Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seperti Rasi Bintang
Suka
Favorit
Bagikan
9. ACT 2 - Masalah

62. INT. KAMAR JOHAN - PAGI BUTA.

Johan membaca balasan Joana.

INSERT:

CHAT JOANA: Betul yaa? Okee aku tunggu siang ini lho!”

Wajahnya datar seperti orang yang mati rasa. Dia balas pesan Joana dengan mengirim stiker cinta, walau tak jelas apakah dia merasakan begitu, soalnya tak ada semangat padanya.

Johan bersandar dipunggung kursi sambil menghela nafas, matanya melihat gelang diatas meja, dia tak sadar tersenyum melihatnya.

CUT TO:

63. INT. MEJA MAKAN - SIANG.

Sendok yang bergesekan dengan piring menimbulkan suara gemerincing, Radi kelihatan kenyang makan pecelnya dan minum. Dia baru sadar Joana dari tadi nggak makan dan hanya melihat mereka semua makan.

RADI

Mbak Ana nggak makan?

Joana yang memangku wajahnya dengan tangan, tersenyum manis. Moodnya kelihatan sangat bagus.

JOANA

Mbak udah kenyang kok, lihat kamu makan hehe.

Ayudia memicingkan matanya.

AYUDIA

Mbak nggak usah bohong, Mbak mau kemana sih dandan gitu? Tumben.

Joana berlagak, menghela nafas sambil menangkupkan tangan dan nyengir.

JOANA

Aku... mau ketemu dan kencan sama ayang setelah sekian lama!

Ayudia refleks memasang ekspresi jijik, dia lalu melirik Alan yang kelihatan bete dan tangannya yang diletakkan di meja mengepal. Mata mereka bertemu, dan Ayudia memberi isyarat menanyakan you okay?

Alan balas menyilang tangan dan jari okay dengan wajah datar, yang artinya no okay. Ayudia langsung memicingkan mata sambil berkata, “Ah!”. Sementara Siska melingkarkan tangannya di lengan Joana dan bersandar dibahunya.

SISKA

Ciee, Mbak!

Siska manja dengan ndusel-ndusel dan Joana pun balas begitu, kelihatan harmonis. Rangga ketawa kecil melihat itu.

RANGGA

Mbak sayang banget ya sama Kak Johan itu.

JOANA

Kalau nggak sayang, nggak mungkin sampai nikah dong!

BU SRI

Entah, pertanyaannya aneh banget deh.

Amelia manyun.

AMELIA

Tapi Mbak makan sedikit dong!

SISKA

Oh, betul!

Siska mengambil sesuap pecel dan menyodorkannya. Joana langsung menghindar dan menggeleng.

JOANA

Nggakkk~ nanti Mbak bakal makan sama Jo kok, kalau makan sekarang dan kekenyangan gimana?

SISKA

Dikittt aja, biar nggak masuk angin diperjalan! Aaa~

Joana menutup mulutnya dengan tangan.

JOANA

No, no! Jatahku kasih ke Aditya ajaa~ dia belum makan ‘kan?

Tiba-tiba pupil Joana membesar, dia tersadar sesuatu. Dia memundurkan tangan Siska lembut.

JOANA (CONT'D)

Eh iya, Aditya mana? Masih belum bangun?

Ayudia memiringkan kepalanya untuk melihat kamar Aditya.

AYUDIA

Belum tuh. Kok lama banget ya?

RADI

Tadi pagi sih udah bangun, terus dia lemes, masih ngantuk kayaknya. Makanya aku biarin dia tidur lagi. 

Bu Sri berdiri dari duduknya.

BU SRI

Coba Ibu bangunin ya.

Bertepatan dengan Bu Sri pergi, sebuah mobil datang dan deru mesinnya membuat semua memalingkan wajah, melihat pagar lewat jendela.

JOANA

Oh, kayaknya pacar Mbak udah datang. Itu mobilnyakan?

Joana buru-buru berdiri dan memakai tasnya. 

JOANA (CONT'D)

Aku pergi dulu, ya!

Siska dan Joana berpelukan, lalu Joana melambai sampai berlari kecil keluar. Mata Alan tak bisa lepas dari Joana, wajahnya menampakkan ketidakrelaan.

CUT TO:

64. EXT. PAGAR RUMAH - SIANG.

Johan bersandar dimobil, kedua tangannya dimasukkan ke saku dan dia menatap bayangannya ditanah. Matahari tepat di atas. Joana berlari ke pagar dan membukanya dengan bersemangat.

JOANA

Johann!

Wajahnya yang berseri-seri memanggilnya itu membuat Johan ikut tersenyum, mereka berpelukan.

JOHAN

Long time no see, Jo.

JOANA

Maaf ya, aku sibukk banget nyiapin panggungnya. Aku sampai kangen berat sama kamu, Jo~

Johan tertawa kecil namun terasa hambar, Joana bisa merasakannya sehingga pelukannya longgar. 

JOHAN

Gak apa-apa Jo, aku juga sibuk kok. 

JOANA

Eh, iya! Mau lihat panggungnya gak?

Johan menggeleng, dia kelihatan malas. Johan melepas pelukan mereka, lalu membuka pintu mobil untuk Joana dan pergi ke kursi pengemudi. Joana termangu, dia merasa ada yang berubah dari Johan padahal hanya nggak ketemu 2 minggu.

JOANA (V.O)

Kenapa rasanya ada yang berubah dari Johan? Apa cuma perasaanku?

JOHAN

Nanti aja pas pulang, sekarang kita berangkat dulu ke bioskop, aku udah beli tiket untuk film action terbaru yang udah lama kita nanti itu.

Joana tersenyum mendengar itu dan langsung menggeleng.

JOANA (V.O.)

Ini pasti hanya perasaanku.

Joana masuk ke mobil.

JOANA

Film itu udah keluar ya? Wah, sangking sibuknya aku sampai gak tau dong!

JOHAN

Baru dua minggu, semalam aku baru nonton sih sama temen kantor dan dapat gelang ini! (Gelang yang sama dengan di meja Johan)

JOANA

(Terkesima melihat gelangnya)

Wahh, lucuuu~ berarti film itu populer ya dikalangan temen kantormu? Padahal aku pikir hanya kita doang yang suka sangking sepi peminatnya. (Terkekeh)

Johan memasang sabuk pengamannya.

JOHAN

Nggak kok, justru kayaknya gak ada temen kantorku yang tau ada film itu.

Joana membatu dan mengerjap, dia tiba-tiba merasa feeling gak enak. Tapi Johan menyadarkannya dengan memberi isyarat untuk menutup pintu mobil. Pintu mobil hampir tertutup saat tiba-tiba Alan keluar sambil menggendong Aditya dan membuka pintu mobil. Disusul dengan semunya yang terlihat panik. Bu Sri bahkan memakai tasnya dengan asal-asalan.

Joana mematung. Johan yang melihat apa yang terjadi, berbalik menatap Joana. Perasaan takut tiba-tiba muncul, dia takut Joana akan membatalkan kencan mereka. 

JOANA

Kenapa...

Joana langsung turun dari mobil dan berlari ke menghampiri yang lain, meninggalkan Johan. Tangan Johan terkepal.

JOANA (CONT'D)

Kenapa!? Aditya, kenapa?

Ayudia kaget melihat Joana masih ada, tangannya memegang bahu Amelia untuk menahannya agar tak pergi. Ayudia tampak khawatir.

AYUDIA

Aditya demam tinggi Mbak, dia sesak nafas bahkan sampai kejang-kejang tadi.

JOANA

Apa? Kok tiba-tiba?

Joana mengigit bibir bawahnya. Alan yang sudah membaringkan Aditya dikursi belakang, keluar dan hendak ke kursi pengemudi. Tapi terhenti begitu melihat Joana.

ALAN

Mbak Ana! Tolong bantu bawa mobil ya, biar aku bisa urus Aditya dibelakang.

Johan melempar kunci ke Joana dan langsung masuk ke kursi belakang karena rintihan Aditya semakin kuat. Joana impulsif mau ke mobil Alan tapi tiba-tiba tertahan karena lengannya digenggam kuat Johan.

JOHAN

Joana, kamu mau kemana?

Joana kelihatan panik

JOANA

Jo, aku harus buru-buru!

JOHAN

Tapi kita ‘kan mau pergi nonton!

Joana nggak habis pikir.

JOANA

(membentak)

Memangnya itu yang penting sekarang!?

Johan membeku, dia kaget karena Joana tak pernah membentaknya. Dia tertunduk.

JOHAN

‘Kan nggak harus kamu yang pergi.

JOANA

(Mengernyit)

Apa?

JOHAN

Apa dua orang dewasa aja nggak cukup menangani satu anak!?

Joana melotot dan ternganga, bisa-bisanya Johan berkata begitu?

JOANA

Harus aku yang mengemudi, Jo! Karena Alan yang urus Aditya dibelakang dan Bu Sri jadi asistennya, lagipula Bu Sri nggak bisa bawa mobil!

Joana menepis pegangan Johan begitu mendengar rintihan Aditya lagi, dia cepat-cepat membuka pintu mengemudi.

JOANA

Maaf, Jo. Kita nontonnya lain kali aja.

Dia menutup pintu dan mobil itu pun melaju pergi, meninggalkan Johan yang mematung sendirian. Ayudia dan Rangga melihatnya dan saling bertatapan karena nggak tau harus apa.

CUT TO:

65. INT. RUMAH SAKIT - SORE.

Bu Sri dan Joana duduk di kursi dengan wajah khawatir, mereka menunggu Alan yang sedang berbicara dengan Dokter. Joana dan Bu Sri langsung berdiri begitu melihat Alan selesai berbicara dengan dokter dan si dokter pergi.

BU SRI

Jadi gimana, Lan?

Alan nampak lemas dan tak enak, tapi meski begitu dia masih mencoba menguatkan Bu Sri dengan mengelus bahunya.

ALAN

Katanya tadi Adit bisa meninggal sesak nafas kalau nggak segera ditangani. Hal ini akan semakin sering terjadi ke depannya, karena Adit terus bertambah umur. Jadi peluang kehidupannya semakin kecil.

Joana syok berat dan nggak percaya pada apa yang didengarnya.

JOANA

Ini tiba-tiba banget.

Bu Sri menggeleng pelan dengan wajah lemas.

BU SRI

Nggak, itu memang sudah jadi konsekuensi sejak Adit terlahir Alzheimer. Makanya belakangan ini dia sering sakit tiba-tiba.

Joana tak percaya pada apa yang di dengarnya, Alan kelihatannya juga sudah tau akan hal ini.

ADITYA

Mbak Ana...

Semua langsung berbalik dan masuk ke ruangan. Melihat Aditya yang sudah sadar, ternyata Aditya mendengar semuanya karena pintu ruangan terbuka.

ADITYA (CONT'D)

Mbak Ana...

Joana langsung mendekat dan menempelkan telinganya ke mulut Adit.

JOANA

Iya, Adit?

ADITYA

(Lemas dan pelan)

Mbak kalau kondisiku seperti yang dikatakan Dokter, apa Mbak bisa janji benar-benar akan tampil samaku dan lainnya nanti? Untuk jadi kenangan terindahku.

Lorong rumah sakit terasa sepi dan dingin, seperti hati Joana yang terasa pilu.

JOANA (O.S.)

(Bersungguh-sungguh)

Mbak janji.

CUT TO:

66. INT. DALAM MOBIL — MALAM

Johan mengepalkan tangan, tiket di tangannya jadi kusut. Dia merasa sangat kesal tak terima pada perlakuan Joana tadi. tiba-tiba dia teringat kata-kata Mariana.

MARIANA (O.S.)

Bukannya itu artinya kamu nggak lebih penting dari anak-anak itu?

Dia memukul setir dan nafasnya memburu-buru. Bersamaan dengan itu, jendela mobil diketuk dari luar. Terdengar suara Joana.

JOANA

Jo, Jo! Johan!

CUT TO:

67. INT. DEPAN PAGAR BU SRI — MALAM

Joana lega melihat Johan keluar dari mobil. Wajahnya khawatir tapi coba tersenyum, sayangnya itu langsung hilang begitu melihat dua tiket bioskop di tangan Johan. Joana jadi semakin merasa bersalah melihat itu, dia langsung memeluk Johan.

JOANA

(Penuh penyesalan)

Johan, maafin aku ya udah ninggalin kamu begitu aja tadi!

Ekspresi Johan datar, lalu dia menatap Alan yang berdiri dibelakang Joana. Alan kaget dan merasa terintimidasi.

JOHAN

Bisa tolong tinggalkan kami berdua?

Kata-kata Johan sangat dingin. Alan mengerjapkan mata, mulutnya terbuka mau mengatakan sesuatu, tapi dia menahannya. Dia mundur dan mengangguk sambil tersenyum simpul.

ALAN

Permisi kalau begitu, Mas.

Alan berbalik dan memasukkan mobilnya ke pekarangan. Dia turun dan berjalan ke pintu, tapi begitu sampai pintu dia berbalik melihat pasangan yang sedang berbicara dengan suasana dingin itu. Dia khawatir dan cemburu. Tapi dia segera memalingkan wajahnya dan masuk ke rumah.

JOANA

Aku merasa bersalah banget kamu nungguin aku selama ini. Apalagi kita sampai batal nonton. Tapi tadi itu situasinya darurat, syukurlah kami bisa sampai tepat waktu karena Adit...

JOHAN

(Dingin)

Joana.

Nada Johan yang dingin membuat Joana tersentak.

JOHAN

Selama nunggu kamu tadi, aku udah pikirkan. Kayaknya kamu lebih sayang sama anak-anak itu ketimbang aku.

Joana langsung melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Johan.

JOANA

Nggaklah! Aku sayangnya sama rata kok!

Johan mencengkram bahu Joana.

JOHAN

(Membentak)

Dan aku nggak suka sama itu! Kamu harusnya buat pilihan lebih sayang sama yang mana, Joana.

Nadanya terdengar dalam dan amarah terpancar dari matanya. Joana jadi mundur dan menunduk karena takut. Johan melepaskan cengrakamannya dan menghela nafas melihat Joana yang ketakutan, dia merasa bersalah.

JOHAN

(Datar)

Aku udah majukan pernikahannya jadi tanggal 31 Desember.

Joana langsung mendongak, Johan buang muka. Dia balik mencengkram bahu Johan.

JOANA

Nggak bisa, Jo! Hari itu aku harus tampil sama anak-anak, aku udah janji!

JOHAN

(Berkeras)

Justru karena itu. Kalau gini caranya 'kan kamu bisa tunjukkan lebih sayang siapa dan pilih siapa yang lebih penting.

Joana tercengang mendengar itu, dia nggak percaya Johan berubah secemburu itu.

JOANA

Tapi undangan kita 'kan udah disebar.

Johan menatapnya dingin, raut wajahnya kelihatan keras.

JOHAN

Aku nggak peduli. Aku udah kabari ke orang terdekat pergantian tanggalnya. Kalau kamu memang menghargai hubungan 9 tahun kita dan beneran sayang aku, kamu harusnya lebih pilih pernikahan kita ‘kan? 

Joana terlalu kaget dengan keputusan tiba-tiba itu sampai tak bisa berkata apa-apa bahkan berkedip.

JOHAN

Kamu harus balik ke Jakarta besok karena masih ada yang perlu kita persiapkan, yang kamu tunda demi anak-anak itu.

Johan melepas cengkraman Joana dan berbalik. Joana mematung, dia baru sadar setelah mendengar bunyi pintu mobil dibanting. Dia pun mencoba membuka pintu mobil, tapi sudah dikunci Johan.

JOANA

Jo-Johan, kamu nggak bisa begini!

Mesin mobil dihidupkan. Joana mengetuk-ngetuk kaca.

JOANA

Johan!

Mobil berjalan dan Joana semakin panik berusaha memanggil Johan, tapi Johan tak peduli, dia malah tancap gas dan meninggalkan Joana yang hampir jatuh. Joana mematung dalam kesunyian, rasanya bingung campur sedih.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar