INT.KELAS X-8 — SORE
ELAINA duduk di dekat jendela sembari menopang dagu.
RIZAL (O.S.)
Jujur, maksudku apa salahnya dengan menyontek? Bukannya semua siswa pernah melakukan itu?
METHA menggeleng kepala sembari melipat tangannya. Sedikit berdecak kesal.
METHA
Rizal, ini masih minggu pertama di sekolah dan kamu baru saja merusak dirimu dengan menyontek tugas Ali?
RIZAL
Tapi Ali tidak masalah dengan itu.
ALI hanya mengangkat kedua bahu.
ALI
Dia dapat poinnya. Ini terakhir dan besok-besok coba kurangi main gim mu.
RIZAL
Kenapa dia jadi menyebalkan juga.
METHA berkacak pinggang sembari mengangkat salah satu alisnya.
METHA
Bagaimana rasanya terkepung?
ALI berpindah, duduk di bangku dekat dengan ELAINA yang sedari tadi hanya menopang dagu.
ALI
Bagaimana dengan kelas barumu, El?
ELAINA
Sebenarnya sedikit beda. Bayangkan saja sudah akrab dengan teman lama tiba-tiba langsung dipindah ke tempat yang baru.
ALI
Baiklah sepertinya sangat menyebalkan.
ELAINA mengubah posisi duduknya. Meletakkan kedua tangan di atas meja.
ELAINA
Jadi, kamu enggak menulis cerita lagi?
ALI
(Menggaruk kepala) Sebenarnya masih dalam pengerjaan. Seperti biasa aku harus mengumpulkan beberapa ide baru bisa melanjutkan ceritanya.
ELAINA mengangguk kepala.
ELAINA
Padahal aku menanti cerita pendekmu selanjutnya. Sangat mengasyikkan bisa tenggelam dalam dunia yang dibuat oleh orang lain.
ALI
Benarkah?
ELAINA mengangguk antusias.
ELAINA
Pasti orang sepertimu menang di setiap kompetisi membuat cerita pendek kan?
ALI sedikit menghela napas, tertunduk.
ALI
Sebenarnya tahun lalu aku kalah dalam kompetisi cerita pendek. Karena cerita yang kubawa kurang menarik di mata juri. Tapi biarlah itu bukan pertama kalinya aku kalah.
Raut wajah ELAINA sejenak berubah dari antusias menjadi sedikit murung.
ALI (CONT'D)
Hal yang wajar jika kalah berulang kali. Itu menunjukkan kalau aku harus mengembangkan kemampuanku menjadi lebih baik lagi. Masih ada hari esok.
ELAINA tertunduk. Perlahan ia mengalihkan pandangan dari ALI menuju ke jendela di luar.
FLASHBACK TO:
INT.KAMAR ELAINA — MALAM
ELAINA tengah mencari nama di layar laptop. Raut wajahnya berubah seketika menjadi kosong. Dia tertunduk, mematikan laptopnya.
CUT TO MASA KINI
INT.KELAS X-8 — SORE
ELAINA yang semula melamun tersadar ketika mendengar pintu kelas terbuka. VERO, RIDWAN, dan BIMA memasuki kelas.
RIZAL dan METHA yang sedari tadi bertengkar kini memandang ke arah ketiga kakak kelas yang berdiri di depan.
RIDWAN
Baiklah, kurasa kalian sudah saling mengenal.
VERO berdiri di samping kiri RIDWAN. Ia melambai pada ELAINA.
ELAINA melambaikan balik.
RIDWAN
VERO apa yang kamu lakukan?
VERO
Apa? Aku hanya menyapa mereka.
RIDWAN
Bisakah kamu sedikit lebih serius?
VERO
Ayolah, kamu kira ini masih masa-masa MPLS yang diisi oleh komdis-komdis killer?
RIDWAN
Sebenarnya biar sedikit gagah.
VERO menghela napas panjang.
VERO
Baiklah adik-adik di sini.... (Memandang sekitar)
Sepertinya kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Harusnya sudah pasti dekat.
RIDWAN
Jadi hanya berjumlah empat?
VERO
Setidaknya ada peningkatan sedikit. Memang kita sedang berada di ambang kehancuran.
BIMA
Perkenalkan aku Bima. Aku mungkin jadi satu-satunya orang yang tidak terlibat dengan MPLS. Maafkan jika wajahku sedikit asing.
RIDWAN
Kalau begini, selesai sudah kegiatan klub. Karena kalian juga saling mengenal.
VERO memijat dahinya sembari menggeleng kepala.
VERO
Selesai sudah karir klub ini.
Mereka bertujuh membentuk lingkaran di depan. Saling melempar tatap dengan ekspresi bingung.
VERO
Jadi, Ridwan apa yang ingin kamu lakukan?
RIDWAN melipat tangan dengan menutup mata dan sedikit tertunduk. Lalu ia membuka mata dan memandang sekitar.
RIDWAN
Sepertinya kalian tidak benar-benar saling mengenal ya.
VERO menghela napas panjang, ia menyikut RIDWAN.
RIDWAN
Apa? Aku hanya ingin mencoba lebih akrab dengan mereka.
VERO
Benar, tapi enggak perlu sekaku itu. Santai saja.
RIDWAN
Baiklah kalau begitu, kita mulai dari kamu. (Menunjuk METHA)
METHA
(Menunjuk dirinya sendiri) Aku?
RIDWAN mengangguk.
METHA memperbaiki posisi duduknya. Sebelum benar-benar berbicara RIDWAN memotong.
RIDWAN
Nama, hobi mungkin, dan lain-lain. Apa pun itu yang pasti menunjukkan kepribadianmu.
METHA mengangguk.
METHA
Oke, kalau begitu.... Namaku Metha dan jujur aku enggak punya hobi. Tapi aku pernah belajar Bahasa Jepang. Jadinya agak sedikit paham. (Mengangkat tangan dengan mempertemukan ibu jari dan jari telunjuk)
RIDWAN mengangguk. Kini tatapannya tertuju pada RIZAL yang duduk di samping METHA.
RIZAL
Rizal namaku. Kalau ditanya hobi jelas sih aku suka main gim. Baru saja aku menang telak dengan teman-temanku.
Tatapan RIDWAN kini tertuju pada ALI.
ALI
Ali, seorang pengarang. Hanya segitu saja biar lebih singkat.
Terakhir RIDWAN menatap ELAINA yang duduk di samping ALI.
ELAINA
Elaina, aku enggak tahu harus bilang apa jika ditanya soal hobi. Aku sedang mencarinya saat ini.
RIDWAN
Mencarinya?
ELAINA
(Mengangguk) Benar aku sedang mencarinya yang baru. Mungkin kalau ada yang menyenangkan dan nyaman aku akan cocok dengan hobi baru.
Semua pandangan tertuju pada ELAINA dengan memunculkan rasa penasaran.
EXT.DEPAN KELAS X-8 — SORE
Mereka semua hendak berpamitan dan mengakhiri kegiatan klub.
RIDWAN
Baiklah kalau begitu, kegiatan sore ini sampai di sini. Kita ketemu minggu depan ya. Hati-hati di jalan.
ELAINA, ALI, METHA, dan RIZAL berjalan berdampingan meninggalkan kelas X-8.
EXT.GERBANG SEKOLAH — SORE
ELAINA, METHA, ALI, dan RIZAL berjalan berjajar. RIZAL memasukkan kedua tangan di dalam saku celana. ALI memegang tali tas, METHA bermain ponsel, dan ELAINA hanya jalan biasa.
RIZAL
Menurut kalian kegiatan klub Bahasa Jepang ke depannya akan menyenangkan?
METHA
Entahlah, aku tidak tahu. Tapi sangat menarik sih jika diikuti alurnya. Apa lagi kaya di anime. Biasanya klub kaya gini yang jumlahnya empat orang pasti menyenangkan.
ALI
Tapi ini dunia nyata, bukan fiksi. Biasanya agak sedikit berbeda.
RIZAL
Mau berbeda atau enggak, kelihatannya juga enggak berpengaruh. Apa lagi kalau METHA punya tingkat kehaluan di atas rata-rata.
METHA
Mana ada yang seperti itu?
ALI memandang ELAINA yang sedari tadi hanya terdiam saja.
ALI
Kamu enggak apa-apa kan?
ELAINA menggeleng kepala dengan sedikit tersenyum.