INT. GOA KERAMAT - SIANG
JAYANTI
Selamat datang. Ada keperluan apa kalian kemari lagi?
PUTIH
Mmm... Ini Nek...
ERIATI
Aku mau mengambil labu yang satunya.
JAYANTI
Hmmm... Siapa perempuan tua ini?
ERIATI
(tersinggung)
T-tua dia bilang?!
PUTIH
Ini ibu saya Nek.
JAYANTI
Ohh. Baiklah kalau begitu.
Nenek mengeluarkan labu besar.
JAYANTI
Akan kuberikan labu ini padamu...
MERAH
Hey, Nenek!! Kok gampang banget!!
JAYANTI
Dengan satu syarat. Mulai detik ini, nak Putih harus tinggal di sini.
Putih, Merah dan Eriati terkejut.
ANOM (V.O.)
Dia mencoba mengimprovisasi cerita?
Anom mengeluarkan Kitab Pranatama.
ANOM (V.O.)
Mari kita lihat...
MERAH
Syarat macam apa itu?!
ERIATI
Dengan senang hati! Aku malah senang karena akhirnya beban hidupku terangkat, dapet harta pula! Ahahahaha
PLAK! Tiba-tiba Merah menampar Eriati. Kepala Anom mulai berdengung.
ANOM (V.O.)
Ugh! Bunyi ini, sama seperti saat kebakaran... apa alurnya...
INSERT Halaman kitab:
Penyelesaian:
Merasa ingin mendapatkan lebih, Ibu memaksa pergi menemui Nenek. dan melakukan apa yang dilakukan Putih.
Ibu dan Merah berhasil membawa pulang labu dengan ukuran yang lebih besar.
Saat dibuka, ternyata labu tersebut berisi kumpulan hewan berbisa. Ibu dan Merah diserbu oleh hewan berbisa hingga mati mengenaskan.
Di tempat nenek, Ibu berdebat sengit dengan Merah.
________________________________________________.
BACK TO SCENE
ANOM (V.O.)
Berubah lagi?!
MERAH
Aku tahu kau bukan manusia baik. Tapi aku nggak menyangka kau serendah ini... Putih itu anakmu!
Eriati menatap tajam ke arah Merah, kemudian membalas menamparnya. PLAK!
ERIATI
Begitu sikapmu kepada orang tua, hah?! Aku sudah cukup bersabar ya memenuhi semua keegoisanmu. Kalau kau tidak suka denganku, sana ikut Putih! Tinggal kau di sini sampai jadi bangkai pun aku tak peduli.
MERAH
(menangis)
Apa kau tidak pernah menganggap kami sebagai anak?
ERIATI
Anak? Hahahaha. Kalian itu cuma beban! Jika bukan karena kelakuan bapakmu yang bajingan itu aku tidak perlu repot-repot melahirkanmu! Aku tidak pernah mengharapkanmu hadir di hidupku, apalagi Putih!
JREB! Merah menusukkan sebuah pisau tepat di jantung Eriati. Semua orang terkejut.
ANOM (V.O.)
What the f***!
PUTIH
Kyaaaaaaaaa!!!!!!
ANOM (V.O.)
Hanya dengan satu pertanyaan, si nenek bisa mengubah alur seekstrim ini?
MERAH
Sudah cukup, aku malu punya ibu seperti dirimu.
ERIATI
A....nak.... setan....
Eriati terkapar di tanah. Merah baru menyadari apa yang ia perbuat. Pisau yang ia pegang jatuh ke tanah.
MERAH
(sambil menutup wajah)
.... Aku melakukan hal yang benar.... Ini untuk bapak.... bibi dan paman.... serta Laras....
ANOM
Hoeeeekkkk!!!!
Anom tidak kuat melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Taya memilih untuk memalingkan wajah sambil memejamkan mata.
ANOM (V.O.)
Bangsaat!! Kenapa akhir ceritanya jadi begini? Ini berbeda jauh dari apa yang tertulis di kitab. Ini....
INSERT Halaman kitab:
Di tempat nenek, Ibu berdebat sengit dengan Merah.
Merah yang sudah terlalu muak memutuskan untuk membunuh Ibu.
Akhir:
________________________________________________.
BACK TO SCENE
ANOM (V.O.)
Bukan akhir yang ingin kulihat.
Merah melihat ke arah Putih.
MERAH
Laras... akhirnya kamu bebas...
Merah berjalan ke arah Putih. Tapi Putih tampak sangat ketakutan.
MERAH
Ayo kita pulang, Laras.... kita mulai lagi semuanya dari awal... kita kembali seperti dulu...
PUTIH
K-kau?! Apa yang telah kau lakukan?!! .... kau.... bukan Wulan yang aku kenal! Menjauh dariku!!
Putih menatap merah dengan ekspresi jijik.
Kepala Anom berdengung keras. Anom semakin kesakitan.
ANOM
Aaargh!!
TAYA
Anom?! Kamu nggak apa-apa?
MERAH
(menghentikan langkahnya)
Ah... jadi begitu. Sudah kuduga, hubungan kita memang sudah tidak bisa diperbaiki. Kalau begitu....
Merah mengarahkan pisau ke lehernya.
PUTIH
Wulan... kamu mau ngapain?
MERAH
Ingatlah, Laras. Yang menyebabkan semua ini terjadi.... adalah kamu.
Merah menusukkan pisau ke lehernya.
PUTIH
Huaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!
Suara di kepala Anom berhenti.
ANOM
Suaranya.... berhenti...
INSERT Halaman kitab:
Di tempat nenek, Ibu berdebat sengit dengan Merah.
Merah yang sudah terlalu muak memutuskan untuk membunuh Ibu.
Akhir:
Merasa frustasi dengan keadaannya, Merah memilih untuk mengakhiri hidupnya.
TAMAT
BACK TO SCENE
ANOM (V.O.)
.... Tamat?
JAYANTI
Aku sangat tidak menyangka akan jadi seperti ini... tapi kurasa tidak masalah. Walau caranya berbeda, yang terpenting si ibu dan kakak tiri berakhir dengan kematian, sesuai dengan takdir mereka.
Anom melihat ke arah Putih yang sedang bersimpuh, tidak bergerak.
ANOM (V.O.)
Aliran waktunya... berhenti...
TAYA
Tugas kita di sini sudah selesai. Saatnya kembali.
Kitab Pranatama bersinar. Aksara dari kitab keluar dan berkumpul, membentuk sebuah batu kristal berwarna putih (batu kori).
JAYANTI
Maafkan saya Sang Terpilih, Tuan Putri. Akibat kelalaian saya, kita harus menempuh cara ini. Tapi Anda harus segera pergi sebelum penyusup itu bertindak lebih jauh.
TAYA
Kita tidak punya pilihan lain. Terima kasih banyak Nenek.
JAYANTI
Semoga perjalananmu diberkati.
Kitab Pranatama mengeluarkan cahaya yang merupakan portal. Badan Anom mulai berubah menjadi pasir. Pandangan Anom terpaku pada Putih yang mematung.
PUTIH (V.O.)
(menangis)
Wulaaan... Ibu.... maafkan aku.... ini semua salahku.... andai waktu itu aku bisa lebih tegas....
ANOM (V.O.)
Meski aliran waktu terhenti, aku masih bisa mendengar suaranya. Apakah memang harus seperti ini? Apakah ini tidak terlalu berlebihan?
PUTIH (V.O.)
Aku gagal mengubahnya... meski sudah tahu, aku tetap tidak bisa mengubahnya...
ANOM (V.O.)
Tunggu... Apa?
PUTIH (V.O.)
Wahai Dewa penguasa ruang dan waktu... Jika Engkau benar-benar ada... kumohon... izinkan aku untuk memutar waktu... beri aku kesempatan untuk menentukan nasib kami sendiri.
Anom dan Taya menghilang.
FADE TO BLACK
INT. RUANGKALA
Anom dan Taya kembali ke Ruangkala. Batu Kori yang telah terbentuk terbang dan masuk ke salah satu dari tujuh simbol di sigil yang ada di lantai Ruangkala. Anom masih shocked sambil memandang Kitab Pranatama. Melihat hal itu, Taya berusaha menenangkan Anom.
ANOM
Sejak awal, aku sudah menantikan untuk melihat akhir dari si ibu tiri dan si merah. Kupikir, akan sangat memuaskan melihat orang seperti mereka mendapatkan karmanya. Tapi... ini.... sama sekali tidak membuatku puas.
TAYA
Sejak awal, takdir mereka sudah ditentukan. Bagaimana pun caranya, takdir itu harus mereka penuhi.
Sekarang, saatnya kita beralih ke Upakyana berikutnya.
ANOM
Apakah para Lakon tahu tentang takdir yang harus mereka jalani?
TAYA
Tidak ada yang mengetahui takdir mereka, kecuali Sang Terpilih dan Lakon Spesial seperti Nenek Jayanti.
ANOM
Apa kau yakin?
TAYA
Tentu saja. Kenapa kamu bertanya?
ANOM
Gimana kalau ada pihak lain yang bisa memanipulasi alur selain aku dan si nenek?
TAYA
Maksudmu.... si penyusup?
ANOM
Aku belum bisa menyimpulkan. Variabelnya masih terlalu banyak. Tapi jika ini terjadi lagi di Upakyana berikutnya, apa kau yakin kita bisa menghadapinya?
TAYA
Aku berani jamin hal itu nggak akan terjadi. Satu-satunya cara untuk mengarungi Upakyana adalah melalui Ruangkala. Hanya kita yang bisa.
ANOM
Gimana kalau dia juga bisa?
TAYA
Nggak mungkin....
ANOM
Sejauh ini, yang aku tahu, dia bisa melakukan hal-hal yang menurut kalian tidak mungkin dilakukan, kan?
TAYA
Kamu benar.... kalau begitu, perjalanan kita dalam bahaya!
ANOM
Apa hal seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya?
TAYA
Belum.
ANOM
Sial. Kalau begitu, kita kembali saja.
TAYA
Hah?! Ngapain?!
ANOM
Mencari informasi.
TAYA
Kamu gila? Lebih baik kita segera ke Upakyana berikutnya.
ANOM
Terlalu beresiko. Pertama, kita tidak tahu akan berhadapan dengan cerita seperti apa. Kedua, kita tidak tahu kemampuan musuh kita. Kabur bukan pilihan, karena cepat atau lambat, kita harus menghadapinya.
TAYA
....
ANOM
Kita hanya perlu bertemu dengan si nenek untuk berdiskusi. Kali ini, aku ikut.
TAYA
Tidak bisa semudah itu.
ANOM
Kenapa?
TAYA
Jika Sang Terpilih kembali ke Upakyana, kau harus menjalani ulang seluruh ceritanya dari awal.
ANOM
Sempurna! Kita kembali sekarang.
TAYA
Eh?!
Anom berjalan menuju Buku Plawangan.
TAYA
Tunggu dulu! Jangan seenaknya-
ANOM
Apa kau punya cara yang lebih baik?
TAYA
..... Tidak...
ANOM
Kalau begitu, kita sepakat?
TAYA
..... Ya sudah. Aku percayakan padamu.
Anom menyentuh Kitab Plawangan. Langit Ruangkala berubah. Anom menghela napas panjang.
ANOM (V.O.)
Aku tidak pernah punya pilihan. Sampai sekarang, aku masih bertanya, kenapa aku sampai segininya? Apa yang aku cari? Apa yang aku harapkan?
Jika dengan mengumpulkan informasi dari dunia ini dapat mengantarku menuju jawaban itu, akan kulakukan.
Di kepalanya terbayang wajah Putih yang sedang frustasi.
ANOM (V.O.)
Kali ini, aku akan melakukannya dengan benar. Aku akan menulis takdirku sendiri.
ANOM
Buka.... Banarawa.
END S1 Part 1