Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
114. EXT. KANTIN - SIANG
Bina dan Feri duduk di meja paling pojok kantin. Orang-orang melihat dan membicarakan mereka.
Lingga lewat tidak jauh dari mereka. Bina menoleh melihat ke arahnya. Lingga tidak menoleh. Dia berjalan menuju kulkas, mengambil susu kotak. Ferdian dan Eksa mendatangi dan menggodanya. Lingga melempar botol kotak susu ke kepala Eksa. Eksa kaget dan meninju Lingga. Lingga menerjang dan berhasil membalas. Satu tinjuan masuk ke rahang Eksa. Eksa sudah akan membalas sebelum Billy dan Ferdian berhasil memisahkan mereka. Ferdian menarik Eksa dibantu Gilang. Billy menarik Lingga menjauh. Orang-orang langsung ramai mengerubungi mereka. Feri berlari ke arah keramaian.
Linga berteriak dan mengamuk, tapi Billy sangat kuat memeluknya. Tiba-tiba Lingga berhasil lepas setelah kepala belakangnya menghantam hidung Billy. Sebuah tendangan masuk ke perut Eksa. Eksa mengerang. Gilang menghantam wajah Lingga. Kacamatanya lepas. Gilang menendang. Lingga terjatuh. Ketika Gilang mau menendang Lingga sekali lagi, Feri sudah lebih dulu menendang Gilang dari samping. Gilang tersungkur.
Ferdian maju menerjang Feri. Tapi Feri berhasil menghindar sebelum membanting Ferdian. Eksa maju dan Feri lebih dulu menendang perutnya. Lingga mau maju, tapi Billy berhasil menendangnya hingga tersungkur. Lalu orang ramai-ramai memisahkan mereka. Ada yang menahan Feri, ada yang menahan Ferdian, Eksa, Gilang, dan Billy.
Heru dan teman-temannya datang.
Heru mengusir orang-orang agar tidak berkerumun. Orang-orang pada menyingkir.
Doni menoleh ke Heru. Heru mengerti.
Seorang guru laki-laki lewat ke kantin. Dia adalah Pak Hamdan.
Anak-anak pada bubar menyisakan Lingga, Billy, Feri, Heru, Doni, dan Niki. Melihat tidak masalah, Pak Hamdan meninggalkan tempat itu. Termasuk Ferdian, Eksa, dan Gilang meninggalkan lokasi.
Eksa menunjuk wajahnya.
Mereka berkumpul. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu. Lingga dan Eksa mengangguk. Tidak lama, mereka bubar.
115. EXT. LORONG SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Feri dan Bina berdiri di lorong sekolah.
116. EXT. RUANG KELAS XII BAHASA - BERLANJUT
Bina masuk kelas dengan wajah kesal. Feri berdiri di pintu. Wajahnya terlihat bingung. Mei memperhatikan mereka. Bina berjalan melewati Mei tanpa berkata apa-apa lalu duduk di bangkunya.
117. INT. GEDUNG TUA - SIANG
Eksa dan Lingga sedang bersiap-siap. Lingga membuka dan menaruh kacamatanya di dalam kotak sebelum menaruh di dalam tasnya. Orang-orang berkumpul membentuk lingkaran. Beberapa orang terlihat memberikan uang kepada Heru dan Doni. Orang- orang heboh berteriak menyemangati keduanya. Gedung itu penuh dengan suara mereka. Bina tidak percaya apa yang dilihatnya.
Feri tidak menjawab.
Feri tampak kesal. Tapi dia berusaha menahan diri.
Feri menarik tangan Bina.
Bina tidak peduli, dia menerobos keramaian dan mendatangi Lingga. Dia menarik tangan Lingga.
Lingga tidak peduli. Dia bahkan tidak menoleh pada Bina, lalu menarik tangannya.
Lingga menoleh sekilas ke arah Bina. Wajahnya menyiratkan sesuatu yang tidak dimengerti Bina. Lalu dia maju. Eksa tersenyum. Tampak sekali dia senang ini bisa terjadi.
Keduanya maju dan perkelahian terjadi. Orang-orang berteriak.
Feri berbicara dengan Heru. Mereka berdebat. Suasana tampak tegang. Doni menarik Feri dan Feri mendorongnya. Heru mendorong Feri hingga hampir tersungkur. Feri sudah mau maju, tapi Niki dan beberapa orang menghalangi. Feri mengambil tasnya dan balik badan.
Feri tidak peduli. Dia menghampiri Bina dan menarik tangan Bina. Sekilas Bina menoleh dan melihat Eksa sedang menjadikan Lingga bulan-bulanan.
118. EXT. KAMAR BINA - MALAM
Bina sedang berbaring malas di ranjangnya. Wajahnya tampak kesal, marah, kecewa, campur aduk. Sebuah pesan masuk dari Feri. "Lingga menang." Bina kaget. Dia tidak percaya.
Sebuah video dikirim Feri. Bina menontonnya. Adegan itu menunjukkan Lingga dipukul dan menjadi bulan-bulanan Eksa. Beberapa kali dia jatuh, tapi terus bangun. Dia kalah jangkauan. Lalu dia pura-pura maju hendak memukul, tapi malah menendang betis Eksa sekuat tenaga. Eksa jatuh bersimpuh.
Lingga menangkap kepala Eksa dan menghantam lututnya ke wajah Eksa. Eksa terjatuh dan Lingga tidak berhenti. Dia menunggangi Eksa dan terus memukul wajahnya. Eksa mohon ampun sampai Billy dan Doni memisahkan mereka. Orang-orang menyerukan nama Lingga. Tanpa sadar bibir Bina membentuk senyuman.
119. INT. KELAS XII BAHASA - PAGI
Bina baru masuk kelas. Anak-anak sibuk membahas apa yang ditontonnya. Beberapa tampak sibuk dengan ponselnya masing- masing. Mereka menonton perkelahian Eksa dan Lingga.
Mei dan Siska menonton bersama. Lucky tidak lagi membaca novel, dia seperti anak-anak lain menontong video perkelahian itu. Ketika Bina lewat, Mei sempat menoleh ke Bina. Tapi mereka tidak bicara.
120. INT. KELAS XII BAHASA - SIANG
Ferdian dan Gilang tidak banyak tingkah. Mereka tidak mengganggu yang lain. Mereka hanya duduk manis di kelas. Eksa tidak tampak di kelas.
121. EXT. KANTIN - SIANG
Lingga dikerubungi orang-orang. Dia sudah seperti selebriti. Meski wajahnya tampak bonyok dan ada beberapa plester menempel, senyum tidak berhenti terlihat dari wajahnya.
Beberapa siswa perempuan tampak mengerubungi Lingga.
Bina dan Feri duduk berdua di pojok. Mereka baru selesai makan. Orang-orang tidak lagi fokus pada mereka. Heru, Doni, dan Niki datang bergabung bersama mereka. Bina langsung berdiri dan meninggalkan meja.
Feri kebingungan. Dia mau menyusul Bina, tapi tidak enak dengan teman-temannya.
120. INT. KELAS XII BAHASA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Bel masuk baru saja berbunyi. Bina masuk ke kelas. Dia melihat Siska dan Mei duduk membicarakan sesuatu. Tampak serius. Bina berjalan ke arah bangkunya. Mereka berhenti bicara begitu Bina mendekat. Bina berhenti sebelum tiba di bangkunya, menghampiri Mei dan Siska.
Bina tidak menjawab. Dia berjalan ke bangkunya.
Bina tersenyum kecut.
121. EXT. DEPAN SEKOLAH - SIANG
Bina berdiri di bawah pohon. Tangannya disilangkan di depan dada. Di sampingnya Feri menatap Bina tak percaya. Bina tidak menatap Feri, dia berdiri menghadap jalan. Tampak betul mereka berada dalam situasi tak menyenangkan.
Bina masih tidak menoleh. Feri pergi meninggalkannya. Bina menatap lelaki itu menghilang dari pandangannya. Lingga melihat kejadian itu.
122. EXT. KANTIN - PAGI MENJELANG SIANG
Feri duduk di salah satu meja kantin bersama Heru, Doni, dan Niki. Mereka tertawa-tawa. Feri juga tertawa, tapi terasa betul tawa itu dipaksakan.
Tidak jauh dari tempat mereka duduk, Bina berjalan dari kantin. Dia tampak terburu-buru, membawa sesuatu di tangannya.
Feri tidak menjawab. Tiba-tiba terdengar suara tawa.
Bina berjalan tanpa menoleh. Wajahnya menunjukan bahwa dia muak.
123. EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT
Bina berjalan agak terburu-buru. Dia menunduk menatapi ujung sepatunya. Dia tidak sengaja menyenggol seorang siswa perempuan. Siswa perempuan itu hampir saja jatuh. Roti dan susu kotak jatuh dari tangan Bina jatuh.
Bina memungut susu kotak. Seseorang memungut roti keju dan memberikannya ke Bina.
Bina berjalan cepat, separuh berlari ke arah kelasnya. Lingga terlihat sangat kecewa.
124. INT. RUANG KELAS - SIANG
Anak-anak di kelas sedang riuh. Mereka tampak menonton sesuatu di ponsel mereka. Tapi kali ini berbeda. Mereka menggunakan Headset. Ferdian dan Gilang heboh dengan apa yang ditatapnya di layar datar.
Ferdian mengangguk. Dia menoleh sekilas ke arah Bina seolah sedang meneliti sesuatu.
Siska memperhatikan masing-masing anak sibuk dengan ponselnya. Bahkan Lucky yang tidak pernah jauh dari buku-buku novelnya, menonton dengan serius menggunakan headsetnya. Makanannya sampai tidak disentuh.
Bina menatap tidak percaya pada gambar bergerak di ponselnya. Matanya berkaca-kaca. Dia mau menangis. Tapi dia menahan diri.
Siska menoleh ke arah Bina. Bina menatap balik ke arah Siska. Dia menggigit bibirnya. Siska seperti hendak mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa berkata apa-apa.
DISSOLVE TO:
125. FLASHBACK. INT. KELAS XII BAHASA
Bina, Siska, dan Mei terlibat pembicaraan serius. Siska dan Mei tampak terkejut dengan apa yang baru Bina katakan.
Bina mengangguk. Matanya berkaca-kaca. Dua titik air seperti akan tumpah dari bola matanya. Siska menyodorkan tisu.
Siska menyenggol Mei.
Siska membungkam mulut Mei.
Mei melawan. Bina tertawa. Mei dan Siska ikut tertawa.
Bina mengangguk. Tapi siapa pun bisa melihat bahwa itu tidak lebih dari upaya pura-pura tegar.
(Flashback berakhir)