INT.KELAS X-8 — SORE
ELAINA memasuki kelas sendirian.
Di kelas tersebut hanya terdapat ALI dan RIZAL.
ELAINA
Lho Metha di mana?
RIZAL
Katanya dia lagi ke toilet sih.
ELAINA tidak merespon, ia mengambil duduk di dekat ALI.
ALI menghembuskan napas panjang.
ALI
(mengeluarkan kertas yang terlipat) Elaina kamu menjatuhkan ini.
ELAINA menoleh sedikit kebingungan.
ELAINA
Tunggu, di mana kamu mendapatkan ini?
ALI
Tadi terjatuh saat kamu kembali ke kelas.
ELAINA merebut kertas itu dari tangan ALI.
ALI
Jadi kamu seorang ilustrator atau mangaka?
ELAINA
Kamu pasti sudah melihat isinya. (nada datar)
ALI
Begitulah. Tapi gambaranmu bagus sekali.
ELAINA mengepalkan tangan dengan erat.
ELAINA
Hentikan! pujianmu tidak berarti lagi.
ELAINA segera berdiri dari tempat duduk mengambil tas, lalu meninggalkan kelas.
RIZAL
Kenapa dia?
ALI
Entahlah.
ALI segera bangkit dari tempat duduk, mengejar ELAINA hingga ke luar kelas.
EXT.DEPAN KELAS X-8 — SORE
ELAINA melangkah terlebih dahulu hendak meninggalkan sekolah.
ALI di belakang menyusul ELAINA.
ALI
Elaina, tunggu! Dengarkan aku dulu. (napas terengah-engah)
ELAINA berbalik menatap ALI dengan tatapan datar.
ALI (CONT'D)
Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba marah?
ELAINA
Hanya itu saja yang ingin kamu tanyakan? Aku pulang dulu. (Hendak berbalik)
ALI segera menarik tangan ELAINA untuk mencegahnya. Lalu melepaskannya.
ALI
Kita bisa bicarakan baik-baik kan? Enggak perlu sampai marah begini.
ELAINA masih menatap ALI dengan sedikit sinis.
INT.KANTIN — SORE
ELAINA duduk di salah satu bangku. ALI baru saja kembali dengan membawa teh botol dingin.
ALI
(Memberikan botol pada Elaina) Nih buat kamu.
ELAINA mengangguk berterima kasih.
ALI membuka tutup botol, meneguknya.
ELAINA
Jadi apa yang sebenarnya ingin kamu bicarakan? Soal gambar itu.
ALI berhenti meneguk botol.
ALI
Iya, jujur aku enggak tahu kalau kamu bisa gambar. Saat aku melihatnya, hasilnya benar-benar memuaskan. Aku sampai kagum melihatnya.
ELAINA
Pujian itu sudah enggak berarti lagi buatku.
ALI
Maksud kamu?
ELAINA berdiri dari tempat duduknya. Meletakkan teh yang dibawa di meja.
ELAINA
Semua orang memuji gambarku dengan style manga yang indah, lucu, dan menggemaskan.
...
Dengan pujian seperti itu aku berani untuk ikut lomba ilustrasi manga. Namun, saat pertama kali ikut, aku gagal dan tidak menang. Kata ibuku, percobaan pertama selalu gagal. Lalu aku mengikuti kembali kompetisi.
...
Hingga sampai saat kompetisi terakhir. Aku gagal total. Bahkan masuk dalam nominasi sepuluh besar pun enggak. Aku jadi mempertanyakan apa yang kulakukan selama ini adalah keahlianku?
ELAINA yang semula membelakangi ALI kini berbalik ke arahnya.
ELAINA (CONT'D)
Itulah kenapa saat pertama kali ikut klub, aku bilang ingin mencari hal baru. Karena aku merasa sudah tidak memiliki keinginan untuk singgah di dunia yang penuh dengan penderitaan. Untuk apa juga bertahan di sana? (Matanya mulai berkaca-kaca)
...
Jadinya... aku bertekad ingin meninggalkan dunia ilustrasi.
ALI tertunduk, ia mengangguk seolah paham. ALI memejamkan mata, lalu membuka kembali.
ALI
Aku enggak yakin, kamu ingin berhenti. Kamu pasti ingin kembali ke duniamu kan? Tapi perasaanmu mengatakan kamu enggak dibutuhkan lagi di sana.
...
Terkadang aku ikut lomba cerpen pun tidak selalu menang. Kadang malah lebih sering banyak kalahnya. (Tersenyum sambil menggaruk kepala)
...
Aku punya keyakinan, usaha enggak mengkhianati hasil. Bisa saja malah sesuai atau justru bumerang sehingga berbelok dari keinginan kita. Satu-satunya cara adalah bertahan sampai menemukan celah.
ELAINA menitikkan air mata.
ALI
Eh, kenapa kamu jadi menangis?
ELAINA
Ini semua salahmu! Membuat seorang wanita menangis.
ALI
Kenapa jadi salahku sih?
ELAINA kembali duduk di samping ALI, perlahan ia mengusap air mata.
ELAINA
Apa yang barusan kamu katakan ada benarnya sedikit. Aku masih belum bisa meninggalkan dunia ilustrasi.
ALI
Baguslah kalau begitu. Bertahanlah, pasti akan ada celah yang bisa kamu ambil.
KAMERA MENYOROT DARI BELAKANG ALI DAN ELAINA, LONG SHOT.