Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
35. EXT. DEPAN RUMAH TANTE SOPHIE - SORE
Bina berdiri di bawah pohon ketapang depan rumah tantenya. Dia mendadahkan tangan ke Lingga. Lingga menutup kaca jendelanya. Mobil melaju meninggalkan Bina berdiri di bawah pohon.
36. EXT. HALAMAN SEKOLAH - PAGI
Sekolah dilanda euforia: tim basket andalan sekolahnya masuk semi final.
37. EXT. LORONG SEKOLAH - PAGI
Anak-anak tidak henti membicarakan kemenangan epik tim basket. Beberapa anak terlihat mengobrol di lorong. Ada yang berdiri ada yang duduk.
38. EXT. LORONG SEKOLAH (MADING) - PAGI
Bina memperhatikan pengumuman sekaligus undangan untuk menonton pertandingan basket besok sore (sabtu).
39. EXT. LAPANGAN BASKET SEKOLAH - PAGI
Anak-anak basket sedang berlatih tanding. Suasana tampak riuh. Siswa lain berkumpul di sekeliling lapangan menonton .
Feri menggunakan rompi merah bergerak lincah melewati pemain center dan melakukan lay up. Bola masuk.
Heru (rompi biru) membalas setelah menerima bola tanpa penjagaan ketat melepaskan tembakan 3 point dari jarak yang menimbulkan decak.
Billy (rompi merah) mendribel bola dan masuk ke wilayah pertahan. Tidak seorang pun bisa mengambil bola dari tangannya. Billy mengumpan bola ke Feri yang sudah masuk daerah pertahanan. Feri melewati satu orang sebelum mencoba melakukan shoot sambil berlari, tapi Heru berhasil memblok tembakannya. Lapangan jadi riuh.
40. EXT. PINGGIR LAPANGAN BASKET - BERLANJUT
Bina berjalan di dekat lapangan basket. Dia berhenti begitu mendengar suara riuh. Dia mendekat ke arah lapangan dan menyusup di antara kerumunan anak-anak.
Bina memperhatikan Feri yang berlari kembali untuk bertahan.
Bina menoleh ke samping. Lingga sudah berada tepat di sebelah Bina.
Bina menoleh, memperhatikan Lingga yang berjinjit, berusaha untuk bisa untuk melihat ke kelapangan di antara anak-anak yang lebih tinggi.
41. EXT. PINGGIR LAPANGAN BASKET - BERLANJUT
Ferdian dkk muncul di belakang Lingga dan Bina. Ferdian menyenggol Lingga.
Lingga menoleh. Bina memasang wajah tak bersahabat pada Ferdian dkk.
Ferdian membuat menggerakkan lehernya seperti orang menoleh. Eksa dan Gilang bergerak menerobos kerumunan seperti sebuah mesin pemotong rumput membelah rumput-rumput tinggi.
Orang-orang menyingkir. Ferdian merangkul Lingga dan Bina untuk mengikuti Eksa dan Gilang. Bina terkejut karena tangan laki-laki itu tiba-tiba merangkulnya. Lingga tidak kalah terkejut. Tapi keduanya diam saja. Mereka berada di pinggir lapangan. Ferdian kemudian melepas rangkulannya.
Feri menoleh sekilas keluar lapangan. Matanya menemukan Bina di antara orang-orang. Tepat saat itu Bina sedang melihatnya. Feri kembali fokus ke permainan sebelum beberapa detik kemudian menoleh lagi ke arah Bina. Kali ini lebih lama.
42. EXT. DEPAN MINI MARKET - MALAM
Bina baru keluar dari mini market. Sekantong plastik belanjaan tampak di tangannya. Dia melihat Feri berjalan ke halaman mini market. Feri berjalan ke arah Bina yang berdiri tepat di depan pintu mini market.
Bina mengangkat kantong belanjaannya.
Bina tersentak. Ini pertanyaan menjebak.
Feri tersenyum.
Bina benar-benar terkejut. Dia tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya.
Feri tersenyum menang. Bibirnya ditarik ke kanan.
Feri berjalan ke pintu mini market. Begitu tangannya menyentuh pintu, dia berhenti.
43. EXT. DEPAN MINI MARKET - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bina duduk sendiri di kursi tempat orang-orang nongkrong. Ada dua orang lelaki di meja sebelah sedang duduk mengobrol. Sesekali lelaki itu menoleh ke arah Bina. Bina tidak sekalipun melihat ke arah mereka.
Bina melihat ponselnya untuk ke sekian kali. Beberapa kendaraan bermotor lewat di jalan. Jalanan tampak sepi. Dia menoleh ke atas dan melihat bulan separuh penuh. Ada juga bintang-bintang menggantung di kejauhan. Langit tampak jernih seperti kolam baru dikuras.
Feri keluar dari mini market dan tersenyum begitu melihat Bina duduk menunggunya.
44. EXT. JALAN RAYA - BEBERAPA SAAT SEBELUMNYA
Mereka berjalan beriringan tapi tidak benar-benar berdekatan. Ada jarak satu atau dua orang di antara mereka. Mereka melewati para pemuda yang tampak duduk-duduk di emperan toko atau bangunan tak berpenghuni. Bina dan Feri nyaris tidak berkomunikasi sebelum Bina memulai.
Hening.
Feri tertawa. Ini pertama kali Bina melihat dia tertawa selepas ini. Bahkan ketika dia melihatnya bersama teman- temannya, dia tidak pernah tertawa selepas ini.
Bina tersenyum.
Bina kaget dengan yang dikatakannya. Dia merasa kata-katanya terlepas begitu saja. Dia takut Feri salah paham.
Hening. Bina takut berbicara. Feri menoleh beberapa kali melihat Bina yang menatap kaki-kakinya sendiri.
45. EXT. DEPAN RUMAH TANTE SOPHIE - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bina berdiri di depan rumah tantenya.
Feri melihat-lihat rumah itu. Rumah sederhana, tidak besar, tidak kecil. Sebuah lampu taman menerangi halaman rumah itu menciptakan panorama malam yang teduh.
Bina terkejut.
Bina tampak memikirkan sesuatu.
Bina menoleh ke arah jendela. Gorden ruang tamu sedikit tersingkap. Tapi tidak ada tantenya di sana.
Feri berjalan menjauhi rumah Tante Sophie.
Bina menggerutu. Feri berlalu.
46. INT. KELAS XII BAHASA - PAGI
Jam istirahat pagi. Kelas sepi. Beberapa anak pergi ke kantin. Beberapa diam di kelas. Bina melihat terus ke ponselnya. Tersenyum. Mei melepas tatapan dari novel yang sedang dibacanya, lalu memperhatikan Bina. Tidak biasanya dia senyum-senyum sendiri. Siska cuek. Dia sibuk sendiri dengan ponselnya.
Bina tertawa.
Bina tertawa. Siska menoleh dan memberi jari tengah ke Mei.
Mei tertawa kecil. Bina kebingungan. Dia seperti berusaha melihat sesuatu, tapi sesuatu itu tidak kelihatan.
Bina mengangguk. Mei kembali tertawa, merasa puas menjadi satu-satunya yang mengerti.
Mei cekikan. Bina masih bingung. Tapi Siska sudah kembali ke ponselnya. Bina kembali ke ponselnya, membalas cepat pesan pendek. Senyum tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.
47. EXT. KANTIN SEKOLAH - SIANG
Bina duduk bersama Mei dan Siska. Mereka sedang makan siang. Beberapa lelaki duduk di pojokan kantin. Mereka anak-anak basket. Billy duduk di sebelah Feri, dan di sebelah Feri ada Heru. Mereka membicarakan sesuatu lalu melihat ke arah Bina. Beberapa kali Bina menoleh dan matanya bertemu mata Feri.
Feri tampak cuek, mengobrol dengan temannya yang terlalu banyak tertawa. Feri tidak tertawa. Bina tidak lagi tersenyum dan tampak tidak tenang.
48. EXT. HALAMAN SEKOLAH - SIANG
Mei dan Bina berjalan menuju pintu gerbang. Seorang lelaki mendekat. Dia adalah Billy.
Setelah mengatakan itu dia berjalan menjauh dari arah Bina dan Mei.
Bina tertegun. Apakah dia tahu?
49. EXT. DEPAN SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bina dan Mei berdiri di bawah pohon. Bina tampak gelisah. Mei mengecek ponsel, dia sedang menunggu Siska mengambil mobil.
Tidak lama Siska datang. Siska membuka kaca mobil.
Bina ragu-ragu menjawab
Lingga datang mendekat. Mei menoleh dan senyum genit muncul di bibirnya.
Lingga tersenyum malu.
50. EXT. JALANAN - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Mobil Lingga melaju membelah jalanan kota yang cukup padat. Mobil belok keluar dari jalan besar dan masuk ke jalan yang lebih sepi. Mobil melaju lebih cepat.
51. INT. DALAM MOBIL - BERLANJUT
Bina menunduk. Wajahnya tidak tenang. Wajah Lingga tampak kecewa.
Lingga mencari-cari kata untuk meyakinkan Bina agar mau keluar dengannya. Tapi dia tidak menemukannya. Pengalaman ini benar-benar baru untuknya.
Bina mengangguk tapi segera membantahnya dengan gelengan.
Bina tidak menjawab.
Bina tidak membalas. Pikirannya berada entah di mana.
52. INT. KAMAR BINA - SORE
Kamar itu sepi dari hiasan. Bahkan boneka pun tak ada. Hanya ada lemari dan meja belajar serta ranjang. Tidak satu pun foto menempel di dinding. Cat kamar berwarna biru langit masih terlihat baru. Bina berbaring malas di ranjang sambil memperhatikan ponselnya. Sebuah pesan masuk dari Feri: Aku harap kamu datang. Pesan itu membuat dia merasa bergairah.
53. INT. KAMAR BINA - BERLANJUT
Bina berdiri dan membuka lemari pakaian. Dia melihat dan memilih-milih pakaian yang akan dia kenakan.
Dia menutup lemari. Belum ada pakaian yang menarik hati. Dia ke kasur dan mengambil ponsel, membalas pesan: Aku akan datang. Setelah itu dia menelepon seseorang.
Bina menutup telepon.