Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rice to Meet You (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
4. Tolong aku, Ronald!

EXT. TEPI JALAN RESTORAN HOKI-HOKI BENTO - PAGI

Angga sudah berada di tengah antrian untuk menaruh lamaran pekerjaannya di restoran tersebut. Dia datang pagi, tapi antrian sudah mengular cukup panjang. Angga kira-kira berdiri 50 meter sebelum bisa sampai di depan restoran.

Angga melihat sekelilingnya, ratusan pelamar yang berdiri berdesakkan, jauh dari anjuran social distancing. Setidaknya, sebagian besar tampak tetap mengenakan masker.

Matanya pindah ke sebelah kirinya, dia melihat seorang MBAK-MBAK bermasker yang tengah sibuk dengan HP-nya sambil berkipas dengan map lamarannya. Di sebelah kanannya, seorang MAS-MAS yang juga mengenakan masker, sedang tidak melakukan apa-apa, hanya memandang panjang antrian di depannya, kita sebut saja dia IKO.

ANGGA

(kepada Iko)

Dari jam berapa, mas?

Iko sedetik tidak menyadari pertanyaan itu untuknya.

IKO

Oh, dari jam 7 saya.

Angga melihat jam tangannya, menunjukkan pukul 08:49.

ANGGA

Gila ya antriannya, kayak antri sembako.

IKO

Ini belum seberapa, Mas. Saya kemarin di pabrik, ada kali itu antrian 200 meter.

ANGGA

(menggelengkan kepala)

Gila.

Jeda. Angga mengambil waktu beberapa detik, mencoba mencari topik sebelum kembali memulai percakapan.

ANGGA (CONT’D)

PHK, Mas?

IKO

Oh.. enggak. Saya di EO. Tapi karna semenjak PSBB nggak ada acara, EO-nya mati suri. Makanya saya cari kerjaan lain dulu buat sementara.

Angga mengangguk.

IKO (CONT’D)

Mas, PHK?

ANGGA

Iya, pemangkasan karyawan.

IKO

Perusahaan apa, Mas?

ANGGA

Start-up travel gitu. Sekarang kan orang-orang lagi pada takut pergi-pergian, negara juga pada tutup border. Kita nggak bisa gerak sama sekali, collapse akhirnya.

IKO

Kejam emang Corona.

ANGGA

Iya.

INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - SIANG

CLOSE ON-- JTAK! Hentakan pisau memotong daging ayam.

Kali ini lagu Bunga di Tepi Jalan milik Koes Plus terpasang di turntable, menemani Bu Ani masak.

Kita melihatnya sedang memotong daging ayam.

QUICK CLOSE SHOTS:

- Bu Ani menaruh potongan daging ke dalam baskom, kemudian dicucinya di wastafel.

- Baskom itu diletakkan di meja masak.

Satu per satu bumbu marinasi ditaburkan Bu Ani ke dalamnya, mulai dari: kunyit bubuk, kaldu bubuk, garam dan setengah perasan lemon. Diaduknya rata dengan tangan.

Ding-dong! Bel rumah berbunyi.

BU ANI

(teriak ke Anggika)

Siapa, tuh, Gik?

INT. RUMAH ANGGA - RUANG KELUARGA - CONTINUOUS

KURIR (O.S.)

Paket!

Anggika tampak sedang berkutat dengan kameranya.

ANGGIKA

(teriak kepada kurir)

Iya, sebentar!

Anggika meletakkan kameranya di meja dan beranjak mengambil paket itu. 

EXT. RUMAH ANGGA - TERAS - CONTINUOUS

Anggika menghampiri sang kurir.

KURIR

Untuk Ani Widiyastuti.

ANGGIKA

Iya, ibu saya.

Sang kurir menyerahkan sebuah amplop, Anggika mengambilnya.

KURIR

(menyodorkan HP)

Tolong tanda tangan di sini, Mba.

Dengan jarinya Anggika menandatangani bukti penerima paket.

KURIR (CONT’D)

Terima kasih.

Sang kurir beranjak pergi dengan motornya.

Sambil melangkah kembali ke dalam rumah, Anggika menatap surat itu, bertanya-tanya apa isinya.

INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - CONTINUOUS

Bu Ani masih mengaduk daging. Kita mendengar langkah kaki Anggika menghampiri ibunya.

BU ANI

Paket buat siapa, Gik?

ANGGIKA (O.S.)

Surat, buat Ibu.

Bu Ani mengernyitkan dahi, "Surat?" dalam benaknya.

Anggika menaruh amplop itu di samping baskom, kita melihat logo Bank Arga Mandiri pada covernya.

Bu Ani tertegun. Tangannya seketika berhenti mengaduk daging, dia terpaku melihat amplop itu.

BACK TO:

EXT. DEPAN RESTORAN HOKI-HOKI BENTO - SIANG

Angga akhirnya sampai di depan antrian. Dengan wajah penuh optimisme, dia menyerahkan lamarannya ke karyawan restoran.

KARYAWAN

(menyerahkan kertas)

Tolong isi dulu ya, Mas: nama, nomor telfon dan tanda tangan.

Angga membawa kertas itu ke meja di dekatnya, sebuah kertas dengan header “DAFTAR PELAMAR”. Dia menarik tangannya dari atas ke bawah, mencari baris yang masih kosong. Matanya melebar ketika melihat dia akan mengisi data pada baris ke 1,739.

EXT. TEPI JALAN - DEPAN RESTORAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Angga berdiri di tepi jalan, tengok kiri-kanan, mencoba menentukan destinasi selanjutnya.

Tiba-tiba Iko lewat dengan motornya.

IKO

Duluan, Ngga!

ANGGA

(melambaikan tangan)

Yo, Mas Iko!

Pandangan Angga mengikuti Iko yang semakin menjauh. Dia masih bingung, belum memutuskan mau ke mana.

CUT TO:

EXT. JALANAN - SIANG

Angga mengendarai motornya pelan, tanpa tujuan. Headset terpasang di telinganya. Sepanjang jalan dia melihat kiri-kanan, berharap melihat lowongan pekerjaan. Sebuah laporan berita mengiringi perjalanannya.

PENYIAR (V.O.)

Pandemi virus Corona menyebabkan tingkat pengangguran di banyak negara di dunia mengalami lonjakan.

QUICK CUTS Angga melewati berbagai plang penunjuk jalan: Dari plang Ragunan-Ps. Minggu, ke Pasar Rebo, sampai ke plang KP. Rambutan-T.M.I.I.

PENYIAR (V.O.)

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Suharso Monoarfa memaparkan, di Indonesia jumlah angka pengangguran meningkat 3,7 juta orang akibat pandemi..

CUT TO:

INT. BANK CBA - SIANG

Kita masih mendengar laporan berita di radio.

PENYIAR (V.O.)

..kenaikan angka pengangguran tersebut menjadi salah satu pertimbangan pemerintah untuk meningkatkan defisit fiskal..

Kita mengikuti Angga yang sedang berjalan menuju resepsionis. Map lamaran sudah dipegang di depan dadanya. Dia menemui MBA-MBA RESEPSIONIS, meletakkan mapnya di atas meja dan bertanya soal lowongan pekerjaan. 

Tanpa mendengar suaranya, kita bisa melihat gerakan mulut sang resepsionis mengatakan, “Kita saat ini belum ada lowongan, Mas, mohon maaf.” Dengan datar Angga membalas, “Makasih ya, Mba,” kemudian beranjak pergi.

EXT. JALANAN - SIANG

Angga melanjutkan perjalanannya, mencari tempat lain. Kali ini dia melewati plang Cilangkap, Cijantung.

CUT TO:

INT. RESTORAN JEPANG - SORE

PENYIAR (V.O.)

...menjadi 5,2 persen dan yang sebelumnya 4,17 persen pada tahun 2020..

Dari kejauhan melalui pintu kaca kita melihat Angga sedang berbicara dengan seorang MAS-MAS penerima tamu. Map lamaran sudah dipegangnya dari tadi, dia tampak lebih meyakinkan kali ini. Namun kita kembali melihat raut kekecewaan di wajah Angga setelah sang penerima tamu mengangkat kedua tangannya, memberi gestur permohonan maaf.

CUT TO:

INT. SEBUAH PERUSAHAAN - SORE

PENYIAR (V.O.)

..menurut data Badan Pusat Statistik, bahkan jumlah iklan lowongan kerja di masa pandemi sempat anjlok hingga 75%.

Angga sudah berdiri di depan meja resepsionis, melihat MBA-MBA RESEPSIONIS yang sedang menelpon, memeriksa ketersediaan lowongan kerja. Angga harap-harap cemas. Sang resepsionis menutup teleponnya dan mengatakan pada Angga, “Maaf, Mas, belum ada.”

Angga mengusap wajahnya, lelah.

EXT. PINGGIR JALAN - SORE

Angga makan siomay di atas motornya. Dia mengunyah penuh semangat, antara lapar dan kesal. Wajahnya sudah kucel dihantam debu dan asap kendaraan.

Sambil makan, Angga melihat pemandangan di sekitarnya. Acak, tak berarah. Kendaraan lalu lalang, orang-orang pulang kerja yang berjalan lesu di trotoar, kedai-kedai malam yang mulai membangun tendanya.

Lampu hijau menyala. Para pengendara motor beradu klakson. Berisiknya menarik perhatian Angga, memancingnya melihat para pengendara jangek yang tidak sabaran dari arah berlawanan.

Mata Angga melebar. Bukan karena melihat para pengendara itu, tapi dia melihat neon box McDonalds dari kejauhan. “Di sana kah rejeki gua?” dalam benak Angga.

CUT TO:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar