Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Revenge Porn
Suka
Favorit
Bagikan
8. Rahasia Bina #8

114.    EXT. KANTIN - SIANG

Bina dan Feri duduk di meja paling pojok kantin. Orang-orang melihat dan membicarakan mereka.

 

BINA
(memandang sekeliling)
Aku merasa nggak nyaman.
 
FERI
Sudahlah jangan dipikirkan. Kita tidak mungkin terus menyembunyikannya.


Lingga lewat tidak jauh dari mereka. Bina menoleh melihat ke arahnya. Lingga tidak menoleh. Dia berjalan menuju kulkas, mengambil susu kotak. Ferdian dan Eksa mendatangi dan menggodanya. Lingga melempar botol kotak susu ke kepala Eksa. Eksa kaget dan meninju Lingga. Lingga menerjang dan berhasil membalas. Satu tinjuan masuk ke rahang Eksa. Eksa sudah akan membalas sebelum Billy dan Ferdian berhasil memisahkan mereka. Ferdian menarik Eksa dibantu Gilang. Billy menarik Lingga menjauh. Orang-orang langsung ramai mengerubungi mereka. Feri berlari ke arah keramaian.

 

EKSA
(menantang Lingga)
Bangsat ini. Ayo, ayo....
 
FERDIAN
(merangkul leher Eksa)
Sudah, sudah, brengsek.

 

Linga berteriak dan mengamuk, tapi Billy sangat kuat memeluknya. Tiba-tiba Lingga berhasil lepas setelah kepala belakangnya menghantam hidung Billy. Sebuah tendangan masuk ke perut Eksa. Eksa mengerang. Gilang menghantam wajah Lingga. Kacamatanya lepas. Gilang menendang. Lingga terjatuh. Ketika Gilang mau menendang Lingga sekali lagi, Feri sudah lebih dulu menendang Gilang dari samping. Gilang tersungkur.

 

FERDIAN (CONT'D)
Bangsat.

 

Ferdian maju menerjang Feri. Tapi Feri berhasil menghindar sebelum membanting Ferdian. Eksa maju dan Feri lebih dulu menendang perutnya. Lingga mau maju, tapi Billy berhasil menendangnya hingga tersungkur. Lalu orang ramai-ramai memisahkan mereka. Ada yang menahan Feri, ada yang menahan Ferdian, Eksa, Gilang, dan Billy.

Heru dan teman-temannya datang.


HERU
Bubar. Bubar.

 

Heru mengusir orang-orang agar tidak berkerumun. Orang-orang pada menyingkir.

 

DONI
(mendorong orang-orang)
Bubar... bubar... Kalau ada yang masih di sini, Gue beri.
 
HERU
(menarik Feri)
Goblok.
(berbisik)
Kalau sampai kamu dipanggil guru, kamu nggak diizinin main di kejuaran antarkota.
 
FERI
Kalau mereka nggak keroyokan, aku nggak akan ikut campur.
 
DONI
Kalau begitu kita biarkan saja mereka bertarung seperti gladiator.

 

Doni menoleh ke Heru. Heru mengerti.

Seorang guru laki-laki lewat ke kantin. Dia adalah Pak Hamdan.

 

PAK HAMDAN
Ada apa itu ramai-ramai?

HERU
Nggak ada apa-apa, Pak.
(berbisik ke anak-anak)
Sana-sana bubar.

 

Anak-anak pada bubar menyisakan Lingga, Billy, Feri, Heru, Doni, dan Niki. Melihat tidak masalah, Pak Hamdan meninggalkan tempat itu. Termasuk Ferdian, Eksa, dan Gilang meninggalkan lokasi.

 

HERU (CONT'D)
(ke Eksa)
Kamu ke sini.


Eksa menunjuk wajahnya.


HERU (CONT'D)
Iya. Cepet.

 

Mereka berkumpul. Mereka tampak mendiskusikan sesuatu. Lingga dan Eksa mengangguk. Tidak lama, mereka bubar.

 

115.    EXT. LORONG SEKOLAH - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Feri dan Bina berdiri di lorong sekolah.


BINA
Jadi kamu akan membiarkan mereka mengadu Lingga dengan Eksa?
 
FERI
Hanya dengan cara itu mereka berhenti mengganggu Lingga.
 
BINA
Kamu harus menghentikannya.

FERI
Keputusannya bukan di aku.

 

116.    EXT. RUANG KELAS XII BAHASA - BERLANJUT

Bina masuk kelas dengan wajah kesal. Feri berdiri di pintu. Wajahnya terlihat bingung. Mei memperhatikan mereka. Bina berjalan melewati Mei tanpa berkata apa-apa lalu duduk di bangkunya.

 

117.    INT. GEDUNG TUA - SIANG

Eksa dan Lingga sedang bersiap-siap. Lingga membuka dan menaruh kacamatanya di dalam kotak sebelum menaruh di dalam tasnya. Orang-orang berkumpul membentuk lingkaran. Beberapa orang terlihat memberikan uang kepada Heru dan Doni. Orang- orang heboh berteriak menyemangati keduanya. Gedung itu penuh dengan suara mereka. Bina tidak percaya apa yang dilihatnya.

 

BINA
Kamu akan membiarkan mereka menjadikan Lingga dan Eksa bahan taruhan?

 

Feri tidak menjawab.

 

BINA (CONT'D)
Lingga nggak seperti kamu. Nggak seperti teman-temanmu yang barbar itu.

 

Feri tampak kesal. Tapi dia berusaha menahan diri.


BINA (CONT'D)
Aku akan menghentikannya.


Feri menarik tangan Bina.


FERI
Kamu nggak bisa melakukan itu.

 

Bina tidak peduli, dia menerobos keramaian dan mendatangi Lingga. Dia menarik tangan Lingga.


BINA
Kamu bukan orang barbar seperti mereka. Ini bukan kamu.

 

Lingga tidak peduli. Dia bahkan tidak menoleh pada Bina, lalu menarik tangannya.

 

BINA (CONT'D)
Kamu mau membuktikan apa? Ayolah Lingga.

 

Lingga menoleh sekilas ke arah Bina. Wajahnya menyiratkan sesuatu yang tidak dimengerti Bina. Lalu dia maju. Eksa tersenyum. Tampak sekali dia senang ini bisa terjadi.

Keduanya maju dan perkelahian terjadi. Orang-orang berteriak.

Feri berbicara dengan Heru. Mereka berdebat. Suasana tampak tegang. Doni menarik Feri dan Feri mendorongnya. Heru mendorong Feri hingga hampir tersungkur. Feri sudah mau maju, tapi Niki dan beberapa orang menghalangi. Feri mengambil tasnya dan balik badan.

 

HERU
Cewek selalu membuatmu lembek.

 

Feri tidak peduli. Dia menghampiri Bina dan menarik tangan Bina. Sekilas Bina menoleh dan melihat Eksa sedang menjadikan Lingga bulan-bulanan.

 

118.  EXT. KAMAR BINA - MALAM

Bina sedang berbaring malas di ranjangnya. Wajahnya tampak kesal, marah, kecewa, campur aduk. Sebuah pesan masuk dari Feri. "Lingga menang." Bina kaget. Dia tidak percaya.

Sebuah video dikirim Feri. Bina menontonnya. Adegan itu menunjukkan Lingga dipukul dan menjadi bulan-bulanan Eksa. Beberapa kali dia jatuh, tapi terus bangun. Dia kalah jangkauan. Lalu dia pura-pura maju hendak memukul, tapi malah menendang betis Eksa sekuat tenaga. Eksa jatuh bersimpuh.

Lingga menangkap kepala Eksa dan menghantam lututnya ke wajah Eksa. Eksa terjatuh dan Lingga tidak berhenti. Dia menunggangi Eksa dan terus memukul wajahnya. Eksa mohon ampun sampai Billy dan Doni memisahkan mereka. Orang-orang menyerukan nama Lingga. Tanpa sadar bibir Bina membentuk senyuman.

 

119.  INT. KELAS XII BAHASA - PAGI

Bina baru masuk kelas. Anak-anak sibuk membahas apa yang ditontonnya. Beberapa tampak sibuk dengan ponselnya masing- masing. Mereka menonton perkelahian Eksa dan Lingga.

Mei dan Siska menonton bersama. Lucky tidak lagi membaca novel, dia seperti anak-anak lain menontong video perkelahian itu. Ketika Bina lewat, Mei sempat menoleh ke Bina. Tapi mereka tidak bicara.

 

120.  INT. KELAS XII BAHASA - SIANG

Ferdian dan Gilang tidak banyak tingkah. Mereka tidak mengganggu yang lain. Mereka hanya duduk manis di kelas. Eksa tidak tampak di kelas.

 

121.  EXT. KANTIN - SIANG

Lingga dikerubungi orang-orang. Dia sudah seperti selebriti. Meski wajahnya tampak bonyok dan ada beberapa plester menempel, senyum tidak berhenti terlihat dari wajahnya.

Beberapa siswa perempuan tampak mengerubungi Lingga.

Bina dan Feri duduk berdua di pojok. Mereka baru selesai makan. Orang-orang tidak lagi fokus pada mereka. Heru, Doni, dan Niki datang bergabung bersama mereka. Bina langsung berdiri dan meninggalkan meja.

 

BINA
Aku sudah selesai. Aku balik duluan.

 

Feri kebingungan. Dia mau menyusul Bina, tapi tidak enak dengan teman-temannya.

 

120.  INT. KELAS XII BAHASA - BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

Bel masuk baru saja berbunyi. Bina masuk ke kelas. Dia melihat Siska dan Mei duduk membicarakan sesuatu. Tampak serius. Bina berjalan ke arah bangkunya. Mereka berhenti bicara begitu Bina mendekat. Bina berhenti sebelum tiba di bangkunya, menghampiri Mei dan Siska.


BINA
Aku nggak pernah minta maaf dengan benar.
 
MEI
(pura-pura tidak tahu)
Tentang apa ni?
 
BINA
Aku nggak bermaksud.... aku malu
(menoleh ke Siska)

SISKA
Sudah santai saja.

BINA
Kalian benar tentang mereka.

MEI
Aku memang selalu benar.

SISKA
Sudah berapa lama sama dia.

BINA
Belum lama.

MEI
Lingga pasti sakit banget.


Bina tidak menjawab. Dia berjalan ke bangkunya.


SISKA
Sudah. Nggak usah dipikirin. Dia
(menunjuk ke Mei)
memang begini. Nanti juga lupa.

Bina tersenyum kecut.

 

121.  EXT. DEPAN SEKOLAH - SIANG

Bina berdiri di bawah pohon. Tangannya disilangkan di depan dada. Di sampingnya Feri menatap Bina tak percaya. Bina tidak menatap Feri, dia berdiri menghadap jalan. Tampak betul mereka berada dalam situasi tak menyenangkan.

 

FERI
Kamu suruh aku milih kamu atau teman-temanku? Kupikir kamu mengerti situasiku.

 

Bina masih tidak menoleh. Feri pergi meninggalkannya. Bina menatap lelaki itu menghilang dari pandangannya. Lingga melihat kejadian itu.

 

122.  EXT. KANTIN - PAGI MENJELANG SIANG

Feri duduk di salah satu meja kantin bersama Heru, Doni, dan Niki. Mereka tertawa-tawa. Feri juga tertawa, tapi terasa betul tawa itu dipaksakan.

Tidak jauh dari tempat mereka duduk, Bina berjalan dari kantin. Dia tampak terburu-buru, membawa sesuatu di tangannya.

 

DONI (O.S)
Cewek lu.

 

Feri tidak menjawab. Tiba-tiba terdengar suara tawa.


NIKI (O.S)
Serius?

DONI (O.S)
Nasibmu kok sial betul, Fer.

HERU (O.S)
Sepertinya ini patah hati paling parah buat Feri.
 
NIKI (O.S)
Alah. Dia mah patah hati selalu begitu.
 
FERI (O.S.)
Sialan kalian. Aku pergi.

DONI (O.S.)
Sudah, nanti kukenalin sama temannya Hani.

 

Bina berjalan tanpa menoleh. Wajahnya menunjukan bahwa dia muak.

 

123.  EXT. LORONG SEKOLAH - BERLANJUT

Bina berjalan agak terburu-buru. Dia menunduk menatapi ujung sepatunya. Dia tidak sengaja menyenggol seorang siswa perempuan. Siswa perempuan itu hampir saja jatuh. Roti dan susu kotak jatuh dari tangan Bina jatuh.

 

SISWA PEREMPUAN
Jalan lihat-lihat dong.

BINA
Maaf.

 

Bina memungut susu kotak. Seseorang memungut roti keju dan memberikannya ke Bina.

 

LINGGA
Seperti Dejavu ya.
 
BINA
Terima kasih. Maaf aku terburu- buru.

 

Bina berjalan cepat, separuh berlari ke arah kelasnya. Lingga terlihat sangat kecewa.

 

124.  INT. RUANG KELAS - SIANG

Anak-anak di kelas sedang riuh. Mereka tampak menonton sesuatu di ponsel mereka. Tapi kali ini berbeda. Mereka menggunakan Headset. Ferdian dan Gilang heboh dengan apa yang ditatapnya di layar datar.

 

EKSA
Benar kan?

 

Ferdian mengangguk. Dia menoleh sekilas ke arah Bina seolah sedang meneliti sesuatu.

Siska memperhatikan masing-masing anak sibuk dengan ponselnya. Bahkan Lucky yang tidak pernah jauh dari buku-buku novelnya, menonton dengan serius menggunakan headsetnya. Makanannya sampai tidak disentuh.


SISKA
Ada lagi yang berkelahi.

MEI
Sepertinya. Mungkin Heru memulai lagi bisnisnya.
 
SISKA
Dasar bandar judi. Tapi laki-laki ini memang pada bodoh. Mau saja diadu Heru. Buat apa cobak? Harga diri? Konyol sekali.

 

Bina menatap tidak percaya pada gambar bergerak di ponselnya. Matanya berkaca-kaca. Dia mau menangis. Tapi dia menahan diri.

 

MEI
Sepertinya bukan. Mereka menonton
(menoleh ke Bina)
Ini
(memberikan ponselnya ke Siska)

 

Siska menoleh ke arah Bina. Bina menatap balik ke arah Siska. Dia menggigit bibirnya. Siska seperti hendak mengatakan sesuatu tapi dia tidak bisa berkata apa-apa.

DISSOLVE TO:


125.  FLASHBACK. INT. KELAS XII BAHASA

Bina, Siska, dan Mei terlibat pembicaraan serius. Siska dan Mei tampak terkejut dengan apa yang baru Bina katakan.

 

MEI
Jadi itu alasanmu pindah.

SISKA
Tapi setidaknya wajahmu nggak benar-benar terlihat kan.

 

Bina mengangguk. Matanya berkaca-kaca. Dua titik air seperti akan tumpah dari bola matanya. Siska menyodorkan tisu.

 

MEI
Laki-laki memang begitu. Semuanya sama, semuanya brengsek.
 
BINA
Aku juga yang salah. Harusnya aku tahu dia seperti itu. Harusnya aku nggak buta dan langsung percaya.

 

SISKA
Setidaknya orang nggak akan tahu itu kamu. Lagian anak itu sudah kena batunya.

 

BINA
Dia nggak akan nyerah. Aku ingat betul dia marah sekali waktu aku minta putus. Dia mengancam, dan aku... beruntung ada tanteku. Dia punya teman orang hukum dan media. Semuanya berhasil diredam.
 
MEI
Kamu benar-benar melakukannya dengan dia?

 

Siska menyenggol Mei.


MEI (CONT'D)
Apaan sih. Kita kan sudah sama-sama dewasa. Siska malah lebih-lebih dia ini...

 

Siska membungkam mulut Mei.


SISKA
Anak ini kalau nggak disetop mulutnya ke mana-mana.


Mei melawan. Bina tertawa. Mei dan Siska ikut tertawa.


MEI
Tapi serius yang tadi. Kamu benar- benar....

 SISKA
Mei....

BINA
Sebenarnya belum. Tapi jika kalian melihat rekamannya, kalian mungkin nggak akan percaya walau aku bilang belum. Hampir. Belum sampai ke tahap selanjutnya, aku minta dia berhenti. Bodohnya waktu itu aku nggak tahu dia merekamnya. Terus dengan itu dia mengancam dan minta lebih.

SISKA
Brengsek. Jika aku ketemu lelaki itu, aku akan benar-benar menghajarnya.
 
MEI
(menggenggam tangan Bina)
Tenang saja. Nggak akan sampai ke sini. Sekolahmu yang lama jauh sekali dari sini. Nyebrang pulau, nyebrang beberapa provinsi. Di sini kamu aman.

 

Bina mengangguk. Tapi siapa pun bisa melihat bahwa itu tidak lebih dari upaya pura-pura tegar.

(Flashback berakhir)

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar