Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
126. EXT. LORONG SEKOLAH - PAGI
Bina berjalan di sepanjang lorong. Orang-orang kini memperhatikan wajahnya dan menjelajah tubuhnya dengan lebih detail seolah dia sedang berjalan telanjang. Beberapa malah memperhatikan sambil menoleh ke ponselnya, seolah mereka sedang membandingkan sesuatu. Bina merasa risih. Dia tidak tahu sampai mana gosip itu berkembang setelah video itu beredar di sekolahnya.
Ferdian, Eksa, dan Gilang sedang berdiri sebuah persimpangan. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu. Lalu ketika Bina mendekat, mereka berhenti bicara. Mereka memandangi Bina seolah Bina sedang berjalan tanpa busana.
Tidak berhenti di sana, mereka bahkan ikut berjalan bersama Bina. Mereka mengiringi langkah Bina.
Suara Ferdian tidak cukup pelan, Bina bisa mendengarnya.
Mereka tertawa. Bina benar-benar ketakutan. Ketika itu dia melihat Billy tidak jauh dari tempatnya berdiri. Lelaki itu sedang bersama Doni. Doni berbisik kepada Billy. Billy menoleh dan melihat Bina. Tatapan mereka bertemu. Sebuah kebencian bisa Billy rasakan dari wajah Bina. Tapi lebih besar dari itu semua adalah rasa takut. Bina marah dan takut bersamaan.
FADE OUT.
127. INT. KANTIN - PAGI MENJELANG SIANG
Bina berjalan ke arah kantin. Pandangan orang-orang tidak pernah jauh darinya.
FADE OUT.
128. INT. KELAS XII BAHASA - SIANG
Jam istirahat sekolah. Bina duduk sendiri di kelas. Orang- orang terlihat membicarakan sambil sesekali menoleh ke arahnya.
FADE OUT.
129. INT. KELAS XII BAHASA - PAGI MENJELANG SIANG
Siska duduk di sebelah Bina. Mei tidak masuk. Bina tidak berani keluar kelas meski jam istirahat.
Dia duduk menemani Bina. Lucky beberapa kali menoleh memandanginya tanpa menyembunyikan bahwa dia sedang membandingkan Bina dengan apa yang dilihatnya di ponselnya.
DISSOLVE TO:
130. FLASHBACK. EXT. HALAMAN SEKOLAH - SIANG
Bina sedang berjalan menuju gerbang bersama beberapa teman sekelasnya, termasuk juga Mei dan Siska. Tapi dia agak menyendiri seolah tidak mengenal teman-temannya. Seorang lelaki bersama dua orang teman perempuan tiba-tiba memhampirinya.
Bina menoleh sekilas dengan wajah bertanya maksudmu. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia mempercepat langkahnya.
Siska menjambak rambut lelaki itu.
Mei menunjuk-nunjuk wajah lelaki itu
Lelaki itu sudah akan marah, namun begitu menyadari bahwa Siska yang menjambak rambutnya, dia diam saja. Siska lantas mendorong lelaki itu ke arah teman-temannya. Lelaki dan kedua temannya tampak ketakutan ketika Siska sudah akan mendatangi mereka. Tapi Mei berhasil menahannya.
(Flashback berakhir)
BACK TO:
131. INT. RUANG KELAS XII BAHASA - BERLANJUT
Siska memperhatikan Lucky yang berkali-kali menoleh memandangi Bina sambil mengecek layar ponselnya.
Lucky mengacuhkan Siska dan kembali melihat ponselnyanya.
Bina menggigil. Dia memeluk kedua tangannya seperti orang kedinginan. Siska memeluknya.
FADE OUT.
132. INT. KAMAR BINA - PAGI
Kita melihat pintu. Tante Sophie mengetuk pintu kamar Bina. Bina tidak menyahut. Dia duduk sambil terus membekap diri dalam selimut di lantai. Rambut dan wajahnya tampak kusut. Kamarnya terlihat berantakan seperti tidak disentuh peradaban. Lalu kita melihat sebuah silet cutter terbuka setengah tergeletak di atas meja.
Bina tidak menjawab. Dia menatap pintu dengan wajah tegang.
Bina bisa mendengar langkah tante Sophie menjauhi pintu kamarnya.
133. INT. RUANG TAMU RUMAH TANTE SOPHIE - BERLANJUT
Tante Sophie duduk di sofa. Wajahnya terlihat khawatir. Dia tahu ada yang salah dengan Bina. Tapi dia tidak tahu itu apa. Dia teringat beberapa hari yang lalu Lingga dan temannya datang.
DISSOLVE TO:
134. FLASHBACK. INT. RUANG TAMU RUMAH TANTE SOPHIE - SORE
Lingga bersama Mei mendatangi rumah tante Sophie. Keduanya menjenguk Bina yang dua hari tidak masuk. Bina menemui mereka di ruang tamu. Ketiganya tidak banyak bicara. Bina tampak begitu kusut. Dia juga seperti membangun benteng yang tidak bisa ditembus oleh Lingga dan Mei. Meski beberapa kali dia terlihat senyum, tampak betul di mata Sophie bahwa senyum itu tidak datang dari hati.
Bina mengantar Lingga sampai pintu ruang tamu. Setelah teman- temannya pergi. Wajahnya kembali pucat. Dia tampak sangat ketakutan.
(Flashback berakhir)
BACK TO:
135. INT. DEPAN KAMAR BINA - BERLANJUT
Tante Sophie berinisiatif mencari tahu masalah apa yang sedang terjadi pada Bina. Dia menelepon Lingga.
Tante Sophie menghela napas panjang. Wajahnya tampak ragu. Dia mengambil ponsel dan melakukan sebuah panggilan.
136. INT. KAMAR BINA - BERLANJUT
Bina mengintip dengar apa yang dipercakapkan oleh tante Sophie ditelepon. Telinganya dia tempelkan di pintu kamar.
DISSOLVE TO:
137. FLASHBACK. INT. RUANG TAMU RUMAH HERU (TEMPAT TINGGAL FERI) - MALAM
Suasana ruang tamu tampak tegang. Feri dan Bina terlibat pertengkaran.
Feri diam. Dia seperti kehabisan kata-kata.
Feri diam seperti mencari-cari kata di kepalanya. Lalu menarik napas panjang dan melunakkan nada bicaranya.
Bina tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Feri. Dia mundur tiga langkah sebelum balik badan. Feri menangkap dan menahan tangan Bina.
Tapi Bina tidak peduli. Dia berjalan keluar. Dan menghilang dari pandangan Feri.
(Flashback berakhir)
BACK TO:
138. INT. KAMAR BINA - BERLANJUT
Bina menangis. Dia menutup wajahnya dengan tangan dan berusaha menahan suara tangisnya agar tidak keluar. Bayangan ketakutan memenuhi wajahnya. Dia menoleh, melihat silet cutter di atas meja kamarnya. Matanya merah dan berkaca-kaca. Tatapannya terpaku pada silet itu.
FADE OUT.
139. INT. DEPAN KAMAR BINA - PAGI
Tante Sophie mengetuk pintu kamar Bina. Tidak ada jawaban. Dia mengetuk agak keras dan hampir menggedor. Tidak ada jawaban. Dia menggedor lebih keras dan tetap tidak ada jawaban. Wajahnya mulai ketakutan.
Tante Sophie memasukkan kunci cadangan. Tangannya gemetar. Beberapa kali kuncinya meleset. Lalu ketika kuncinya masuk, dia tidak bisa membukanya. Tante Sophie berteriak. Dia menggedor, lalu mendobrak pintu. Tidak ada reaksi. Dia menelepon seseorang.
140. INT. DEPAN KAMAR BINA - BERLANJUT
Seorang lelaki paruh baya mendobrak pintu kamar. Tante Sophie dan lelaki itu masuk.
141. INT. KAMAR BINA - BERLANJUT
Kamar itu begitu berantakan. Bina terbaring di lantai. Darah kental menggenang di lantai, membasahi selimut, dan seolah menggantikan selimut, darah itu menyelimuti tubuh Bina. Air mata menetes di pipi Sophie. Dia mendengar apa yang Bina katakan dulu. Tante Sophie menangis.
FADE OUT.
142. INT. PEMAKAMAN UMUM - SORE
Orang-orang datang mengantar jenazah Bina ke peristirahatan terakhirnya. Ibu dan ayahnya Bina menangis sesengukkan. Tante Sophie juga menangis. Ada beberapa teman sekolahnya terlihat. Feri, Lingga, Mei, Siska, bahkan Ferdian. Lalu ada beberapa anak basket. Lalu ada juga Lucky. Wajah mereka datar. Tidak menyisakan apa-apa. Mereka tidak terlihat sedih. Lalu mereka satu per satu pergi. Menyisakan orang tua Bina, Lingga, dan Tante Sophie. Ibunya masih menangis memeluk tanah dan ayahnya menarik wanita itu supaya berdiri. Lingga menatap orang tua Bina sebelum kemudian balik badan.
Bina berdiri di bawah pohon kamboja tidak jauh dari tubuhnya disemayamkan.
DISSOLVE TO:
143. FLASHBACK. DEPAN SEKOLAH - SIANG
Di bawah pohon Bina menunggu jemputannya. Orang-orang memperhatikan Bina dan terus membicarakannya. Feri lewat bersama Heru, Niki, Doni, dan Billy. Mereka tertawa-tawa. Feri menoleh ke Bina lalu membuang muka. Doni bersiul. Niki berbisik ke Heru. Dan Heru tertawa.
Niki dan Heru mendorong Doni. Mereka kembali tertawa. Bina menunduk. Lalu menoleh ke arah Feri. Feri berusaha tidak melihatnya. Billy melihat Bina. Mata mereka bertemu. Billy seperti melihat Bina dengan tatapan sedih dan peduli. Peduli? Bina ragu. Lalu Doni merangkul Billy. Bina kembali menunduk.
Bina menoleh. Lingga tersenyum.
Bina mengangguk.
Bina menatap Lingga penuh tanda tanya.
Bina tertegun mendengar apa yang dikatakan Lingga. Lingga malu ketika menyadari apa yang dikatakannya.
Jemputan Lingga datang.
Lingga meninggalkan Bina. Lalu dia balik badan. Sambil berjalan mundur dia berkata.
Bina agak terkejut. Lingga tersenyum. Lalu membalik badannya, masuk ke mobil. Bina menunduk, berbisik pelan hingga dia dan angin yang mendengar apa yang dia katakan.
(Flashback berakhir)
FADE OUT.
144. INT. DEPAN KAMAR BINA - PAGI
Tante Sophie mengetuk pintu kamar Bina. Tidak ada jawaban. Dia mengetuk lebih keras dan hampir menggedor. Tidak ada jawaban. Dia menggedor lebih keras dan tetap tidak ada jawaban. Wajahnya mulai ketakutan.
Tante Sophie berlari berusaha memasukkan kunci cadangan. Tangannya gemetar. Beberapa kali kuncinya meleset. Lalu ketika kuncinya masuk, dia tidak bisa membukanya. Tante Sophie berteriak. Dia menggedor, lalu mendobrak pintu. Tidak ada reaksi. Dia menelepon seseorang. Tiba-tiba terdengar suara kunci. Bina membuka pintu. Tante Sophie terkejut. Wajah Bina begitu pucat. Tapi matanya tampak berbeda. Sekelebat semangat tampak di matanya.
Bina tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Tante Sophie memeluknya.
Bina tampak terisak. Dia sudah akan menangis. Dia berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menangis. Lalu dia memeluk Tante Sophie erat-erat.
Kita melihat wajah Tante Sophie tersenyum bangga.
***Selesai***