitam mengintip ke dalam pintu. Posisi mereka di kiri pintu, BU INAH jongkok, BU SUPIAH merunduk lebih tinggi dari BU INAH, BU AMAH merunduk lebih tinggi daripada BU SUPIAH, dan BU LAWA merunduk lebih tinggi daripada BU SUPIAH.
Lalu THOLE keluar dengan mengenakan baju SD keluar rumah dengan ceria. IBU-IBU mengikuti THOLE dengan gerak gerik karikatural. IBU-IBU berusaha menggerakkan tubuh THOLE sesuai maunya, seakan-akan THOLE adalah wayang dan IBU-IBU adalah dalang. THOLE tidak menyadari kehadiran IBU-IBU. Bersamaan dengan itu MUNCO (35) bapak THOLE berpakaian petani mbrukut dan membawa TOPI SD THOLE menyaksikan adegan di luar rumah itu.
AMAH
(Berusaha membenarkan sikap THOLE)
Ojok klemar klemer ngene!
Jangan lemes gini dong!
MUNCO
Dhik..
Dik
SUPIAH
(Berusaha membenarkan raut muka THOLE)
Eeee, mbok sing teges, sing ganteng, mbok sing bagus ngono lho dadi arek
Eeee, ya kamu itu yang tegas, yang tampan, yang menawan gitu lo kamu jadi anak
NAWANGSIH (O.S.)
(Menjawab dari dalam rumah)
Apa mas? Aku sik golek slendhang
Apa mas? Saya masih mencari selendhang
LAWA
(Berusaha menegapkan kepala THOLE yang merunduk)
Lha iya, ya mbok rupamu iki sing siap dadi juragan!
Lha iya, perawakanmu ya setidaknya siap menjadi juragan!
MUNCO
Tak golekna dhik, sampeyan renea dhisik.
Tak carikan dik, kamu kesini dulu.
AMAH
Ojok koyok tenyom!
Jangan seperti monyet!
Sepanjang adegan ini, BU INAH hanya mengelus-elus dada. Kecerian THOLE menjadi gelisah. Ia kemudian berhenti berjalan. NAWANGSIH mengenakan kebaya sederhana sudah sampai di gawang pintu dari dalam rumah menyaksikan THOLE yang gelisah bersama MUNCO. MUNCO kemudian memberikan TOPI SD THOLE kepada NAWANGSIH dan masuk ke rumah kembali mencari selendang.
THOLE
(menembang)
Susuh angin ngendi nggone
Sarang angin di mana tempatnya
IBU-IBU sudah bersiap menimpali THOLE dengan gestur mau menerkam THOLE bersama-sama. Namun NAWANGSIH melantunkan tembang yang membuat mereka mematung kecuali BU INAH.
NAWANGSIH
(Nembang)
Bener luput, ala becik, klawan begja
Benar salah, jelek bagus, dan keberuntungan
NAWANGSIH melangkah menghindari untuk menabrak Ibu-ibu yang mematung. BU INAH terkaget karena tahu bahwa NAWANGSIH menyadari keberadaannya dan teman-temannya. Nawangsih berhenti dan menatap BU INAH sambil mengedipkan satu matanya. Kekagetan BU INAH berganti menjadi lega berangsur berganti senyum bahagia lalu ia mengikuti NAWANGSIH.
NAWANGSIH
(Sambil berjalan kearah THOLE)
Cilaka mapan saking..
Juga kesialan bertempat di...
(Pada lantunan ini, Nawangsih sudah jongkok di sebelah THOLE dan memakaikan topi THOLE)
BU INAH manggut-manggut
THOLE
Mak, sajerone pangrasa iku ndhik endi?
Mak, lubuk hati terdelam itu ada di mana?
MUNCO sudah keluar dan membawa selendang lalu melihat adegan selanjutnya di dekat pintu.
NAWANGSIH
(Sambil membenarkan dasi dan kerah THOLE)
Ndhik kene Le,
Di sini nak,
(Menunjuk dada THOLE)
Ing badan priyangga
Bertempat di dalam masing-masing orang
(Menunjuk IBU-IBU yang mematung)
Dudu saking wong liya
Bukan dari orang lain
THOLE
(Kebingungan)
Mak.. Gak iso tah njawab sing jelas ngono? Kok nembaaaaang ae. Nggarai Thole tambah bingung
Bu.. Apakah gak bisa menjawab dengan jelas? Kok nembang saja. Membuat Thole semakin bingung
IBU-IBU sudah bisa bergerak dan mengamati adegan THOLE dan NAWANGSIH berdialog.
NAWANGSIH
(Tertawa)
Emak isane ngene Le
Ibuk bisanya begini Nak
AMAH
Emakmu iku ancen wong aneh gak usah diladeni!
Emakmu itu memang orang aneh tidak perlu dilayani!
BU INAH kaget karena teman-temannya sudah tidak mematung dan kembali mengelus-elus dada.
THOLE
Wis tak sekolah ae aku! Tak golekane susuh angin ndek sekolah!
Udah deh aku tak sekolah saja! Mencari Sarang Angin di sekolah!
NAWANGSIH
Loh susuh angin iku gak perlu digoleki Le
Loh Sarang Angin itu tak perlu dicari Nak
LAWA
Lha iya sing digoleki iku kalungguhan!
Lha iya yang dicari itu kedudukan!
THOLE
Kok gak perlu digoleki mak?
Kok gak perlu dicari buk?
NAWANGSIH
Ya barang sing wis ana iku gak perlu digoleki Le
(Tertawa)
Ya sesuatu yang sudah ada itu tidak perlu dicari Nak
SUPIAH
Eeee, lak tambah lara pikir Thole iki
Eeee, semakin bingung Thole ini
THOLE
La terus Thole kudu yokpa Mak?
(Memelas)
La terus harus bagaimana Buk?
LAWA
Lha iya sampek anake ngengleng
Lha iya sampai anaknya bingung maksimal
NAWANGSIH
Ojok dipikir nemen-nemen Le. Lek isa sih gak usah dipikir
Jangan dipikir berat-berat Nak. Kalau bisa sih tidak perlu dipikir
MUNCO kemudian melangkah ikut melihat NAWANGSIH DAN THOLE berdialog dengan jarak yang sama dengan IBU-IBU dengan membawa selendhang. Ketika IBU-IBU berbicara tubuh MUNCO bereaksi.
AMAH
Jenenge duwe utek ya digawe!
Namanya punya otak ya dipakai!
THOLE
Thole iki bingung kok malah gak oleh mikir!
Thole ini bingung kok malah tidak boleh mikir!
NAWANGSIH
Ya iku akibate mikir, bingung! Wis Ojok kakehan mikir Le, mikir iku tugase wong tuwek!
Ya itu akibatnya mikir, bingung! Wis jangan kebanyakan mikir Le, mikir itu tugasnya orang tua!
AMAH
Selak telat Thole iki!
Keburu telat Thole ini!
LAWA
Lha iya ngisin-ngisini!
Lha iya, memalukan!
THOLE
Halah mbuh mak! Tak sekolah ae!
Halah gak tau deh Buk! Aku sekolah saja!
NAWANGSIH
Iya wis Le sekolaha, ojok lali seneng-seneng!
Iya deh Nak sekolah sana, jangan lupa bersenang-senang!
AMAH
Sekolah kok seneng-seneng!
Sekolah kok senang-senang!
THOLE
Lek sekolah digae seneng-seneng engkuk Thole lak pekok mak?
Kalau sekolah dipakai senang-senang Thole nanti bodoh Buk?
NAWANGSIH
Lek pinter tapi gak seneng apa gunane Le?
Kalau pinter tapi tidak senang apa gunanya Nak?
SUPIAH
Eeee gak bener iki--
(dipotong)
Eeee tidak benar ini--
AMAH
--Ajaran sesat!
MUNCO menghampiri THOLE dan NAWANGSIH
THOLE
Emak iki jan gak gelem kalah omong. Wis Thole tak sekolah.. Golek susuh angin! Assalamualaikum
(Salim kepada NAWANGSIH dan MUNCO)
Emak ini memang tidak mau kalah omong. Udah deh Thole mau sekolah.. Mencari sarang angin!
LAWA
Lha iya, susuh angin gombal mukiya
Lha iya, susuh angin gombal busuk
NAWANGSIH
(Salim dengan THOLE)
Waalaikumsalam.. Iya wis Le, kana golekana, emak percaya Thole bakal nemu...
Waalaikumsalam.. iya deh Nak, sana cari saja, Ibuk percaya Thole akan menemukannya...
MUNCO
(Salim dengan THOLE)
Waalaikumsalam
MUNCO dan NAWANGSIH yang geleng-geleng kemudian menjawab salam THOLE secara bersamaan, THOLE salim kepada mereka berdua lalu pergi ke sekolah dan Ibu-ibu mengikuti langkah THOLE.
NAWANGSIH memberikan panci bekal kepada Munco. Lalu MUNCO mengenakan selendang kepada NAWANGSIH untuk membawa barang dagangannya.
NAWANGSIH
Angin endi sing ate nggawa THOLE mas?
Angin mana yang mau membawa Thole mas?
MUNCO
(Sambil mengenakan selendang)
Teko endi lan kate nangdi angin sing nggowo THOLE, gak usah dadi abote pikirmu, dhik. Angin iku thek-E Gusti Allah, sing gak bakal luput ngeterne Thole nang Sangkan Paran-E
Dari mana dan akan kemana angin yang membawa Thole, tidak perlu menjadi beratnya pikiranmu, dik. Angin itu milik Allah SWT, yang tidak akan meleset mengantakan Thole ke asal usulNya
NAWANGSIH
Iya mas
Lalu MUNCO selesai mengenakan selendang pada NAWANGSIH. Nawangsih lalu salim kepada MUNCO dan MUNCO berangkat mengenakan caping dan membawa pacul, NAWANGSIH mengunci pintu dan berangkat ke pasar sambil membawa barang dagangannya..