Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
30. INT. KORIDOR RUMAH SAKIT – SIANG HARI (Cont.)
Cast : Arya, Rona, Wahib, Anes, Dika, extras
Setelah menunggu beberapa menit, dokter dan perawat pun akhirnya keluar. Arya yang saat itu setia berdiri bergegas menghampiri dokter tersebut.
ARYA
Gimana keadaan temen saya, Dok?
DOKTER
Temen kalian trauma dengan laki-laki jadi saya sarankan kalian jangan dekat-dekat dengan pasien. Kalau ingin menjenguk bisa tunggu di luar saja. Selain itu, pita suara pasien rusak parah karena tersayat benda tajam. Pasien juga sempat kehilangan darah yang cukup banyak tapi kami berhasil menanganinya. Beruntung rumah sakit punya stok golongan darah yang sesuai dengan pasien. Keadaannya membaik, namun dia tidak bisa bicara lagi.
Arya terdiam, berusaha mencerna ucapan dari dokter. Lantas, pria berseragam putih itu pergi dengan perawat menuju ruangannya. Tubuh Arya melemas seketika. Pandangannya kosong.
Dika merangkul bahu Arya, menuntun temannya itu untuk duduk di kursi tunggu. Sementara Rona pergi ke kantin untuk beli minum buat teman-temannya.
DIKA
Yang sabar, Ar. Mungkin ini yang terbaik buat Lidya. Tuhan berbaik hati ngebiarin Lidya hidup sampai sekarang.
ARYA
Tapi, dia … bisu, Dik. Gue harus bilang apa ke orang tuanya nanti?
DIKA
Kita bantu ngomong ke orang tua Lidya. In syaa allah orang tua Lidya paham sama situasi dan kondisi anaknya.
ARYA
Gue gak becus jagain Lidya, Dik. Mamanya nyuruh gue jagain Lidya tapi gue gagal. Gue nyesel. Gue harus apa, Dik?
Dika mengelus bahu Arya yang mulai bergetar. Pria itu menangkup wajahnya, menangis dalam diam.
DIKA
Lo udah berusaha jagain Lidya, Ar. Jangan nyalahin diri sendiri. Ini semua takdir. Gue yakin, perlahan trauma Lidya bakal hilang dan Lidya juga sehat kayak sebelumnya. Kita bisa main lagi. Sekarang, lo fokus cari tau siapa yang ngebuat Lidya sampai kayak gini. Itu tugas lo sebagai polisi.
Arya menatap manik mata Dika cukup lama.
CUT TO
31. INT. KANTOR POLISI – DINI HARI
Cast : Arya, extras
Sepulang dari rumah sakit, Arya tak singgah di rumahnya melainkan di kantor polisi. Masuk dengan memakai kaos oblong berwarna hitam dipadu celana hitam panjang rupanya menarik perhatian sekitar.
CUT TO FLASHBACK
DISSOLVE TO
32. INT. KORIDOR RUMAH SAKIT LANTAI 1 – SIANG HARI
Cast : Arya, Rona, Wahib, Dika, extras
Setelah pulang dari rumah Bagas …
Arya berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor rumah sakit Siaga Medika. Disusul Rona, Wahib, dan Dika yang berjalan cepat di belakang tubuh Arya. Mereka langsung menuju ruang mayat setelah berbicara kepada petugas yang menangani pendaftaran pasien di depan. Bertanya di mana ruang mayat berada.
RONA
Ar, Lidya beneran udah meninggal?
Mereka masuk ke dalam lift bersamaan. Arya yang berdiri di depan segera menekan tombol dua dan pintu lift pun tertutup. Pandangannya beralih ke arah Rona.
ARYA
G—ue gak tau. Semoga aja engga.
Rona mengangguk setuju. Keheningan menyapa mereka berempat dalam satu lift.
WAHIB
Yang tenang, Ar! Jangan gegabah!
Wahib memperingatkan Arya yang cemas bercampur panik. Tanpa ba bi bu, Arya langsung berlari menuju ruang mayat yang terletak di pojok paling belakang bangunan lantai 2. Sementara Wahib, Rona, dan Dika memilih untuk berjalan cepat daripada berlari.
Sesampainya di depan pintu bertuliskan ‘Kamar Mayat,’ Arya berdoa sebentar sembari menengadahkan kedua tangannya di udara. Tangannya mencekal gagang pintu lalu membukanya. Ia pun masuk ke dalam dengan langkah pelan.
Rona,Wahib, dan Dika memilih untuk menunggu di luar, memberi kesempatan Arya untuk memeriksa. Ketiganya berjalan mondar-mandir dengan Rona yang asik menggigit ibu jari. Selang beberapa detik, Arya keluar dengan pandangan menunduk. Pintu ruangan itu kembali ditutup.
Rona bergegas mendekati Arya.
RONA
Gimana, Ar?
Arya menggeleng. Hal itu membuat ketiganya mengembuskan napas pasrah bersamaan sembari memandang arah lain.
ARYA
Alhamdulillah Lidya gak ada di dalam.
Seketika, senyum di wajah mereka terbit. Tampak kelegaan terpancar dari muka Arya. Pria itu tiada henti mengusap wajahnya sembari terus memamerkan rasa bahagianya.
Namun,Wahib maju satu langkah dan langsung menepuk pelan bahu Arya sekali. Arya menoleh masih dengan mengulas senyum.
WAHIB
Masih ada satu kamar mayat yang harus kita datangi, bro. Berdoa aja semoga Lidya juga gak ada di sana.
Perlahan, senyum di wajah Arya luntur.
ARYA
Serius lo?
Wahib mengangguk dan mundur untuk berdiri di tempatnya tadi. Arya melihat sekeliling sebentar.
DIKA
Kita ke sana sekarang!
Kali ini, Dika yang memimpin. Ia pergi bersama Rona mendahului Wahib dan Arya yang masih diam di tempat. Kemudian, kedua pria itu bergegas menghampiri Rona dan Dika yang sudah masuk ke dalam lift tadi.
ARYA
Lantai berapa?
WAHIB
Satu. Ruangan paling pojok belakang lagi.
Arya mengangguk lalu menekan angka satu dan pintu lift kembali tertutup. Hening menyelimuti mereka lagi.
Selang beberapa detik, pintu lift terbuka. Tampak orang berlalu lalang di sekitar mereka. Arya keluar terlebih dahulu bersama dengan Wahib. Tepat ketika Arya hendak berlari, Dika langsung mencekal kerah baju temannya itu.
ARYA
Gue buru-buru!
DIKA
Diem bentar, Ar! Tanya ke resepsionis aja biar tau kepastiannya si Lidya ada di mana. Daripada kita mondar-mandir ke ruang mayat terus.
Arya diam sebentar, berpikir. Lalu, mereka pun pergi menuju meja resepsionis. Di sana, ada satu perempuan berumur sebaya dengan mereka yang sedang bertugas. Dika segera mendekatinya.
DIKA
Permisi, Mba. Boleh nanya? Pasien bernama … bentar.
(menoleh ke arah Arya)
Namanya Lidya siapa, Ar?
Arya bergegas mendekati keduanya. Manik matanya terarah pada wajah perempuan di hadapannya.
ARYA
Maulidya Ghista. Dia masuk sini kira-kira sekitar jam 9-10 tadi. Ruangannya di mana, ya?
RESEPSIONIS
Baik, sebentar ya saya ngecek datanya dulu.
Selama menunggu perempuan itu mengecek nama Lidya di daftar pasien hari ini, Arya dan yang lain memilih untuk melihat sekeliling mereka.
RESEPSIONIS
Ada, Mas, Mba. Sudah dipindah ke kamar nomor 31 di lantai dua.
Senyum di wajah Arya mengembang.
ARYA
Makasih ya, Mba.
RESEPSIONIS
Sama-sama, Mas.
Mereka pun melesat pergi menuju kamar nomor 31 di lantai 2.
CUT BACK TO