Halaman ini mengandung Konten Dewasa. Jika usia kamu dibawah 18 tahun, mohon untuk tidak mengakses halaman ini
Fitur ini untuk akun Premium
Upgrade ke premium untuk fitur lengkap Kwikku
Baca karya premium
Lebih banyak diskon
Fitur lebih banyak
Waktunya berkarya
Jangan tunggu nanti tapi sekarang. Hari ini menentukan siapa kamu 5 sampai 10 tahun kedepan
Hallo Author
Kunjungi halaman author untuk memublikasikan karyamu di Kwikku, mulai dari Novel, Webtoon, Flash Fiction, Cover Book, dan Skrip Film
Kami mencoba menghargai author dari tindakan "Pembajakan", dan kami juga mengharapkan Anda demikian
Paket Berlangganan
Dengan menjadi bagian dari pengguna berlangganan. Kamu bisa mengakses berbagai manfaat yang kami berikan. Selain itu kamu juga bisa membaca ribuan cerita berbayar (yang berpartisipasi) tanpa perlu biaya tambahan
Kamu akan diarahkan ke Aplikasi Kwikku...
Unduh kwikku untuk akses yang lebih mudah
Scan untuk mengakses karya atau profil secara langsung.
Setelah jadi korban PHK massal dan melewati rangkaian drama susah cari kerja di masa pandemi COVID-19, Angga membangun sebuah kedai makanan bersama kekasihnya, Nadine yang merupakan seorang koki. Di tengah perjuangan merintis kedainya, hutang bernilai ratusan juta tiba-tiba melilit Angga.
Di ambang keputusasaan, Angga dipertemukan dengan sebuah kompetisi memasak antar kedai berhadiah satu miliar. Kompetisi itu jadi harapan Angga satu-satunya untuk menyelamatkan hidupnya.
Premis
Tentang seorang tulang punggung keluarga yang harus berhadapan dengan hutang bernilai ratusan juta di tengah perjuangannya merintis sebuah kedai makanan setelah menjadi korban PHK massal akibat pandemi COVID-19.
Pengenalan Tokoh
Pandemi COVID-19 menyerang Indonesia. Ribuan orang terinfeksi, sebagian diantaranya kehilangan nyawa. Berbagai sektor usaha lumpuh. Puluhan ribu karyawan kehilangan pekerjaan akibat PHK massal, salah satunya Angga (27) yang bekerja di sebuah perusahaan travel.
Angga adalah sulung yang kini menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya meninggal karena sebuah kecelakaan. Dia tinggal di sebuah rumah sederhana bersama Ibunya, Bu Ani (59), yang hobi masak dan adik perempuannya, Anggika (18) yang akan segera melangkah ke perguruan tinggi.
Sepulangnya dari kantor, Angga memutuskan tidak memberi tahu bahwa dirinya baru saja kena PHK, tak ingin membuat ibu dan adiknya khawatir. Tapi keputusan itu justru membuatnya tambah pusing ketika Anggika menagih janji Angga yang mau menguliahkannya di salah satu univesitas ternama di Jakarta. Angga hanya bisa berdalih dan berfikir seadanya bahwa dia akan mendaftarkan Anggika minggu depan.
Keesokannya Angga berangkat pagi seperti biasa. Bukan untuk kerja, tapi untuk cari kerja. Sayangnya, tidak semudah itu mencari pekerjaan di masa pandemi. Kebanyakan perusahaan yang didatangi Angga tidak membuka lowongan. Sekalinya ada, antrian pelamarnya mencapai ribuan.
Hari demi hari berlalu. Angga sudah memasukkan lamarannya ke puluhan perusahaan, tapi tidak kunjung mendapat panggilan. Di tengah keputusasaannya, Arman (28), seorang sahabat dan rekannya dulu di kantor (yang juga kena PHK), memberi wejangan agar Angga memberi tahu dan meminta do"a ibunya. Angga awalnya menolak. Tapi dia diyakinkan di tengah kelelahan ketika melihat sebuah rumah makan Padang bernama: DO"A IBU.
Angga akhirnya memberanikan diri. Dia sudah duduk di depan Ibunya yang sedang membaca surat PHK-nya. Angga cemas menunggu reaksi sang Ibu. Selesai membaca surat itu Bu Ani menatap Angga yang menundukkan kepala di depannya. Secara mengejutkan, Bu Ani memegang tangan anaknya, melontarkan satu kata penenang jiwa: "Gapapa."
Di tengah menunggu panggilan interview kerja, Angga dipertemukan dengan Uda Buyung, kakak Ibunya. Mereka ngobrol, sampai Angga menceritakan bahwa dia jadi korban PHK. Prihatin dengan keadaan Angga, Uda Buyung menawarkan salah satu ruko miliknya untuk dipakai Angga membuka usaha. Kesempatan itu sudah di depan mata, tapi Angga menolaknya karena belum siap modal dan belum terpikir mau buka usaha apa. Dia juga tidak mau melibatkan Ibunya kalau harus membuka usaha, khawatir kelelahan. Tapi Uda Buyung meninggalkan Angga dengan tawaran terbuka yang sewaktu-waktu boleh diambilnya.
Rezeki memang tidak ke mana. Begitu Uda Buyung pergi, sebuah telfon berdering di handphone Angga. Itu adalah panggilan training di salah satu cabang McDonalds. Angga langsung memberi tahu kabar bahagia itu ke Ibunya. Do"a Ibu memang manjur.
Kehilangan pekerjaan membawa Angga mulai memasuki dunia kuliner.
Angga menjalankan training selama dua hari. Di training ini dia dipertemukan oleh Rika (19), lulusan sekolah Tata Boga yang sedang gap year karena belum mampu membayar biaya kuliah.
Training hari pertama berjalan lancar tanpa hambatan. Paling cuma kena tegur manager karena duduk-duduk sebelum jam istirahat, padahal lagi mau tarik nafas habis buang bak sampah. Training hari kedua adalah yang terseru, karena Angga ditempatkan di kitchen kali ini. Angga terkesima begitu dibawa ke dalam dapur McD. Dia melihat proses pembuatan berbagai menu McD, mulai dari ayam, french fries sampai hamburger. Dia terbelalak melihat betapa sibuknya dapur itu, melihat para kru yang bolak-balik membuat menu dengan gesitnya.
Tapi, sebuah bencana tiba. Menjelang menit-menit akhir training hari keduanya, Angga ditugaskan mengantar pesanan ke sebuah meja, table service. Angga terlalu fokus melihat tujuannya hingga tidak melihat papan penanda lantai basah. Di tengah jalan, dari arah kanan, terdengar suara piring pecah. PRANG! Angga reflek menengoknya sambil terus berjalan. Langkahnya semakin dekat dengan papan penanda itu, dan benar saja, GUBRAK! Angga menabrak papan itu, membuatnya terpleset dan melepas nampannya hingga terlempar ke seorang wanita. Wanita itu kuyup ketumpahan minuman yang dibawa Angga. Dia marah-marah hingga membuat kisruh hari itu.
Setelahnya Angga dipanggil ke ruangan manager, diberi peringatan. Citranya keburu buruk bahkan sebelum resmi bekerja di sana. Tiga hari dia disuruh menunggu, namun panggilan itu tak kunjung datang. Perasaannya benar, dia tidak diterima.
Angga galau, meratapi fakta sulitnya cari kerja di masa pandemi ini. Tiba-tiba Ibunya mengingatkan soal ruko yang ditawarkan Uda Buyung, membuat Angga kembali memikirkan tawaran itu. Dia akhirnya curhat ke pacarnya, Nadine (27), yang merupakan seorang sous chef di sebuah hotel ternama di Bandung. Ya, mereka LDR. Sudah dua tahun. Nadine tentu mendukung niat Angga yang mau buka usaha sendiri. Terlebih, Angga mengatakan berencana membuat kedai makanan.
Niat Angga sotoy mau belajar masak dari YouTube dulu. Tapi keesokannya sosok tak terduga berdiri di depan pagar rumah Angga: Nadine, yang membawa kabar mengejutkan sekaligus menyenangkan. Nadine keluar dari restoran itu, sehari setelah Angga menyatakan niatnya membuka kedai makanan. Dia mau mengejar impian terbesarnya, yakni menjalankan restorannya sendiri.
Angga dan Nadine akhirnya sepakat bergabung. Angga memegang bisnis berdasarkan pengalamannya sebagai marketing di perusahaannya dulu, sementara Nadine memegang bagian makanannya. Sadar tidak mungkin hanya berdua, mereka mengajak Arman yang kebetulan masih nganggur.
Tapi masalah baru muncul. Posisi ruko milik Uda Buyung ternyata berdepanan dengan sebuah rumah makan Padang populer. Pasalnya, menu yang sudah disiapkan Nadine juga menu-menu Padang. Tapi Nadine kemudian meyakinkan bahwa mereka bisa. Angga hanya bisa manut, tak punya pilihan.
Angga akhirnya menjual motornya untuk modal usaha. Dibangunlah sebuah kedai bernama Rice to Meet You, hasil modal gabungan Angga, Nadine dan Arman. Anggika terlibat di dalamnya mengurus branding kedai. Dia membuat display foto, packaging hingga logonya. Kedai itu dibuat seproper mungkin, menciptakan kesan profesional.
Rice to Meet You akhirnya berjalan. Awalnya sepi. Tapi Angga mengerahkan segala cara untuk membuat kedainya ramai. Salah satunya dengan mengendorse selebgram, yang baru kepikiran setelah kedai sepi tujuh hari berturut-turut. Perlahan-lahan endorse menunjukkan pengaruhnya. Kedai berangsur-angsur ramai. Semakin ramai. Dan RAMAI! Hingga Nadine menyarankan Angga untuk merekrut satu orang lagi untuk membantunya memasak. Satu sosok yang langsung terlintas di kepala Angga adalah: Rika, yang ditemuinya saat training itu. Kebetulan, Rika juga tidak diterima kerja di McD. Bergabunglah dia dengan Angga.
Begitu ramainya Rice to Meet You hingga mengundang seseorang dari rumah makan Padang depan mendatanginya. Angga menyambutnya ramah seperti customer lain, tapi Nadine terkejut begitu melihat orang itu. Dia adalah Chef Raka, mantan executive chef atau kepala chef Nadine dulu di hotel, orang yang bertindak meracik resep dan memimpin kitchen. Bisa dibayangkan seberapa hebat dia.
Suatu hari, sebuah orderan besar masuk, mengagetkan seluruh kru. Itu adalah pesanan sebanyak 200 porsi Nasi Geprek Bumbu Rendang. Pesanan itu berhasil diselesaikan dengan mulus oleh Angga dan kawan-kawan. Hanya saja, agak mengherankan ketika orang yang menjemput pesanan itu izin untuk memfoto kedai Angga. Tapi Angga mengizinkannya.
Setelah hari itu Angga pulang ke rumah. Di tangannya dia sudah membawa sebuah kotak besar berisi oven baru yang sempat dia janjikan kepada Ibunya jika berhasil keterima kerja. Dia mencari Ibunya ke sekeliling rumah, memanggilnya namun tidak ada jawaban. Angga akhirnya menuju dapur. Betapa kagetnya dia ketika melihat Ibunya sudah terkapar di lantai. Angga panik dan langsung membawa Ibunya ke rumah sakit. Namun takdir berkata lain. Bu Ani terkena serangan jantung dan sudah terlambat untuk diselamatkan. Kejadian yang tak diduga Angga akan secepat itu. Pandangan Angga kebanyakan kosong dari jalan pulang pemakaman hingga selesai pengajian di rumahnya. Dia terpukul.
Hari itu berlalu. Angga tertidur di meja makan setelah menangis semalaman. Suara bel rumah membangunkannya. Angga beranjak, ditemuinya orang itu yang ternyata adalah orang yang beberapa kali sempat datang ke rumahnya menemui Ibunya. Orang yang dibilang Ibunya petugas asuransi itu ternyata adalah seorang debt collector. Dia mengungkap pada Angga bahwa ayahnya punya hutang sebesar 764 juta. Ibunya selama ini menahan hutang itu dengan menggadaikan seluruh perhiasannya. Kini, hutang itu harus dilunaskan dalam waktu satu bulan. Rumah Angga akan disita jika dalam waktu satu bulan tidak bisa melunasinya.
Angga pusing, bak habis jatuh tertimpa tangga, mau bangkit diseruduk banteng.
Beberapa hari memutar otak bersama Arman dan Nadine, Angga tiba-tiba teringat iklan yang pernah ditontonnya, iklan kompetisi memasak antar kedai di sebuah stasiun TV. Angga mencari iklan itu di YouTube, menemukan bahwa kompetisi itu berhadiah satu miliar rupiah dan pendaftarannya ditutup dua hari lagi. Belum diminta, Nadine langsung menyanggupi untuk mengikuti kompetisi itu.
Angga dan Nadine akhirnya mengikuti audisi. Kedai mereka diumumkan lolos dan akan bertarung di kompetisi memasak itu. Mereka melihat beberapa kedai yang bakal jadi saingan mereka dan terkejut ketika melihat nama rumah makan Padang Chef Raka. Seketika mereka jiper.
Kompetisi berlangsung. Masing-masing kedai diwakili dua orang, Rice to Meet You menurunkan Nadine dan Rika sebagai perwakilannya. Babak demi babak dilewati. Nadine benar-benar bersaing ketat dengan Chef Raka, tapi dia berhasil mendominasi kemenangan. Hingga kompetisi itu akhirnya menyisakan Rice to Meet You dan rumah makan Padang Chef Raka sebagai grand finalis.
Tapi rencana tidak berjalan semulus itu. Beberapa hari jelang grand final, Nadine dinyatakan positif COVID-19, sehingga dia tidak bisa lanjut bertarung di kompetisi itu. Angga sempat bingung, tapi di benaknya menyerah bukan pilihan. Dia memberanikan diri untuk menggantikan Nadine di kompetisi itu. Lawan Chef Raka jadi semakin mudah: Angga yang tidak ada basic memasak dan Rika yang notabene hanya lulusan sekolah Tata Boga.
Grand final pun dimulai. Angga mempercayakan Rika untuk membimbingnya. Diluar dugaan, babak final ternyata sepuluh kali lebih sulit. Mereka harus menentukkan masakan yang akan mereka buat dengan melemparkan jarum ke Roulette of Fate, yang terdapat beberapa nama daerah di Indonesia. Setelah itu mereka harus membuat menu tiga babak dari daerah yang terpilih. Jarum Angga mendarat di Aceh. Rika bingung karena dia belum pernah memasak makanan Aceh sebelumnya. But the show must go on.
Rika hanya mengandalkan instingnya berdasarkan beberapa makanan Aceh yang pernah dicobanya. Sepanjang memasak tampak jelas Angga dan Rika kesulitan, sementara Chef Raka dan rekannya yang sudah profesional tampak rapih dalam mengerjakan masakan mereka. Dan TENG! Waktu selesai. Para juri mencicipi makanan peserta. Angga dan Rika sedikit pede karena menurut mereka masakan yang mereka buat enak.
Dan sampailah pada pengumuman pemenang. Para juri satu persatu mengangkat papan skor mereka. Kedai Chef Raka unggul dengan perolehan poin keseluruhan 569 poin. Giliran, Rice to Meet You, yang setelah diakumulasi ternyata hanya mendapatkan 565 poin. Mereka kalah dengan selisih empat poin. Selamat tinggal satu miliar.
Angga akhirnya tidak bisa melunasi hutang itu. Rumahnya terpaksa disita dan Angga pindah ke sebuah kontrakan bersama Anggika. Tiga minggu kemudian, Angga sudah mulai berdamai dengan keadaannya. Kedai mulai berjalan normal, Nadine sudah kembali bekerja.
Suatu hari, seseorang dengan setelan jas datang ke kedai, mau menemui Angga. Dia adalah Derry (48), seorang pengusaha. Derry datang membawa tawaran investasi untuk ekspansi Rice to Meet You. Derry mengaku sebagai pendukung Rice to Meet You saat kompetisi antar kedai itu. Dia menyebut kedai Angga punya potensi meski masih baru, dan mengungkap bahwa dia adalah orang yang memesan 200 porsi Nasi Geprek Bumbu Rendang waktu itu.
Tawaran investasi itu disambut baik oleh Angga dan para kru Rice to Meet You. Angga akhirnya menandatangani surat kesepakatan kerjasama. Pada Februari 2021, kedai Rice to Meet You sukses dengan 30 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebulan kemudian Angga bisa melunasi hutang ayahnya. Rumah lamanya kembali dan dia juga bisa menguliahkan Rika bersama Anggika. Tamat.