Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Revenge Porn
Suka
Favorit
Bagikan
3. Feri #3

21.    EXT. DEPAN MINI MARKET - SORE

Bina turun dari mobil. Tantenya, Sophie, menurunkan kaca mobil. Wajah cantik wanita menjelang 40 tahun, lajang, berkacamata hitam, menyembul dari jendela.

 

SOPHIE
Jangan lupa kopi tante ya.

 

Bina mengangguk, melangkah dengan malas menuju pintu mini market.

 

22.    INT. MINI MARKET - BERLANJUT

Tercium aroma pembersih lantai. Lantainya bersih putih mengkilat. Ruangannya teramat terang. Pengunjung lumayan banyak. Bina mengumpulkan barang di keranjang belanja. Wajahnya tidak bergairah. Dia lebih banyak menunduk. Lalu dia berjalan ke mesin penjual kopi otomatis. Ketika dia memencet tombol bertuliskan black coffee (hot), tidak ada yang keluar. Wajahnya kelihatan bingung. Dia menoleh ke kiri dan kanan seperti mencari-cari sesuatu.

 

PENGUNJUNG LAKI-LAKI
Mesinnya memang sering macet. Minta tolong sama kasirnya, Dek.

 

BINA
Baik.
(berjalan ke arah kasih, balik badan)
Eh, terima kasih.

 

23.    INT. MINI MARKET (DEPAN KASIR) - BERLANJUT

Bina kaget menemukan seseorang yang dikenalnya di meja kasir sedang melayani pelanggan. Laki-laki itu bertopi dan berseragam, tapi wajahnya tampannya tidak bisa disembunyikan.

 

BINA
Feri?

FERI
(senyum canggung)
Iya.


Bina terkesima. Feri kerja di sini mengejutkannya. Anak SMA sekolah sambil bekerja, dan anak SMA itu adalah Feri yang dikenal berandalan, agak sombong, dan (katanya) tukang bully.


FERI (CONT'D)
(melihat ke gelas kopi di tangan Bina)
Mesinnya macet lagi?

BINA
(kikuk)
Eh, iya. 


Feri berjalan ke arah mesin kopi. Bina mengikuti.


FERI
Ini ada triknya.

 

Feri memukul bagian kanan mesinnya, lalu meminta gelas kopi di tangan Bina.

 

FERI (CONT'D)
Boleh?

 

Bina memberikan gelas kopi ke Feri. Feri menempelkan gelas kopi dan mesin kopi otomatis bekerja. Cairan hitam baruap keluar dari mesin. Setelah cukup, Feri memberikan gelas kopi itu pada Bina.

 

FERI (CONT'D)
Ada lagi?

 

Bina menggeleng. Feri berjalan kembali ke kasir meninggalkan Bina.

 

BINA
(dengan suara pelan dan malu-malu)
Terima kasih.

 

Feri tidak mendengar. Sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.

 

FERI
Halo... iya, iya. Nanti aku mampir pulang kerja. Bilang ke Heru aku pasti datang.

 

24.    INT. KANTIN SEKOLAH - PAGI

Kantin itu penuh. Orang-orang berlalu lalang. Ada yang duduk. Ada yang berdiri. Ada yang mengantri membeli makan. Antrian itu panjang sampai ke Bina dan Mei. Bina tampak gelisah. Dia lebih banyak menunduk melihat ke arah ujung sepatunya.

Setelah memesan makanan, Bina dan Mei berjalan ke arah meja tempat Siska menunggunya. Orang-orang di kantin melihat ke arah mereka.

 

MEI
Mengantri selalu menyebalkan.

 

Bina memandangi sekeliling. Dia tampak seperti kucing malu- malu yang mengincar makanan di meja makan. Matanya terus menjelajah cepat, mencari apakah ada orang-orang yang sedang membicarakannya. Lalu matanya terhenti pada sekelompok lelaki bertubuh atletis. Lelaki paling besar dan berdandan paling necis itu bernama Heru (18 tahun). Di sebelahnya seorang lelaki barambut sangat pendek hampir botak dan tampak bengal bernama Doni (18 tahun). Doni baru saja mendorong-dorong seorang lelaki. Lelaki itu hampir jatuh. Heru tertawa. Doni tampak puas. Teman-teman mereka yang lain ikut tertawa.

Lelaki yang didorong tersenyum. Tapi kita bisa melihat jelas bahwa senyum itu dipaksakan.

Saat Bina sedang melihat kejadian itu, Heru melihat ke arahnya. Dia melihat Bina yang sedang melihat apa yang dia lakukan. Bina seperti kucing yang ketahuan mencuri. Wajah Bina langsung pucat.

 

MEI (CONT'D)
(berbisik)
Tenang saja. Mereka nggak akan menggangu kita selama ada Siska.

 

25.    EXT. KANTIN SEKOLAH - BERLANJUT

Bina dan Mei duduk bersebelahan. Di depan mereka, Siska duduk sendirian. Siska menangkap samar percakapan Mei dan Bina.

 

SISKA
(ke Bina)
Ada yang menganggumu?

BINA
Tidak ada.

SISKA
Jangan khawatirkan yang sudah berlalu.
 
MEI
Ya, jangan khawatir. Kamu punya masalah, Siska akan menyelesaikannya. Siska ini mampu mengatasi masalah tanpa masalah.


Bina tersenyum kecut dan langsung menyedot milkshake miliknya.

 

26.    EXT. KANTIN SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Mereka baru menyelesaikan makan. Lingga datang menghampiri.


LINGGA
Nah, begitu dong. Kamu kan cuma sebentar di sini. Setidaknya kamu sudah menjelajahi semua sudut sekolah ini.
(ke Siska)
Boleh aku duduk di sini?


Tanpa menunggu jawaban Siska, Lingga duduk di sebelah.


LINGGA (CONT'D)
(ke Bina)
Kalau butuh pemandu dalam penjelajahanmu, aku siap untuk memperkenalkan seluk beluk sekolah ini.
 
MEI
Datang tiba-tiba terus nawarin jadi tour guide. Senggang amat anak kelas unggulan ini.

 

Lingga tersenyum malu sambil mengelus kepala belakangnya.


BINA
Terima kasih.


Siska berdiri

 

SISKA
Aku pergi bayar dulu ya.

BINA
Aku temenin.

SISKA
Nggak usah. Kalian udah ngantri pesen makanan.

 

Bina mengeluarkan isi dompetnya.


SISKA (CONT'D)
Aku traktir.
 
MEI
Wah, Siska baik betul hari ini. Mimpi apa?

 

Siska menunjukkan jari tengah ke arah Mei. Mei tertawa.


BINA
Terima kasih.

 

Ferdian, Eksa, dan Gilang lewat di sebelah bangku Bina, Lingga, dan Mei duduk. Mereka menoleh bersamaan. Ferdian dkk tersenyum ke arah mereka. Di belakangnya ada Billy, menatap tajam ke arah Bina, lalu melempar senyum genit ke arah Mei. 

Bina kehilangan senyum, berusaha mengalihkan perasaan tak menyenangkan.

 

BINA (CONT'D)
(ke Lingga) Kamu sudah makan?
 
LINGGA
Sudah.

MEI
Beneran. Kok nggak kelihatan kayak sudah makan.

LINGGA
Sial.


Mei tertawa. Bina tak bisa menahan senyumnya.

 

27.    EXT. LORONG SEKOLAH - SIANG

Bina, Mei, dan Siska berjalan di lorong sekolah. Mereka berpapasan dengan Feri dan dua orang lelaki: Heru dan Doni. Dilihat lebih dekat, Heru semakin terlihat tinggi. Rambutnya Rapi berbelah pinggir. Di sebelahnya ada Doni yang secara postur badan agak mirip dengan Heru. Keduanya membuat Feri terlihat kecil.

 

DONI
Halo Siska...

 

Siska tidak menjawab dan terus berjalan lurus. Wajahnya bahkan tidak menoleh. Dia mempercepat langkahnya. Mei dan Bina agak kesulitan mengikuti. Bina menoleh sekilas dan melihat Heru memukul lengan Doni dan Feri tertawa. Feri kemudian menoleh ke arah Bina dan ekor mata mereka bertemu. Langkah Bina terhenti.

 

DISSOLVE TO:


28.    FLASHBACK. INT. RUANG KELAS - SIANG

Gilang menendang pantat salah satu anak lelaki di kelas. Eksa dan Ferdian tertawa. Anak lain lewat, dibentak oleh Gilang dan Ferdian.

 

MEI (V.O.)
Ferdian and the genk itu bukan apa- apa di sekolah ini. Mereka sama sekali bukan apa-apa dibandingkan teman-temannya Feri. Mereka adalah penguasa di sekolah ini. Jika kamu harus takut pada anak di sekolah ini, takutlah pada mereka. Bukan pada cecunguk-cecunguk macam Ferdian.
 
BINA (V.O.)
Jadi sebenarnya Feri itu preman?

MEI (V.O)
Bagaimana ya? Sebenarnya Feri itu anak baik. Salah gaul saja. Sejak dia gaul sama Heru, dia jadi ikutan mereka. Mungkin itu juga alasan Siska nggak lanjut sama Feri.

(Flashback berakhir)

BACK TO:

 

29.    EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT

Bina menarik tatapannya dari Feri. Dia kembali melangkah. Dia mempercepat langkahnya, Mei dan Siska telah meninggalkannya sekitar 7-8 langkah di depan.

 

30.  INT. MINI MARKET - SORE

Bina datang berbelanja. Dia menoleh, mencari-cari sesuatu. Dia mencari Feri. Tetapi Feri tidak di sana. Bina membayar belanjaannya dan pulang.

 

FADE OUT.

31.  INT. MINI MARKET - MALAM

Bina mengambil sebotol minuman ringan. Wajahnya menoleh ke kiri dan kanan. Lalu dia berjalan ke kasir. Matanya mencari- cari seseorang.

Feri uncul tiba-tiba di belakang

 

FERI
Mencariku?

 

Bina tersentak tiba-tiba ada orang di belakangnya. Lebih kaget lagi karena orang itu adalah orang yang dicari-carinya. Dia agak kelabakan ketika menjawab.

 

BINA
Aaaku.... nggak kok. Aku hanya bingung mau beli apa.
 
FERI
(tampak tidak percaya)
Oh... kusangka kamu cari aku. Beberapa hari ini kamu sering ke sini kan.
 


Wajah Bina bertanya: dari mana kamu tahu?


FERI (CONT'D)
Temanku bilang ada cewek cantik yang pernah ngobrol sama aku mampir. Dia sering datang. Kupikir kamu ada perlu sama aku.

 

Bina tidak menjawab dan hanya menggeleng. Feri kembali berjalan ke arah gudang. Bina membayar di kasir dan wajahnya mencuri pada Feri yang sedang merapikan barang yang ditaruh dengan agak berantakan di dekat pintu gudang.

 

32.  INT. KANTIN SEKOLAH - SIANG

Bina duduk bersama Lingga dan Mei di kantin. Kantin tidak terlalu penuh. Beberapa meja kosong. Feri datang tiba-tiba, menyeret bangku, bunyinya membuat orang-orang menoleh ke arahnya. Lalu dia duduk di sebelah Lingga, berhadapan dengan Bina. Mei dan Bina tampak terkejut.

 

MEI
(ketus)
Siska nggak masuk.

FERI
(ke Mei)
Aku nggak nyari Siska.

 

Feri menatap wajah Bina yang sedang menatapnya. Bina membuang muka, tersipu malu. Lalu Feri menoleh ke Lingga.

 

FERI (CONT'D)
(menoleh ke Lingga)
Nanti sore bisa kan?
 
LINGGA
Aman kawan.

 

Mei mengeja kata kawan yang diucapkan Lingga dengan penuh tanda tanya.

 

FERI
Oke.

 

Feri berdiri dan menepuk bahu Lingga. Sebelum pergi, dia menoleh sekilas ke Bina. Bina jadi kikuk.

Setelah Feri pergi, Bina dan Mei menatap penuh tanda tanya ke Lingga.

 

MEI
Sejak kapan kamu jadi kawan Feri?

 

Ketika menyebut kawan, kedua tangan Mei diangkat dan membuat gesture tanda kutip.

 

LINGGA
Sudah lama. Kamu nggak tahu saja, Mei. Kami itu sebenarnya cukup dekat.

 

Mei menggeleng tidak percaya.

BINA
Ternyata Lingga banyak teman, ya.

LINGGA
Nggak kok. Aku hanya membantu Feri. Ibu Tiara memintaku dan beberapa kawan membantu anak-anak yang bermasalah nilainya untuk dapat pelajaran tambahan. Dan Feri salah satunya. Dihitung sebagai tambahan nilai ekstrakurikuler.
 
MEI
Oh, kusangka kamu bergaul dengan dia. Kamu tahu kan dia kayak gimana orangnya.
 
LINGGA
Feri baik kok orangnya. Agak tempramen mungkin. Tapi dia nggak mengganggu anak-anak yang lemah.
 
MEI
Katakan itu ke teman-temannya.
(tampak sebal)
Aku nggak nyangka kamu membela Feri. Dia itu nggak beda dengan Ferdian, mungkin lebih parah.
 
LINGGA
Nggak kok Mei. Feri nggak sama dengan Ferdian.
 
MEI
Udah. Nggak usah bahas dia.

LINGGA
Oke.

 

33.  EXT. DEPAN SEKOLAH - MENJELANG SORE

Lingga melihat Bina sedang menunggu jemputan. Bina berdiri di bawah pohon pucuk merah. Lingga mendatanginya.

 

LINGGA
Sendirian?
(menoleh ke kiri dan kanan)
Mana Mei?

 

BINA
Eh, kamu. Iya sendiri. Mei sudah pulang dari tadi.
 
LINGGA
Kenapa nggak ikut Mei?

BINA
Beda jalur. Kasihan Mei kalau antar aku.

 

Sebuah telepon masuk ke ponsel Bina. Bina mengangkat.


BINA (CONT'D)
Halo... Iya tante...
(mendengarkan tantenya bicara)
Nggak apa-apa. Nanti Bina naik Grab.... beneran nggak apa-apa.

 

Bina menutup telepon.


LINGGA
Tantemu nggak bisa jemput.

 

Bina mengangguk.


BINA
Aku pesan Grab dulu ya.

LINGGA
Nggak usah. Aku bawa mobil.
Bina menoleh, menatap tajam pada Lingga.

BINA
Tapi jalan ke rumahmu dan Mei kan searah. Nanti kamu pulang kejauhan.
 
LINGGA
Nggak masalah. Justru aku sedang bingung mau ngapain. Aku perlu melakukan sesuatu untuk membunuh waktu.
 
BINA
Membunuh waktu?

LINGGA
Iya. Sore ini aku harus balik ke sekolah. Urusan dengan Feri.
 
BINA
Oh yang tadi?

 

Lingga menangguk. Bina tampak ragu-ragu. Lingga tampak bersemangat.

 

BINA (CONT'D)
Beneran nggak apa-apa?

LINGGA
Beneran.

BINA 
Oke deh.

LINGGA
Kalau begitu aku ambil mobil dulu ya.

 

Bina mengangguk. Lingga balik badan, memasang gesture seperti baru saja memenangkan pertandingan: kedua tangannya dikepalkan dan dia mengangkat satu kakinya. Bina menoleh melihatnya; tersenyum. Lingga juga menoleh dan melihat Bina sedang melihat ke arahnya. Dia malu dan mengelus kepala belakangnya.


34.  INT - DALAM MOBIL AVANZA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Bina duduk dengan kikuk. Lingga menyetir dengan tegang. Ruang tertutup membuat mereka kehilangan suara. Keduanya menatap lurus ke depan. Sesekali Bina menoleh ke Lingga. Lebih banyak menoleh ke sebelah kiri. Ke arah jendela, meratapi jalan.

Lingga bersenandung untuk mengusir tegang. Senandungnya sangat buruk dan tak jelas nadanya. Bina memulai percakapan.


BINA
Kenapa Mei sepertinya nggak suka betul sama Feri?
 
LINGGA
Itu mungkin karena Siska. Siska dan Feri kan dulunya
(melepas setir dan mempertemukan kedua tangan seperti orang bersalaman)
Ya, kau tahulah... Nah, sekarang mereka begini
(melepas kedua tangannya dan membuatnya menjauh)
Mei kan dekat betul dengan Siska. Ya, kau tahulah....

 

BINA
Maksudnya penilaian Siska mempengaruhi Mei? Karena mereka putusnya nggak baik-baik? Mereka putus baik-baik kan?
 
LINGGA
Kupikir nggak ada itu putus baik- baik.
 
BINA
Hmm... jadi karena mereka putus, hubungan mereka nggak baik, Siska membenci Feri, dan Mei jadi ikut- ikutan?
 
LINGGA
Membenci mungkin bukan kata yang tepat. Tapi, ya, aku rasa dekat-dekat dengan itu. Tapi mungkin juga karena hal lain. Siska itu juga mantannya Heru. Heru dan Feri, ya, kau tahulah...
 
BINA
Oh, I see...


Hening....


LINGGA
Rumitlah pokoknya.

BINA
Masa SMA memang rumit.
 (diam sejenak)
Eh, kamu tahu Feri kerja kan?

LINGGA
Di supermarket itu?

BINA
Memang Feri pernah kerja di mana lagi?
 
LINGGA
Banyak. Dia nggak seberuntung kita.
(diam sejenak)
Hidupnya lebih rumit dari masa SMA.

BINA
Kamu sepertinya cukup mengenalnya.

LINGGA
Dulu aku SD bareng dia. SMP pisah. SMA ketemu lagi. Tapi nggak pernah dekat. Feri sangat pendiam dan ... berjarak. Mungkin sekarang ini dia baru bisa didekati. Sejak dia mulai bergaul...
 
BINA
Dengan Heru.

LINGGA
Ya, dengan Heru.

BINA
Heru bagaimana? Sepertinya Mei sangat tidak suka.
 
LINGGA
Mungkin Mei keliru. Yang lebih mirip Ferdian itu Heru, dan karena Feri bergaul dengan Heru jadi dianggap sama saja. Feri nggak seperti itu kok.

 

Lingga diam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

 

LINGGA (CONT'D)
Tapi Heru dibilang mirip sama Ferdian juga nggak tepat. Levelnya beda. Heru nggak perlu sok kuasa kayak Ferdian. Dia memang berkuasa.

 

Bina mengangguk.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar