Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rice to Meet You (Screenplay)
Suka
Favorit
Bagikan
3. First Bite

EXT. PARKIRAN KANTOR - SIANG

Angga dan Arman berjalan lemas menuju parkiran, membawa boks berisi barang-barang yang mereka tinggal di kantor. 

ARMAN

Kayaknya belom lama denger berita PHK, sekarang malah kena sendiri.

ANGGA

Gua langsung cari kerja lagi, sih.

ARMAN

(meledek)

Mau ngelamar di mana lu? Sekarang perusahaan-perusahaan lagi pada mangkas karyawan, Ngga.

ANGGA

Di mana aja. Yang penting nggak nganggur.

Mereka berpisah, menghampiri motor masing-masing yang tidak berjarak terlalu jauh. Sambil mengenakan perlengkapan berkendaranya, Arman membujuk Angga.

ARMAN

(persuasif)

Istirahat dulu, lah. Nganggur-nganggur club?

Angga juga sedang mengenakan perlengkapan berkendaranya.

ANGGA

Ogah.

ARMAN

(kesal)

Iih.

Angga dan Arman mengikat boks mereka di jok belakang. Keduanya kini siap tancap gas. Baru aja Angga menyalakan motornya--

ARMAN (CONT’D)

Pak Wahid dulu, yuk.

CUT TO:

INT. KEDAI MIE AYAM PAK WAHID - SIANG

QUICK CLOSE SHOTS proses Pak Wahid membuat Mie Ayam Bumbu Rempah:

- Kepulan asap membara seraya Pak Wahid membuka tutup dandang. Dia memasukkan beberapa buntel mie mentah ke dalamnya.

- Sawi dicacah lincah di atas nampan kayu, kemudian dimasukkan Pak Wahid ke dalam dandang.

- Beberapa mangkok sudah berjejer di atas meja gerobak. Secara bergilir Pak Wahid menuangkan minyak dan kaldu ayam ke dalam masing-masing mangkok, kemudian diaduknya rata dengan sumpit.

- Pak Wahid meniriskan mie dan memasukannya satu per satu ke dalam mangkok, diikuti Bu Wahid yang menuangkan satu sendok sayur kuah bumbu rempah.

- Sementara Bu Wahid menyalin mie ke plastik untuk pesanan yang dibungkus, Pak Wahid mengantar dua mangkok Mie Ayam Bumbu Rempah untuk Angga dan Arman.

PAK WAHID

Mari, Mas.

CLOSE ON Mie Ayam Bumbu Rempah.

[TEXT: MIE AYAM BUMBU REMPAH]

Sambil beranjak kembali ke gerobaknya:

PAK WAHID (CONT’D)

Tumben, Mas, dateng jam segini? Biasanya sore.

ANGGA

(mengaduk mienya)

Udah nggak kerja di sana, Pak.

PAK WAHID

Pindah?

ANGGA

PHK, Pak. Bangkrut perusahaannya gara-gara Corona.

PAK WAHID

Owalah.

Jeda.

PAK WAHID (CONT’D)

Bakso nggak, Mas Angga?

ANGGA

Boleh, Pak. Tiga ya.

PAK WAHID

Siap.

Angga dan Arman masih mengaduk mie mereka. Angga menambahkan kecap, Arman menaburkan lada.

ARMAN

(sambil mengaduk)

Lu kalo mau ngelamar di restoran, deh, Ngga. Usaha makanan aman-aman aja kayaknya. Tuh, liat antriannya.

Kita melihat ramainya antrian driver ojek online Gocek di depan gerobak kedai Pak Wahid. Angga melihatnya biasa saja, baginya yang terpenting bisa segera mendapatkan kerjaan baru.

Pak Wahid kembali dengan mangkok kecil berisikan lima buah bakso.

PAK WAHID

Ini, Mas.

ANGGA

Kok lima, Pak?

PAK WAHID

Bonus, buat menghibur.

ANGGA

Lima lagi dong!

PAK WAHID

Yeeeee entar saya yang bangkrut.

Mereka tertawa.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN--

Selesai makan Angga dan Arman ngobrol sambil menunggu makanan turun.

ARMAN

Besok gua ke rumah lu yak? Kosan lagi pada direnov, berisik banget kalo siang.

ANGGA

Mau langsung muter nyari kerja gua.

ARMAN

Nggak dari rumah aja?

ANGGA

Biar disangka kerja sama nyokap.

ARMAN

Lu nggak langsung kasih tau?

ANGGA

Gua nggak mau bikin dia kepikiran, Man. Gua lagi seneng liat nyokap akhirnya bisa berdamai sama keadaan sejak bokap meninggal.

Arman menganggukkan kepalanya.

Suasana hening sejenak sebelum dipecahkan oleh dering telefon handphone Angga.

Angga mengambil handphonenya dari kantong kemeja, terlihat nama sang penelpon di layar: NADINE, pacar Angga.

ANGGA (CONT’D)

Ya, Nad..

NADINE (O.S.)

I’m sorry to hear that.

ANGGA

It’s okay. Kamu lagi break?

NADINE (O.S.)

Iya, baru selesai masak buat lunch. Kamu lagi ngapain sekarang? Udah pulang?

ANGGA

Baru selesai makan, nih, bareng Arman. Abis ini langsung balik.

NADINE (O.S.)

Masih hidup dia? Mau ngomong dong!

Angga menyerahkan handphonenya ke Arman.

ANGGA

(berbisik)

Nadine, mau ngomong.

Arman mengambil handphone Angga, menaruhnya di telinganya.

ARMAN

Nad..

NADINE (O.S.)

(kegirangan)

ARMANNN APA KABARR?!

ARMAN

(terkekeh)

Baik, Nad. Kapan balik lu? Betah bener di Bandung.

NADINE (O.S.)

Belom tau,nih, Pak. Masih hectic banget di sini.

ARMAN

Kangen mie goreng gila, nih.

Angga tersenyum melihat keakraban itu.

NADINE (O.S.)

Hahaha, siap-siap. Entar balik langsung gua bikinin.

ARMAN

Asik! Yaudah, sehat-sehat lu di sana, yak.

NADINE (O.S.)

Oke, Man!

Arman menyerahkan handphonenya kembali ke Angga.

ANGGA

Yaudah, nanti aku telfon ya.

NADINE (O.S.)

Oki doki!

ANGGA

Bye..

NADINE (O.S.)

Bye!

Click! Angga mematikan handphonenya, menaruhnya kembali ke kantong kemejanya.

ARMAN

Kuat lu ye LDR.

ANGGA

Emang elu, pacaran sebulan-sebulan kayak nyicil motor.

ARMAN

Yeee, cari pasangan kan kudu yang pas bibit, bebet, bobotnya.

ANGGA

Alah, udah nggak valid itu. Lu aja terlalu picky.

Angga beranjak dari kursinya.

ANGGA (CONT’D)

(kepada Pak Wahid)

Berapa, Pak?

CUT TO:

INT. RUMAH ANGGA - RUANG KELUARGA - SIANG

Bu Ani sedang menonton televisi. Jam masih menunjukkan pukul 14:10. Dari depan terdengar suara motor berhenti di depan rumah dilanjutkan suara pagar yang dibuka.

ANGGA (O.S.)

Assalamualaikum!

Bu Ani kaget mendengar suara Angga. Dia balik badan melihat keluar jendela, memastikkan dirinya tidak salah dengar. Benar, itu Angga. Bu Ani beranjak dari sofa, menghampiri anaknya.

CUT TO:

EXT. RUMAH ANGGA - TERAS - CONTINUOUS

Angga mencuci tangannya dengan dispenser galon yang ditaruh di teras semenjak pandemi COVID-19. Bu Ani membuka pintu, menemui Angga.

BU ANI

Tumben udah pulang jam segini kamu?

ANGGA

Abis survei pabrik, Bu. Selesai cepet, jadi bisa langsung pulang.

Kita tau dia berdalih. Tapi itu tampak meyakinkan. Dia tidak terbata-bata seolah sudah disiapkan sepanjang jalan pulang.

BU ANI

Oh.

Click! Angga mematikan galon, kemudian menghampiri ibunya, hendak salim.

BU ANI (CONT’D)

Semprot dulu.

Angga langsung mengangkat kedua tangannya ke atas. Bu Ani mengambil botol spray berisi cairan desinfektan kemudian menyemprotkannya ke seluruh badan Angga.

BU ANI (CONT’D)

Muter.

Angga berputar, meniru gerakan penari balet.

Bu Ani memastikan seluruh bagian tubuh Angga tersemprot.

BU ANI (CONT’D)

Dah.

Angga salim dan langsung beranjak masuk ke dalam rumah.

BU ANI (CONT’D)

Langsung mandi, Ngga, jangan masuk kamar dulu.

Bu Ani melihat sekeliling rumah sebentar sebelum kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

INT. RUMAH ANGGA - DAPUR - MALAM

Bu Ani menuangkan semangkuk dendeng balado ke dalam wajan. Diaduknya asal hanya untuk dipanaskan.

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN--

Semangkuk dendeng balado disajikan Bu Ani di atas meja makan.

ANGGA

(mengusap kedua tangan)

Wuihhh.

Angga hendak mengambil makanan duluan, tiba-tiba sendoknya dihadang oleh sendok Anggika.

ANGGIKA

Aku dulu.

Angga mengalah.

BU ANI

(kepada Angga)

Bu Tejo titip salam tadi buat kamu. Disuruh main kapan-kapan. Syamsil ternyata temen kecil kamu, ya? Lupa Ibu.

ANGGA

Syamsul, Bu. Syamsil, mah, nggak pernah keluar rumah.

BU ANI

Oh iyah.

Angga hendak mengambil makanan.

ANGGA

Ibu mau duluan?

BU ANI

Kamu dulu.

Angga mengambil makanannya.

BU ANI (CONT’D)

Si Syamsil itu ternyata KKN di Jogja juga, loh. Dua bulan. Lebih lama dari kamu dulu.

ANGGA

Aku cuma sebulan, tapi ditelfonin mulu, kayak anaknya bakal ilang aja.

Bu Ani hanya tersenyum sambil mengambil makanannya.

ANGGIKA

Bang, jadinya kapan daftarin aku kuliah?

Angga tertegun. Kali ini dia belum menyiapkan dalihnya.

ANGGA

Eeeh, minggu depan ya. Abang masih banyak kerjaan di kantor.

ANGGIKA

Janji ya? Bosen nih udah tiga bulan di rumah mulu.

ANGGA

Iya.

BU ANI

Dah, ayo makan dulu, nanti lagi ngobrolnya.

INT. RUMAH ANGGA - RUANG KELUARGA - BEBERAPA JAM KEMUDIAN

Bu Ani duduk di sofa, sedang menonton siaran berita di TV.

Angga tiba-tiba keluar dari kamarnya yang berdepanan dengan ruang keluarga, membawa gelas. Dia menemui ibunya yang belum tidur.

ANGGA

Belum tidur, Bu?

BU ANI

Ini.. Ibu lagi ngeliat perkembangan Covid, naik terus loh angkanya.

Angga menghampiri ibunya, duduk di sebelahnya. Dia ikut menyimak berita di TV.

ANGLE ON TV

PENYIAR

Kita beralih ke berita selanjutnya.

(beat)

Covid-19 mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, tak heran ratusan orang rela antri menunggu berjam-jam di tepi jalan dan berdesakkan demi bisa memasukkan lamaran kerja di sebuah restoran yang membuka lowongan pekerjaan di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Siaran berita itu kemudian memutarkan video kejadian di lapangan, beriringan dengan laporan berita.

PENYIAR (V.O.)

Antrian panjang para pencari pekerjaan tampak mengular di depan sebuah restoran di jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kamis sore.

Bu Ani melongo.

BU ANI

Masya Allah, tadi sore ini.

ANGLE BACK ON TV

PENYIAR (V.O.)

Mereka rela berdiri lama dan kepanasan demi bisa memasukkan lamaran pekerjaan. Banyak yang mengaku kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.

BU ANI

(masih melihat ke TV)

Bersyukur kamu, Ngga, masih punya kerjaan. Nggak kebayang capeknya ngantri sepanjang itu. Mana lagi Covid begini. Ngeri, hih.

On Angga, yang tampak justru seperti melihat sebuah kesempatan, destinasi pertamanya untuk melamar pekerjaan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar