Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
18. EXT. PADANG ILALANG – SORE MENJELANG MALAM
Cast : Lidya, extras
Lidya menggeliat pelan merasa badannya ditarik seseorang. Saat kelopak matanya terbuka, sosok jangkung ber-hoodie hitam lengkap dengan celana panjang dengan warna senada tengah menarik kaki Lidya ke suatu tempat. Di sekeliling mereka ditumbuhi ilalang panjang sesekali tumbuhan itu mengenai matanya. Lidya memilih pura-pura pingsan daripada mengelak lagi.
Pakaiannya terkoyak di beberapa sisi. Sudut mata dan bibirnya lebam akibat dipukuli. Tangan dan kakinya lecet tergores sesuatu.
Lidya segera memejamkan matanya ketika pria itu tak lagi menyeret tubuhnya. Detik berikutnya, ia berbalik dan langsung menyerang Lidya. Hal itu membuat Lidya panik dan segera memberontak agar pria itu tak melepas paksa pakaian yang melekat di tubuhnya.
LIDYA
Jangan … jangan!
Namun, ucapan Lidya tak didengar. Pria itu tetap merobek paksa pakaian Lidya, menampilkan tanktop polos berwarna putih. Lidya menjerit sekuat tenaga.
Geram dengan tingkah Lidya, pria itu menyekiknya hingga kuku tangannya menancap di permukaan leher gadis itu. Cukup lama sampai Lidya kembali tak sadarkan diri karena tercekik. Setelah Lidya pingsan, pria itu kembali melancarkan aksinya.
CUT TO
19. INT. RUMAH LIDYA – MALAM HARI
Cast : Ghina, Arya, Oliv, Karto
Pukul 7 malam, Marto kembali menumpahkan amarahnya di rumah. Lantaran Oliv terus-terusan menangis sementara Marto yang hendak istirahat merasa terganggu. Ghina berulang kali menenangkan sang buah hati namun tak kunjung membuahkan hasil. Hingga suara piring dan gelas berjatuhan mulai terdengar, seseorang mengetuk pintu rumah mereka.
Ghina segera membukanya usai menggendong Oliv. Rupanya kakek dari suaminya datang hendak bermain dengan Oliv.
KARTO
Kenapa ya nangis terus.
GHINA
Lagi rewel, Mbah. Gak bisa ngapa-ngapain saya.
Karto merentangkan kedua tangannya ke arah Oliv.
KARTO
Ikut Mbah, yuh! Lihat cicak tuh di rumah Mbah banyak.
GHINA
Tuh ikut Mbah lihat cicak sana!
OLIV
Moh! Moh!
Oliv menggeleng perkara tak setuju. Ia terus menangis dan berakhir diambil paksa oleh Karto. Kakek itu membawa Oliv menuju rumahnya yang terletak di belakang rumah Ghina. Meski Oliv terus menangis dan memberontak di gendongan Karto, pria paruh baya itu tetap berusaha menenangkannya.
Sementara Ghina masuk setelah menutup pintu rumah. Membereskan kekacauan yang diperbuat oleh suaminya. Mulai dari membereskan pecahan piring dan gelas yang berserakan, menyapu, dan terakhir mengepel.
Ia juga menyiapkan hidangan untuk suaminya di meja makan dan menutupinya dengan tudung saji. Setelahnya, ia duduk di sofa ruang tengah.
BUNYI DERING TELEPON (FX)
Ghina segera mencari ponselnya di kasur kamar. Panggilan masuk dari Arya langsung diangkat olehnya.
GHINA
Halo, Ar. Ada apa? Tumben nelpon.
ARYA (VO)
Hehe … malam, Tante. Lidya-nya ada? Saya telepon gak diangkat soalnya.
GHINA
Oh, udah seminggu dia nginep di kosan Anes. Coba telepon Anes. Mbok lagi marathon drakor.
ARYA (VO)
Gak pernah pulang, Tan?
GHINA
Engga, Ar. Udah biasa si Lidya mah. Kalau ada dia di rumah malah rebut terus.
ARYA (VO)
Oalah, gitu. Ya udah, Tan makasih banyak. Saya mau telepon Anes sekarang.
GHINA
Iya, Ar. Eh, tumben banget kamu nelpon Tante cuma buat nanyain Lidya. Kenapa? Kalian bertengkar lagi, ya?
ARYA (VO)
Eng—ga kok, Tan. Cuma mau ngajakin jalan-jalan aja bareng temen.
GHINA
Oh, gitu. Ya udah kalau ketemu Lidya nanti minta tolong jagain anak Tante, ya.
ARYA (VO)
Iya, Tan pasti. Oh iya, Tan boleh minta nomor temennya Lidya gak? Siapa tadi namanya?
GHINA
Anes? Memangnya kalian gak saling kenal?
ARYA (VO)
Engga, Tan.
GHINA
Tante share nomornya sekarang, ya.
Ghina mengutak-atik ponselnya—mengirim nomor Anes kepada Arya via chat.
ARYA (VO)
Iya, Tan. Makasih banyak. Malam.
Ghina tak menjawab karena panggilan terputus. Ia melempar ponselnya ke atas kasur lalu keluar dari kamar. Menemui Oliv yang masih menangis di rumah mertuanya.
CUT TO
20. EXT. PADANG ILALANG – MALAM HARI
Cast : Lidya, extras
Menjelang Maghrib,Lidya tersadar dari pingsannya. Ia menggerakkan badannya sebentar dan merasa bagian bawah tubuhnya berdenyut nyeri. Suasana di sekitar sepi. Sosok pria jangkung yang tadi menyeretnya tak lagi terlihat. Lidya menggunakan kesempatan ini untuk bangkit usai merapikan pakaiannya yang robek sana-sini.
Temaram bulan yang memancarkan sinar nyatanya membuat gadis itu menangis sesenggukan. Sembari memikirkan masa depan yang pastinya suram, ia menyeret tungkai kakinya pergi dari sana. Pergi sejauh mungkin yang ia bisa.
SESEORANG
Mau ke mana lo?
Lidya mematung di tempat dengan tubuh bergetar hebat. Karena kesempatan yang iapunya sedikit, pria itu kembali menangkapnya dan menyeret kakinya menjelajahi luasnya padang ilalang. Tubuhnya bergesekkan dengan alas berbahan dasar kerikil, gumpalan tanah, dan bebatuan membuat rintihan dari mulut Lidya terdengar lagi.
LIDYA
Lepasin gue! Lepas!
Tangan Lidya yang bebas digunakan untuk menyambar beberapa batang ilalang guna menahan laju tubuhnya yang diseret. Bukannya berkurang, pria itu justru menarik tubuh Lidya lebih kuat dan cepat. Mulut Lidya yang bebas ia gunakan untuk berteriak meminta pertolongan sekaligus memohon ampun kepada pria yang tidak ia kenal itu.
SESEORANG
Diam atau gue sobek mulut lo!
Kesal karena Lidya tak menuruti perkataannya, pria itu menyekik lehernya untuk kesekian kali. Dan untuk kesekian kalinya juga, Lidya kembali tak sadarkan diri dengan wajah pucat.
CUT TO