Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Seperti Rasi Bintang
Suka
Favorit
Bagikan
5. ACT 2 - Mendekat (1)

21. INT. RUANG TAMU — PAGI

Joana berlari dengan tergesa-gesa menuruni tangga, dia nggak sabar. Dia tersenyum cerah.

JOANA

Selamat pagi, guys!

Joana mendapati Aditya sedang di cek jantungnya, sementara lainnya (kecuali Ayudia & Rangga) menunggu. Mata mereka semua langsung beralih ke Joana. Senyum Joana perlahan hilang, menyadari ada orang asing ditengah anak-anak itu. Pria itu balas tersenyum.

ALAN

Selamat pagi, Mbak.

CUT TO:

22. INT. DAPUR - PAGI.

Joana mencuci piring sambil melihat pria itu yang sedang mengajar. Anak-anak kelihatan tenang dan nyaman belajar bersamanya.

JOANA

Dia siapa, Bu?

Bu Sri mengikuti arah mata Joana.

BU SRI

Oh, dia Dokter Alan. Dia udah kayak bagian dalam keluarga ini, karena sering datang tiap minggu kalau nggak praktek, untuk cek kesehatan terutama ngaterin obat Adit dan ngajar anak-anak. 

Joana jadi tertarik.

JOANA

Oh, ya? Dia kelihatan masih muda.

BU SRI

Dia memang lebih muda dari kamu, kayaknya setahun deh. Makanya Ibu salut liatnya, mau datang luangkan waktu buat anak-anak daripada nongkrong, padahal masih muda.

Tanpa sadar mata mereka bertemu. Joana kaget tapi Alan kelihatan tenang dan tersenyum.

ALAN

Boleh bantu saya ngajar anak-anak, Mbak?

Joana melirik Bu Sri, Bu Sri tersenyum dan mendorongnya.

BU SRI

Sana, gih. Biar Ibu aja yang nyuci piringnya.

CUT TO:

23. INT. RUANG TAMU — PAGI

Joana ragu-ragu mendekat. Dia mengambil duduk disamping Siska yang sedang belajar matematika. 

ALAN

Kenalkan Mbak, saya Alan.

Alan menyodorkan tangan. Joana langsung menerimanya.

JOANA

Salam kenal Mas Alan, saya Joana.

ALAN

(menggeleng)

Panggil Alan aja Mbak, soalnya saya lebih muda setahun dari Mbak, 'kan?

Joana speechless pada sikap Alan sopan Johan, dia langsung suka sama kepribadian anak itu. Dia yang tadinya canggung langsung jadi santai.

JOANA

Oke, Alan! Kalau gitu ngomongnya casual aja ya, 'kan cuman beda "setahun".

Alan mengangguk, dia speechless lihat Joana yang bisa langsung santai. Mereka saling tersenyum, rasanya jadi lebih dekat. Radi lalu menyodorkan hasil gambarnya, atensi dua orang itu jadi teralih ke Radi. Kita melihat Radi menggambar apel dan dua orang.

RADI

Oh, jadi lima itu bilangan ganjil ya?

Alan menepuk kepala Radi.

ALAN

Betul, karena dua apel bisa dikasih ke Siska dan duanya lagi bisa dikasih ke Amel, sementara satunya nggak bisa dikasih ke siapa-siapa.

Radi mengangguk ngerti.

ALAN (CONT'D)

Jadi 4 apel dibagi dua, hasilnya?

RADI

Dua! Sama kayak 2x2!

ALAN

Betul! Sekarang coba gambar sembilan apel dengan tiga manusia.

Joana memperhatikan Alan mengajar.

MONTAGE:

1. Alan mengajar Aditya menggunakan permen.

2. Alan mengajar Amelia membaca huruf braille dengan membuat suasana menyenangkan, seperti mencampur pelajaran dengan mainan.

3. Alan mengajar Siska belajar menghitung menggunakan benih karena Siska suka menanam.

JOANA

(melamun, dengan suara kecil)

Begitu ya... jadi mengajarnya menggunakan apa yang mereka suka supaya mereka nggak bosan dan mudah mengerti.

Joana lalu melihat tumpukan kotak hadiah di sudut ruangan, di belakang Alan. Pupilnya membesar, dia pun mendekati Alan.

JOANA (CONT'D)

(Bisik)

Alan, tumpukan kotak itu kamu yang bawa?

ALAN

(Mengangguk, bisik)

Benar, itu hadiah untuk anak-anak.

Joana menjentikkan jarinya.

JOANA

(bisik)

Pas banget! Begini, apa boleh kita kerja sama? Aku nanti mau...

24. EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH - SORE.

Rangga berlari masih pakai baju sekolah sampai ke pintu belakang karena suara bising. Ternyata semua sedang berkumpul di kebun. Rangga kaget melihat kebun berubah jadi lapangan olahraga.

Joana berkacak pinggang, puas berhasil pasang net dan ring basket. Dia lalu menyadari kehadiran Rangga.

JOANA

(Berseru)

Rangga, sini! Sini!

Tangan Joana memanggil-manggil. Rangga pun mendekat berdiri disampingnya.

RANGGA

(Bingung)

Ada apa ini, Mbak?

Joana menepuk tangannya sendiri.

JOANA

Nah karena semua udah berkumpul, kita mulai ya?

RADI

AYOO!

Rangga menatap Radi, alisnya terangkat minta penjelasan. Radi pun jadinya menjelaskan.

RADI (CONT'D)

Mbak Ana bilang kita hari ini nggak latihan, sebagai gantinya kita lomba aja.

RANGGA

(Mengernyit)

Lomba?

SISKA

Iya! Yang menang nanti dapat hadiah dari Kak Alan.

Rangga melihat Kak Alan, Kak nyengir sambil menepuk tumpukan kotak.

JOANA

Jadi ada tiga lomba hari ini, bulu tangkis, voli dan basket. Tim yang menang yang bakal dapat hadiahnya, ya!

Joana melihat anak-anak dengan seksama.

JOANA (CONT'D)

Rangga, Aditya dan Siska setim. Sementara aku posisinya sebagai asisten Siska yang gerakin kursi roda Siska.

Siska menghela nafas lega dan senyum semangat. 

JOANA (CONT'D)

Radi, Amelia dan... 

Joana melirik Ayudia.

JOANA (CONT'D)

Ayudia!

Tangan Ayudia langsung terangkat menolak. Wajahnya tetap datar.

AYUDIA

Aku nggak ikut, kelihatan capek.

Joana menyipitkan mata, memang anak batu pikirnya.

JOANA

Yaudah. Kalau gitu sama kak Alan. Kak Alan juga akan jadi asistennya Amel ya, biar digendong untuk nangkap bola. Dan Bu Sri jadi wasitnya!

Semua setuju, permainanpun dimulai.

MONTAGE:

1. Main voli, heboh banget. Hasilnya yang menang Tim Alan.

2. Main bulu tangkis, semua tegang. Hasilnya yang menang tim Joana.

3. Main basket, suasana santai. Amelia dan Siska jadi penonton. Hasilnya yang menang tim Joana, Joana yang paling banyak kasih poin dan mainnya ahli.

Tanpa sadar semua terhanyut dalam permainan bahkan Rangga lupa kalau tubuhnya lemah. Sudah tenggelam dalam ambisi dan keseruan. Alan terengah-engah capek, keringatnya bercucuran. Dia berdiri disamping Joana.

ALAN

Wahh Mbak, makasih lho! Saya hari ini jadi banyak bergerak.

Joana tertawa kecil sambil melap keringatnya.

JOANA

Sama, nih! Semoga anak-anak juga merasakan yang sama ya.

Joana nyengir. Alan tersenyum bingung tapi kemudian dia mematung, dia baru ngerti.

ALAN

Mbak sengaja ya buat ini supaya anak-anak banyak bergerak?

Joana mengangguk dan mendekat, dia berbisik pada Alan.

JOANA

(bisik)

Anak-anak badannya masih kaku untuk nari, jadi harus banyak bergerak biar lentur. Jangan kasih tau anak-anak ya!

Alan speechless, suara Joana ditelinganya itu seperti menggelitiknya. Joana pergi. Alan memperhatikannya.

JOANA (CONT'D)

Hei, waktunya udah habis!

RADI

Kok Mbak lemparannya bisa masuk ring semua sih?

JOANA

Oh iya, dong! Aku tuh andalannya tim basket sekolah pas SMA lho!

Dia menatap Joana dalam-dalam, yang tersenyum ceria. Dia dirangkul Rangga dan bercanda dengan Radi, sambil mengajar Adit memasukkan bola basket. Dia kagum pada wanita itu. Wanita itu unik.

ALAN

Wahh.

CUT TO:

25. EXT. TERAS RUMAH - MALAM.

Joana yang terbungkus selimut duduk di teras. Kita melihat chat Johan yang memujinya setelah dia mengirim foto mereka tadi selesai main hari ini. Dia meletakkan ponselnya di meja dan meminum kopi. Tiba-tiba tersenyum walau masih minum. 

JOANA

(Teriak kecil)

Ahkk, seneng banget hari ini berhasil!

Kakinya memukul-mukul udara. Lalu matanya menyipit.

JOANA (CONT'D)

Besok pake cara apalagi ya?

ALAN

Ikutan minum kopi sambil lihat langit ya, Mbak. 

Alan nyelonong duduk di sebelahnya, Joana kaget tapi langsung senyum

JOANA

Makasih ya hari ini, kerja sama kita berhasil!

Joana mengangkat tangannya untuk tos, Alan menyambutnya.

ALAN

Tadi itu seru banget, lho. Kok bisa tadi kepikiran ide kayak gitu?

JOANA

Hmm tiba-tiba aja muncul, setelah memeras otak. Soalnya Radi bilang cara biasa ngebosenin.

Dia bercanda dan acting ngambek. Alan jadi ketawa liatnya.

ALAN

Rasanya kayak ngejalanin tugas tapi tanpa paksaan. Keren!

Alan memberi dua jempol. Joana jadi merasa bangga.

JOANA

Kalau gitu besok juga harus keren dong, besok latihannya apa ya?

Joana menyandarkan kepalanya ditangan dan berpikir. Alan senang melihatnya.

ALAN

Mbak berusaha banget, ya latih anak-anak.

JOANA

Oh, iya dong! Soalnya ini mimpiku dari duluu.

ALAN

Mimpi?

JOANA

Aku dulu pernah punya cita-cita mau ngambil jurusan pendidikan luar biasa, supaya bisa bantu anak-anak berkebutuhan khusus. Karena dulu aku punya kakak yang juga berkebutuhan khusus.

Alan tertarik, dia membetulkan duduknya dan mendengarkan baik-baik.

JOANA (CONT'D)

Walau aku nggak pernah ketemu dia, karena dia meninggal beberapa bulan sebelum aku lahir, tapi orang tuaku sering cerita tentang dia, bahkan namaku Joana diambil dari namanya, "Jonathan". Sampai aku berpikir anak-anak berkebutuhan khusus itu menarik.

JOANA (CONT'D)

Tapi yahh, cita-cita itu nggak pernah terwujud karena aku ambil jurusan lain supaya bisa jadi guru Bahasa Indonesia, gantiin posisi Ayah-ku yang pensiun. (Joana ketawa kecut)

Alan merasa kagum, dia tertarik melihat Joana. Dia lalu memalingkan wajah melihat pemandangan.

ALAN

Nggak apa-apa, Mbak. Mbak tertarik sama anak disabilitas aja udah luar biasa, karena jarang ada orang berpikiran begitu. Tapi saya juga, saya juga ingin membantu mereka yang berkebutuhan khusus karena saya besar bersama anak-anak seperti mereka.

Joana terdiam, matanya memancarkan sinar. Dia menatap Alan, rasanya jadi semakin tertarik pada Alan.

JOANA

Oh, ya?

Alan mengangguk.

ALAN

Saya dari bayi tinggal di panti asuhan, jadi sebagai anak yang normal saya dari kecil sering bantu mengajar sahabat-sahabat saya yang berkebutuhan khusus. Makanya saya jadi dokter, dengan motivasi bisa merawat orang seperti mereka. 

Joana terkagum, dia tanpa sadar mendekatkan diri pada Alan, karena tertarik. Dia memberi tepuk tangan.

JOANA

Alan, kamu juga keren! Dari awal ketemu sebenarnya aku mau bilang nggak banyak anak muda kayak kamu.

Alan jadi malu dan salah tingkah, dia menggaruk tekuknya.

ALAN

Makasih...

Joana merenggangkan badan, kembali melihat langit malam.

JOANA

Senangnya bisa ketemu orang sepemikiran!

Joana menyandarkan diri di kursi, melemaskan badan dan kembali menatap Alan.

JOANA (CONT'D)

Tapi Alan mah udah tingkat ahli ya, aku suka lihat kamu pas ngajar anak-anak tadi. Sementara aku mah... masih sulit menghadapi mereka bahkan ngambil hatinya (pelan dan mengecil).

Alan bisa merasakan perasaan inferior Joana, dia menepuk pundak Joana. Joana jadi agak kaget.

ALAN

(Senyum cerah)

Memang sulit kok Mbak. Biasanya orang yang punya luka seperti mereka sulit dekat sama orang lain karena kekurangan yang mereka punya. 

ALAN (CONT'D)

Tapi kalau Mbak berusaha dekat sama mereka, mereka pasti akan membuka diri dan Mbak bisa temukan cara terbaik mengajar mereka.

Joana menatap Alan lama, dia terkesima. Lalu tersenyum, dia senang mendengar kata-kata Alan yang menenangkan. 

JOANA

Semoga aja ya, hari ini kayaknya aku udah lebih dekat sama mereka.

Alan menggeleng dan meraih lengan Joana.

ALAN

Nggak Mbak, maksudku dekat secara personal dengan masing-masing anak.

Joana tersentak mendengar itu, Alan menatapnya dengan sungguh-sungguh.

JOANA

Secara personal...

CUT TO:

26. INT. RUANG KELUARGA - PAGI.

Joana asyik menggambar bersama Radi, mereka menggambar pohon di halaman rumah sambil ngobrol.

JOANA

(Fokus menggambar)

Mbak dulu punya pohon gede juga di halaman rumah. Jadi tiap kali main petak umpet sama temen, Mbak selalu menang karena sembunyi disituu. Alhasil Mbak jadi jago manjat deh! (Ketawa)

RADI

(Antusias)

Serius? Aku juga jago manjat pohon! Aku selalu sembunyi di pohon dulu, tiap Nenek lihat nilai ujianku. (Riang)

Raut Joana langsung berubah, dia menatap Radi. Dia jadi sedih dengarnya.

JOANA

(Mengelus kepala Radi)

Pohon memang tempat persembunyian ter-aman, ya.

Radi mengangguk, dia bisa merasakan kasih sayang dari elusan Joana. Tapi cengirannya perlahan hilang saat melihat wajah Joana yang simpati.

RADI

(Menggeleng sambil senyum)

Udah nggak apa-apa.

JOANA

(Ikut senyum)

Radi dulu kesusahan belajar, ya?

RADI

Iya, padahal Nenek udah sampai pakai guru les mahal. Tapi aku gak suka dia, karena dia paksa aku hafal semuanya, padahal dicoba sampai matipun aku gak akan bisa.

JOANA

(Iba)

Kalau gitu, Radi suka belajar pakai cara apa?

RADI

Hmm (berpikir) yang kayak Kak Alan bikin! Pakai ilustrasi atau perumpamaan, aku jadi lebih mudah paham. Kak Alan juga kasih aku menggambar sambil belajar, jadinya nggak terasa bosan.

Joana mengangguk pelan, dia sambil berpikir. Lalu dia memperagakan sedikit koreografi tari mereka.

JOANA

Kalau menurut Radi, gerakan ini bentuknya kayak apa?

RADI

(Jawab cepat)

Kayak angsa ngepakin sayap, ya!

Joana mengernyit, dia melihat dirinya di cermin dan dia baru sadar gerakannya memang mirip angsa ngepakin sayap.

JOANA

(ketawa)

Iya, juga ya~ baru sadar deh! Kalau gitu... (mendekatkan muka ke Radi dan nyengir) tolong gambar gerakan angsa ngepakin sayap ini ya!

RADI

(berbinar)

Siapp, Bu Bos!!

CUT TO:

27. INT. DAPUR — SORE

Anak-anak saling bertatapan, bahkan Alan pun tercengang melihat bahan-bahan masakan di meja. Joana yang berdiri di depan semuanya berkacak pinggang sambil tersenyum puas, dia memeluk Bu Sri yang disampingnya.

JOANA

Thank you, Bu Sri!

BU SRI

Tenang, ini mah bukan apa-apa!

AYUDIA

(Bingung)

Ini... sebenarnya mau ngapain?

JOANA

Ngapain? (Memukul meja) Ya mau lomba masaklah!

SEMUA (O.S) kecuali Bu Sri dan Joana

Lomba masak!?

JOANA

(Mengangguk)

Kayak kemarin, dibagi tim dan yang menang dapat hadiah!

JOANA (CONT'D)

(Pelan) Tapi kali ada waktunya!

BU SRI

(Mengedip)

Kalian harus masak nasi goreng dengan bahan-bahan ini, sebelum waktu habis ya!

JOANA

(Menepuk tangan)

Nah kita langsung bagi timnya aja! Ayudia, Aditya dan Siska setim. Rangga, Radi dan Amelia setim!

RADI

(Protes)

Yahh, tim kami pasti kalah dong kalau lawannya Kak Ayu!

AMELIA

(Memukul Radi)

Kak Rangga juga pinter masak, tau!

RANGGA

(Ketawa dan memeluk Amel)

Makasih, Amel!

AYUDIA

Aku nggak mau ikut.

Ayudia mau berbalik pergi tapi langsung dirangkul Joana. Joana mencoba menggoyahkan pertahanan Ayu dengan menggunakan jurus hati nurani.

JOANA

Eitss, nggak bisa! Timnya pas! Kamu tega Siska dan Adit berdua? Mereka bisa kalah, lho?

Siska menggoyang-goyangkan tangan Ayu dan mukanya memelas.

SISKA

Ayo dongg ikut, kakk!

Ayudia mengernyit, dia nggak tega nolak. Dia menghela nafas.

AYUDIA

(terpaksa)

Yaudah deh.

Joana langsung mendorong Ayudia ke timnya.

JOANA

Okee, Go! Go!

Waktu dimulai. Suasana langsung terasa seru, Ayudia dan Rangga sebagai kokinya. Mereka benar-benar menunjukkan kerja sama contohnya Adit yang mendorong kursi Siska dan Radi yang menggendong Amel memasukkan potongan sayur ke panci. Joana juga bandel dengan ambil tempe yang habis digoreng sehingga diteriaki. Suara bising dan tawa memenuhi ruangan.

Stopwatch di ponsel menunjukkan sisa 3 menit lagi, Joana memperhatikan anak-anak yang fokus itu dengan bangga. Alan mendekati Joana.

ALAN

Kali ini apalagi tujuan dari masak-masak ini, Mbak?

JOANA

Hm? (Joana memalingkan wajahnya ke Alan) Ah... aku mau membangun kerja sama diantara mereka dan dengan adanya batas waktu bisa mendorong mereka bergerak cepat! Karena itu yang dibutuhkan dalam menari.

Alan kembali terpana dan takjub pada cara pikir Joana, tanpa sadar senyum merekah diwajahnya, begitu pula rasa cinta.

DISOLVE TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar