Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ruangkala
Suka
Favorit
Bagikan
7. Hutan Keramat #2

EXT. HUTAN KERAMAT BAGIAN TERDALAM - SIANG

Anom, Taya, Putih dan Merah berjalan dengan penuh kewaspadaan menyusuri sungai hingga ke bagian dalam Hutan Keramat. Anom berjalan paling depan, Putih dan Merah mengawasi kanan kiri, sementara Taya berjalan tenang di belakang.

Tiba-tiba terdengar suara dari semak-semak. Anom, Putih dan Merah kaget dan langsung pasang kuda-kuda. Setelah diamati, ternyata ada seekor kelinci keluar dari semak-semak.

MERAH

Kelinci sialan! Bikin jantung mau copot aja.

Merah yang emosi mengarahkan ranting ditangannya hendak menusuk si kelinci.

MERAH

Minta dijadiin sate kau, HAH?!

PUTIH

(menahan Merah)
Jangan Merah!! Kasihan kelincinya...

Si kelinci yang panik lari terbirit-birit. Merah masih berusaha mengejar tapi ditahan Putih. Anom dan Taya masih mengamati dengan tenang.

TAYA

Oh iya, Sang Terpilih. Sepertinya ada hal yang perlu kita sepakati bersama.

ANOM

Apa lagi?

TAYA

Tentang hubungan kita.

ANOM

(melotot)
Hah?! G-gimana?

TAYA

Tentu saja. Meskipun sebagai faktor luar, keberadaan kita akan sedikit banyak mempengaruhi alur cerita Upakyana. Kita juga harus menentukan peran kita dalam cerita agar tidak menimbulkan efek kupu-kupu.

ANOM

(agak kecewa)
..... Oh.

TAYA

Saya punya usul. Jika ada yang bertanya tentang hubungan kita, maka kita harus mengaku sebagai kakak beradik.

ANOM

....

TAYA

Bagaimana? Apakah Anda setuju?

ANOM

Terserah.

TAYA

Kalau begitu kita sepakat.
(mengulurkan tangan)

Dengan wajah datar, Anom menjabat tangan Taya. Melihat Taya tersenyum, Anom sedikit tersipu.

MERAH

Hayoo!!

Karena kaget, Anom dan Taya menarik tangan mereka dengan cepat.

MERAH

Apa nih? Kok kalian tiba-tiba panik gitu kayak abis kepergok melaukan sesuatu. Hmmm....

TAYA

Emm... nggak ada yang kami sembunyiin kok.

ANOM (V.O.)

(melengos)
Perempuan ini nggak jago ngeles ya?

MERAH

Ngomong-ngomong, kalian ini hubungannya apa sih?

ANOM DAN TAYA

Kakak beradik.

MERAH

(curiga)
Oh ya? Siapa yang kakak?

ANOM DAN TAYA

Aku.

Anom dan Taya reflek saling memandang dengan mata melotot. Merah menatap tajam ke wajah mereka berdua.

MERAH

Jangan-jangan.... kalian kembar dampit?

ANOM DAN TAYA

Iya!

MERAH

Pentesan nggak ada yang mau ngalah. Wajar sih, kembar emang sering gitu. Tapi yang penting kalian bisa saling menjaga kepercayaan satu sama lain. Karena...


(melirik ke Putih)
Kalau sudah rusak, akan sulit untuk diperbaiki.

Anom menyadari lirikan Merah ke arah Putih. Putih yang mendengar pernyataan itu terlihat menunduk dan sedih. Tiba-tiba terdengar suara mendengung di kepalanya.

ANOM (V.O.)

Apa nih? Kenapa tiba-tiba kepalaku berdengung? Apa ada sesuatu yang men-trigger kitabnya?

TAYA

Eh, lihat! Di depan ada goa.

MERAH

G-GOA? K-KITA HARUS SEGERA KEMBALI!!

ANOM

Kenapa?

MERAH

Goa itu adalah tempat paling berbahaya di Hutan Keramat. Katanya, goa itu merupakan gerbang gaib yang menghubungkan antara alam kita dengan alam seberang. Itu juga yang menjadi sumber dari angkernya tempat ini.

ANOM

Sempurna. Kita ke sana!

MERAH

WOY!! KAMU NGGAK DENGAR KATA-KATAKU?! TEMPAT ITU BERBAHAYA!!

ANOM

Ayo Putih. Aku yakin kain yang kau cari ada di sana.

MERAH

(menarik tangan Anom)
CUKUP!!

Merah menarik tangan Putih.

MERAH

Putih, kita pulang. Kain itu tidak sepadan dengan nyawa kita.

Anom menggenggam lengan Merah dengan keras hingga Merah kesakitan. Anom menatap Merah dengan tatapan dingin.

ANOM

Tidak. Putih harus ke sana. Supaya aku bisa pulang.

Wajah Merah kaget menatap ke arah Anom. Di belakang Anom berdiri ular berukuran raksasa yang siap melahap mereka.

PUTIH

AWAS!!

Anom membalikkan badannya. Tangannya reflek menahan mulut ular menggunakan ranting yang dibawanya.

ANOM

Lari!!

Selagi ular raksasa berusaha melepaskan ranting yang menahan mulutnya, Anom, Merah, Putih dan Taya berlari menjauh.

ANOM

HEY... ADIK!! INI UDAH KELEWATAN!! LAKUKAN SESUATU!!

TAYA

(mengulurkan tangan ke arah ular raksasa)
.... Lho?

ANOM

HEY!! BURUAN!!

TAYA

(mengulang gerakan yang sama beberapa kali)
..... Lho... kok?

ANOM

TAYA!!!

TAYA

KEKUATANKU TIDAK KELUAR!!

ANOM

HAH?! KOK BISA?!

TAYA

Tidak tahu!

ANOM

Kau ini benar-benar nggak...

TAYA

(frustasi)
Kenapa nggak bisa?! Kenapa?!

ANOM

Cih!
Anom mengamati sekitar. Anom menyadari bahwa mulut goa berukuran lebih kecil dari badan ular raksasa.

ANOM

SEMUA!! MASUK KE GOA!!

MERAH

KAMU GILA?! GOA ITU LEBIH BERBAHAYA!!

Merah melihat ular raksasa berhasil mematahkan ranting di mulutnya dan siap menyerang kembali.

MERAH

MASUK KE GOA!!

Tanpa berpikir panjang, Putih, Merah dan Taya mengikuti instruksi Anom. Dengan kecepatan tinggi ia mengejar rombongan Anom.

Buntut ular menyabet kaki Taya, membuatnya terjatuh. Ular raksasa siap menerkam Taya. Dengan sigap Anom merebut ranting yang dibawa Putih dan melemparkannya tepat mengenai mata si ular. Ular raksasa meraung kesakitan.

ANOM

TAYA!! CEPAT!!

Anom berteriak dari mulut goa, tapi Taya bergeming.

ANOM

GOBLOK!!

Anom berlari menghampiri Taya. Di saat bersamaan, ular raksasa telah bersiap untuk menerkam kembali. Anom teringat momen saat di pasar.

TAYA (V.O.)

Daya tahan tubuh Anda meningkat selama berada di Purana.

Sambil berlari Anom mengepalkan tangannya.

ANOM

ULAR SETAN!!!

Anom meninju kepala ular dari bawah. Anom merasakan pukulannya tidak terlalu berdampak.

ANOM (V.O.)

Lagi... lebih kuat lagi!!

Tiba-tiba di jari tengah Anom muncul cincin merah yang menyala. Dalam sekejap kepala ular raksasa tersebut hancur. Anom terkejut dengan dampak dari pukulannya. Anom menatap tangannya, seketika itu pula cincin di jari Anom menghilang.

ANOM (V.O.)

Aku... bisa melakukan ini?

MERAH

Kereenn!!! Aku nggak tahu kalau Mas Anom sekuat ini! Duuhh, jadi makin suka deh!

PUTIH

Kalian nggak apa-apa?

Merah dan Putih keluar dari dalam goa. Putih menghampiri Taya sementara Merah ke arah Anom.

TAYA

Kakiku sepertinya terkilir...

PUTIH

Mas Anom, bisa minta tolong gendong Mbak Taya ke goa?

ANOM

H-hah? Gendong?

Putih mengangguk serius. Anom memasang posisi gendong princess dengan gestur kaku. Taya, Putih dan Merah diam sejenak.

PUTIH

Maaf, Mas Anom ngapain?

ANOM

Katanya disuruh gendong.

TAYA

(isyarat berputar menggunakan telunjuk)
Punggung.

ANOM

..... Oh!

Anom menggendong Taya di punggungnya, berjalan menuju goa bersama Putih dan Merah.

MERAH

(berbisik ke Putih)

Tadi dia mau gendong ala tuan putri kan? Hihihi

PUTIH

(berbisik ke Merah)
Sssstt!! Jangan gitu. Kasihan.

Muka Anom agak merah karena menahan malu. 

ANOM (V.O.)

Sialan! Aku masih bisa denger woi!

Anom merasa tangan Taya semakin kuat menggenggam badan Anom.

TAYA

(bergumam)
Kenapa aku nggak berguna... kenapa... aku nggak berguna...

Anom mendengar gumaman Taya, membuatnya teringat sesuatu di masa lalu.

Tiba-tiba Anom teringat masa lalunya.

INSERT FLASHBACK

Anom kecil terjatuh di lantai.

PAPA ANOM

Dasar anak nggak guna!!

ANOM KECIL

(menangis)
Tapi Pa, Anom nggak bisa-

PAPA ANOM

Kalau begitu, keluar dari rumah ini!

ANOM KECIL

Eh?

PAPA ANOM

Keluarga Satriya nggak butuh orang lembek!

BACK TO SCENE

Anom menghela nafas panjang.

ANOM

Hey, Taya. Apa menghancurkan kepala monster dengan satu pukulan itu wajar di sini?

TAYA

(terkejut)
Sang Terpilih dikaruniai kekuatan untuk meningkatkan kekuatan indranya yang dipengaruhi oleh pikiran. Tapi memang, aku belum pernah melihat daya serang sebesar ini. Bagaimana Anda melakukannya?

ANOM

Sudah jelas karena aku kuat kan? Karena itu, aku nggak butuh bantuanmu.

Suasana hening sesaat, hingga terdengar tawa kecil dari Taya.

ANOM

Kok malah ketawa? Ngetawain aku ya?

TAYA

Saya tidak menyangka Anda akan berkata seperti itu. Terima kasih, Sang Terpilih.

ANOM

Berhentilah berbicara formal denganku kalau masih mau dianggap kakak beradik.

TAYA

Ah, benar juga. Oke. Makasih ya, Anom.

ANOM (V.O.)

Apa yang aku pikirkan? Sangat bukan aku untuk berbicara seperti ini. Payah. Terpancing karena hal sepele, menandakan aku masih lemah.
Aku... harus jadi lebih kuat lagi!
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar