Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ruangkala
Suka
Favorit
Bagikan
12. Labu Ajaib #3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. HALAMAN RUMAH PUTIH - PAGI

Anom sudah siap untuk berangkat menuju Hutan Keramat. Eriati yang jaga jarak dari Anom terlihat bersemangat tapi agak was-was karena keberadaan Anom. Dari dalam rumah, Putih dan Merah keluar membawa beberapa perbekalan dan beberapa barang yang bisa dijadikan senjata.

ANOM

Jadinya kalian ikut?

MERAH

Setelah perkataanmu semalam, aku tidak yakin membiarkanmu sendirian bersama ibuku.

ANOM

Kenapa? Bukannya kau juga nggak suka sama ibumu?

MERAH

.... Tetap saja dia ibuku.

PUTIH

Benar. biar bagaimana pun, Ibu tetap ibu kami.

ANOM

Seriusan? Bahkan kamu nggak punya hubungan darah.

PUTIH

Memang... tapi aku menghormatinya sebagai orang tuaku meskipun sikapnya terkadang bertentangan.

ANOM (V.O.)

Haah... aku nggak tahan lagi.

ANOM

(kesal)
Dengar. Orang seperti DIA tidak akan pernah berubah. Lagipula, orang tua yang lalai tidak pantas menerima bakti dari seorang anak. Mereka lebih pantas untuk mati.

PLAK!! Putih menampar wajah Anom. Merah sangat terkejut dengan sikap Putih.

PUTIH

Sebagai seorang manusia yang lahir dari manusia lain, tidak sepantasnya untuk mengucapkan kata-kata seperti itu! Kau juga punya orang tua kan?!

ANOM

Aku penasaran, apa kau masih berpikir hal yang sama di akhir nanti.

PUTIH

......

Perkataan Putih membuat Anom mengingat masa lalunya.


FADE TO BLACK


INT. KAMAR ANOM - MALAM (FLASHBACK)

Saat itu ia masih berusia 6 tahun.

ANOM KECIL

(menangis)
Mama, gitar kesayangan Anom dibanting Papa.

MAMA ANOM

Anom, kamu harus kuat ya. Biar bagaimanapun, Papa tetaplah orang tuamu.

ANOM KECIL

Tapi Papa juga jahat ke Mama. Kenapa Mama diam saja? Kenapa kita tidak melawan?

MAMA ANOM

Sifat Papa memang begitu. Kita harus memaklumi. Bagaimana pun Papa adalah pemimpin keluarga ini, jadi kita harus patuh. Anom ngerti kan?

Anom mengangguk, lalu memeluk ibunya.

ANOM KECIL

Cuma Mama yang sayang sama Anom. Makasih ya Ma. Kalau nggak ada Mama-

8 tahun kemudian.

Anom berdiri termenung menatap sebuah surat. Pandangan Anom pindah ke ayahnya yang berdiri tepat di depan pintu. Wajah ayahnya datar, tanpa ekspresi. Anom menatapnya dengan tatapan nanar.

ANOM KECIL (V.O.)

Anom nggak tahu harus bagaimana.


FADE TO BLACK


EXT. HUTAN KERAMAT - PAGI

ERIATI

HYAAAAAAAAA!!!!!! ADA ULAR RAKSASA!!!!

Eriati berteriak ketakutan saat melihat ular raksasa melintas di hadapannya. Akibatnya, ular tersebut melirik ke arah Eriati dan menyadari keberadaannya.

ERIATI

HIIIIIIII...!!! PERGI!! PERGI!!!

Eriati berteriak sambil terus melempari garam. Ular tersebut diam saja. Pandangannya tertuju pada Anom, Merah dan Putih yang sudah dalam posisi siaga. Tak lama kemudian, ular tersebut pergi begitu saja.

MERAH

Syukurlah. Sepertinya hewan-hewan di sini sudah mengenali kita. Kita jadi bisa lebih tenang.

ANOM

Cih! Padahal aku mau melihat sampah itu dimakan hidup-hidup.

MERAH

HEY!!! YANG KAU BILANG SAMPAH ITU IBUKU!!

ERIATI (V.O)

Anak jaman sekarang nggak ada sopan santunnya sama orang tua.

Putih yang berjalan paling belakang memandangi Anom dengan tatapan serius, agak takut. Anom membalasnya dengan tatapan dingin.

MERAH

Baru pertama kali aku melihat Putih seperti itu.

ANOM

....?

MERAH

Aku tidak menolak pendapatmu, tapi aku juga tidak sepenuhnya setuju. Aku bisa memahami kenapa kau mengatai ibuku sampah. Tapi Putih berbeda. Dia tumbuh bersama orang tua yang penuh kasih sayang. Ayah dan ibunya sangat baik. Saking baiknya sampai membuatku iri. Bahkan sifat baik itu menurun pada diri Putih.

Kepala Anom berdengung.

ANOM (V.O.)

Ini dia! Kesempatanku untuk menggali informasi lebih dalam.

ANOM

Kayaknya kamu sangat mengenal Putih.

MERAH

Kami lahir dan besar di desa ini. Mana mungkin aku tidak mengenalnya. Dan benar katamu kemarin, dulu kami bersahabat.

ANOM

Sekarang?

MERAH

.... Benar juga. Sejak kapan ya? Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihatnya sebagai sahabat.

ANOM

Kenapa?

MERAH

Kau tahu... semakin dekat hubunganmu dengan seseorang, semakin sakit rasanya saat dia mengecewakanmu. Kalau kau punya sahabat, kau pasti paham maksudku.

ANOM

Kalau memang sahabat, seharusnya bisa langsung dibicarakan kan?

MERAH

.... Iya ya? Seharusnya begitu. Tapi.... entahlah. Mungkin aku yang terlalu berlebihan. Atau mungkin.... sejak awal kami memang tidak dekat. Sejak saat itu, aku tidak pernah berpikir kami bisa kembali seperti dulu.

ANOM (V.O)

Sahabat...

Anom teringat Nusa, satu-satunya orang yang ia anggap sebagai teman.

ANOM (V.O)

Apa suatu saat, pandanganku terhadapnya juga akan berubah ya? Jika itu terjadi... sepertinya akan sangat menyakitkan.

Tiba-tiba di hadapan Anom berdiri seorang pria berjubah. Wajahnya samar.

Anom menghentikan langkahnya.

ANOM

Kalian kenal orang ini?

Tiba-tiba pria berjubah menyerang Anom menggunakan belati, berusaha mengincar leher Anom. Namun Anom dengan sigap berhasil menghindar.

Anom memunculkan pisau dapur dari tangan kanannya, kemudian mengayunkannya ke atas. Pria jubah berusaha menghindar, namun pisau Anom mengenai lengannya. Anom dan Pria Jubah melompat ke arah yang saling berlawanan, kemudian mengatur kuda-kudanya.

PRIA JUBAH

(menjilat luka di lengannya)
Hooo... lumayan juga kau.

ANOM (V.O.)

Sialan! Bisanya tiba-tiba nyerang gitu!! Untung aku sempat mengambil pisau ini dari dapur...

Anom terkejut ketika menyadari semua yang ada di sekelilingnya tak bergerak sama sekali.

ANOM (V.O.)

Ini... sama seperti saat aku pertama kali membuka kitab di kamar...
Nggak ada reaksi dari Kitab Pranatama. Itu berarti...

ANOM

Kau... penyusup yang dibilang Taya?

PRIA JUBAH

Hoho... ternyata kau juga lebih pintar dari yang kuduga.

ANOM

(tersenyum)
Kebetulan sekali, aku memang ingin bertemu denganmu.

PRIA JUBAH

Hoooo... Menarik. Ada perlu apa Sang Terpilih ingin bertemu denganku?

ANOM

Bagaimana caramu membobol sistem dunia ini?

PRIA JUBAH

(terdiam sejenak)
Hahahahaha!!! Tidak kusangka pertanyaan itu keluar dari mulut Sang Terpilih.

ANOM

Malah ketawa. Jawab pertanyaanku.

PRIA JUBAH

Dengan senang hati akan kuberi tahu. Tapi tidak sekarang.

ANOM

Gimana caraku bertemu denganmu lagi?

PRIA JUBAH

Hohohoho... Kau benar-benar melebihi ekspektasiku... Kau tidak perlu repot-repot mencariku, aku yang akan menghampirimu. Sampai tiba saat yang tepat, galilah sebanyak mungkin informasi dari para Lakon. Jawaban yang kau cari ada di kitab itu.

ANOM

Tunggu, terkait dengan kitab-

Tiba-tiba Taya muncul dan menebas Pria Jubah. Tubuh Pria Jubah berubah menjadi asap.

TAYA

Tunjukkan wujud aslimu, pengecut!

PRIA JUBAH

Tak perlu terburu-buru begitu, Tuan Putri.

PRIA JUBAH

(melihat ke arah Anom)
Sampai jumpa, Sang Terpilih. Semoga beruntung.

Pria Jubah kemudian menghilang. Aliran waktu kembali seperti semula.

ERIATI

AS*$%@#!!! Set...Setan!!!

MERAH

HIIIYYYY SET- Eh? Taya!! Kenapa kalau mencul harus mendadak gitu sih?! Hobi banget ngagetin orang!

TAYA

Kamu nggak apa-apa, Anom?

ANOM

Y...Ya.

TAYA

Syukurlah.

ANOM

Barusan itu-

TAYA

Kujelaskan nanti. Kita harus bergegas menuju Goa Keramat dan mencapai konklusi. Upakyana ini tidak aman.

ANOM

.... Baiklah.

ERIATI (V.O.)

Anak-anak ini.... semuanya gila!!

Anom dan rombongan melanjutkan perjalanan. 

ANOM (V.O.)

Anggap omongan si penyusup bisa dipercaya, sepertinya aku benar-benar bisa menemukan sesuatu dari Kitab Pranatama dengan menggali informasi dari para Lakon. PR-nya tinggal mencari kata kunci yang sesuai.... sial! Bayangin harus berinteraksi aja udah males. Haruskah aku melibatkan Taya?

Anom menatap ke arah Taya.

ANOM (V.O)

Selama ini aku tidak pernah berpikir tentang ini, tapi baik Nenek maupun si penyusup memanggil Taya dengan Tuan Putri.
...... Siapa Taya sebenarnya?
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar