Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
21. EXT. DEPAN MINI MARKET - SORE
Bina turun dari mobil. Tantenya, Sophie, menurunkan kaca mobil. Wajah cantik wanita menjelang 40 tahun, lajang, berkacamata hitam, menyembul dari jendela.
Bina mengangguk, melangkah dengan malas menuju pintu mini market.
22. INT. MINI MARKET - BERLANJUT
Tercium aroma pembersih lantai. Lantainya bersih putih mengkilat. Ruangannya teramat terang. Pengunjung lumayan banyak. Bina mengumpulkan barang di keranjang belanja. Wajahnya tidak bergairah. Dia lebih banyak menunduk. Lalu dia berjalan ke mesin penjual kopi otomatis. Ketika dia memencet tombol bertuliskan black coffee (hot), tidak ada yang keluar. Wajahnya kelihatan bingung. Dia menoleh ke kiri dan kanan seperti mencari-cari sesuatu.
23. INT. MINI MARKET (DEPAN KASIR) - BERLANJUT
Bina kaget menemukan seseorang yang dikenalnya di meja kasir sedang melayani pelanggan. Laki-laki itu bertopi dan berseragam, tapi wajahnya tampannya tidak bisa disembunyikan.
Bina terkesima. Feri kerja di sini mengejutkannya. Anak SMA sekolah sambil bekerja, dan anak SMA itu adalah Feri yang dikenal berandalan, agak sombong, dan (katanya) tukang bully.
Feri berjalan ke arah mesin kopi. Bina mengikuti.
Feri memukul bagian kanan mesinnya, lalu meminta gelas kopi di tangan Bina.
Bina memberikan gelas kopi ke Feri. Feri menempelkan gelas kopi dan mesin kopi otomatis bekerja. Cairan hitam baruap keluar dari mesin. Setelah cukup, Feri memberikan gelas kopi itu pada Bina.
Bina menggeleng. Feri berjalan kembali ke kasir meninggalkan Bina.
Feri tidak mendengar. Sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.
24. INT. KANTIN SEKOLAH - PAGI
Kantin itu penuh. Orang-orang berlalu lalang. Ada yang duduk. Ada yang berdiri. Ada yang mengantri membeli makan. Antrian itu panjang sampai ke Bina dan Mei. Bina tampak gelisah. Dia lebih banyak menunduk melihat ke arah ujung sepatunya.
Setelah memesan makanan, Bina dan Mei berjalan ke arah meja tempat Siska menunggunya. Orang-orang di kantin melihat ke arah mereka.
Bina memandangi sekeliling. Dia tampak seperti kucing malu- malu yang mengincar makanan di meja makan. Matanya terus menjelajah cepat, mencari apakah ada orang-orang yang sedang membicarakannya. Lalu matanya terhenti pada sekelompok lelaki bertubuh atletis. Lelaki paling besar dan berdandan paling necis itu bernama Heru (18 tahun). Di sebelahnya seorang lelaki barambut sangat pendek hampir botak dan tampak bengal bernama Doni (18 tahun). Doni baru saja mendorong-dorong seorang lelaki. Lelaki itu hampir jatuh. Heru tertawa. Doni tampak puas. Teman-teman mereka yang lain ikut tertawa.
Lelaki yang didorong tersenyum. Tapi kita bisa melihat jelas bahwa senyum itu dipaksakan.
Saat Bina sedang melihat kejadian itu, Heru melihat ke arahnya. Dia melihat Bina yang sedang melihat apa yang dia lakukan. Bina seperti kucing yang ketahuan mencuri. Wajah Bina langsung pucat.
25. EXT. KANTIN SEKOLAH - BERLANJUT
Bina dan Mei duduk bersebelahan. Di depan mereka, Siska duduk sendirian. Siska menangkap samar percakapan Mei dan Bina.
Bina tersenyum kecut dan langsung menyedot milkshake miliknya.
26. EXT. KANTIN SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Mereka baru menyelesaikan makan. Lingga datang menghampiri.
Tanpa menunggu jawaban Siska, Lingga duduk di sebelah.
Lingga tersenyum malu sambil mengelus kepala belakangnya.
Siska berdiri
Bina mengeluarkan isi dompetnya.
Siska menunjukkan jari tengah ke arah Mei. Mei tertawa.
Ferdian, Eksa, dan Gilang lewat di sebelah bangku Bina, Lingga, dan Mei duduk. Mereka menoleh bersamaan. Ferdian dkk tersenyum ke arah mereka. Di belakangnya ada Billy, menatap tajam ke arah Bina, lalu melempar senyum genit ke arah Mei.
Bina kehilangan senyum, berusaha mengalihkan perasaan tak menyenangkan.
Mei tertawa. Bina tak bisa menahan senyumnya.
27. EXT. LORONG SEKOLAH - SIANG
Bina, Mei, dan Siska berjalan di lorong sekolah. Mereka berpapasan dengan Feri dan dua orang lelaki: Heru dan Doni. Dilihat lebih dekat, Heru semakin terlihat tinggi. Rambutnya Rapi berbelah pinggir. Di sebelahnya ada Doni yang secara postur badan agak mirip dengan Heru. Keduanya membuat Feri terlihat kecil.
Siska tidak menjawab dan terus berjalan lurus. Wajahnya bahkan tidak menoleh. Dia mempercepat langkahnya. Mei dan Bina agak kesulitan mengikuti. Bina menoleh sekilas dan melihat Heru memukul lengan Doni dan Feri tertawa. Feri kemudian menoleh ke arah Bina dan ekor mata mereka bertemu. Langkah Bina terhenti.
DISSOLVE TO:
28. FLASHBACK. INT. RUANG KELAS - SIANG
Gilang menendang pantat salah satu anak lelaki di kelas. Eksa dan Ferdian tertawa. Anak lain lewat, dibentak oleh Gilang dan Ferdian.
(Flashback berakhir)
BACK TO:
29. EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT
Bina menarik tatapannya dari Feri. Dia kembali melangkah. Dia mempercepat langkahnya, Mei dan Siska telah meninggalkannya sekitar 7-8 langkah di depan.
30. INT. MINI MARKET - SORE
Bina datang berbelanja. Dia menoleh, mencari-cari sesuatu. Dia mencari Feri. Tetapi Feri tidak di sana. Bina membayar belanjaannya dan pulang.
FADE OUT.
31. INT. MINI MARKET - MALAM
Bina mengambil sebotol minuman ringan. Wajahnya menoleh ke kiri dan kanan. Lalu dia berjalan ke kasir. Matanya mencari- cari seseorang.
Feri uncul tiba-tiba di belakang
Bina tersentak tiba-tiba ada orang di belakangnya. Lebih kaget lagi karena orang itu adalah orang yang dicari-carinya. Dia agak kelabakan ketika menjawab.
Wajah Bina bertanya: dari mana kamu tahu?
Bina tidak menjawab dan hanya menggeleng. Feri kembali berjalan ke arah gudang. Bina membayar di kasir dan wajahnya mencuri pada Feri yang sedang merapikan barang yang ditaruh dengan agak berantakan di dekat pintu gudang.
32. INT. KANTIN SEKOLAH - SIANG
Bina duduk bersama Lingga dan Mei di kantin. Kantin tidak terlalu penuh. Beberapa meja kosong. Feri datang tiba-tiba, menyeret bangku, bunyinya membuat orang-orang menoleh ke arahnya. Lalu dia duduk di sebelah Lingga, berhadapan dengan Bina. Mei dan Bina tampak terkejut.
Feri menatap wajah Bina yang sedang menatapnya. Bina membuang muka, tersipu malu. Lalu Feri menoleh ke Lingga.
Mei mengeja kata kawan yang diucapkan Lingga dengan penuh tanda tanya.
Feri berdiri dan menepuk bahu Lingga. Sebelum pergi, dia menoleh sekilas ke Bina. Bina jadi kikuk.
Setelah Feri pergi, Bina dan Mei menatap penuh tanda tanya ke Lingga.
Ketika menyebut kawan, kedua tangan Mei diangkat dan membuat gesture tanda kutip.
Mei menggeleng tidak percaya.
33. EXT. DEPAN SEKOLAH - MENJELANG SORE
Lingga melihat Bina sedang menunggu jemputan. Bina berdiri di bawah pohon pucuk merah. Lingga mendatanginya.
Sebuah telepon masuk ke ponsel Bina. Bina mengangkat.
Bina menutup telepon.
Bina mengangguk.
Lingga menangguk. Bina tampak ragu-ragu. Lingga tampak bersemangat.
Bina mengangguk. Lingga balik badan, memasang gesture seperti baru saja memenangkan pertandingan: kedua tangannya dikepalkan dan dia mengangkat satu kakinya. Bina menoleh melihatnya; tersenyum. Lingga juga menoleh dan melihat Bina sedang melihat ke arahnya. Dia malu dan mengelus kepala belakangnya.
34. INT - DALAM MOBIL AVANZA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bina duduk dengan kikuk. Lingga menyetir dengan tegang. Ruang tertutup membuat mereka kehilangan suara. Keduanya menatap lurus ke depan. Sesekali Bina menoleh ke Lingga. Lebih banyak menoleh ke sebelah kiri. Ke arah jendela, meratapi jalan.
Lingga bersenandung untuk mengusir tegang. Senandungnya sangat buruk dan tak jelas nadanya. Bina memulai percakapan.
Hening....
Lingga diam sejenak seperti memikirkan sesuatu.
Bina mengangguk.