Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Rawon Rowena
Suka
Favorit
Bagikan
8. Ending

152. INT. KANTOR RENA - NIGHT

11 tahun kemudian.


Jendela kantor menampilkan pemandangan kota yang indah. Rena sedang duduk di meja di ruangan kerja pribadinya. Monitor di atas mejanya sangat besar. Dia sudah menjadi seorang pemudi, usianya kini 29 tahun. Dia mengenakan setelan formal. Dari pemandangan di jendela dapat diketahui bahwa kantor itu terletak di lantai yang tinggi. Dia menandatangani SEBUAH KERTAS, lalu dia berikan kepada JUNIORNYA (24) yang berdiri di hadapannya.


RENA
Ini. Kamu pulang aja, udah malam. Kalo ada kerjaan masih bisa dikerjain minggu depan.
 
JUNIOR
Makasih bu, saya permisi dulu.

RENA
Iya, happy weekend.
 
JUNIOR
Happy weekend bu.

 

Juniornya keluar dari ruang kantor. Rena melanjutkan pekerjaannya. Monitor di depannya menunjukkan model 3D dari sebuah rumah 4 lantai dan terlihat futuristik. Handphone Rena BERDERING. Dia mengangkatnya.

 

RENA
Halo, Rin?
 
RINI (VOICE OVER)
Halo, kak. Belom selesai kerja? Udah jam 7 nih.
 
RENA
Bentar lagi nih.
 
RINI (VOICE OVER)
Tumben lu lama.
 
RENA
Biasalah, namanya kerjaan, ada aja. Elu gimana?

 

153. INT. SHOW ROOM GAUN WEDDING - NIGHT

Rini sedang menelepon Rena. Penampilannya kini lebih feminim. Dia sudah menjadi pemudi dan usianya 28 tahun. Di belakangnya terlihat SEORANG PELANGGAN WANITA mengenakan baju pengantin sedang bercermin. SEORANG KARYAWAN sedang membantu pelanggan itu memakai mahkota pengantin. Di sekitarnya tergantung banyak gaun pengantin.

 

RINI
Masih ada satu klien sih
 
RENA (VOICE OVER)
Yeh! Lu sendiri belom kelar, gimana sih.
 
RINI
Udah mau selesai ini. Lagian ruko gue kan deket, kantor lu tuh jauh banget.

 

154. INT. MOBIL RENA - NIGHT 

Rena mengendarai mobil dan berhenti di depan sebuah rumah 2 lantai, dari fasadnya dapat diketahui bahwa rumah ini mungkin memiliki 3 kamar tidur dan halaman yang cukup luas untuk 1 mobil. Rena membunyikan KLAKSON. Dari jendela mobil, terlihat Rini keluar dari pagar.

Dia menahan pintu pagarnya untuk Roni yang berjalan keluar dengan perlahan. Roni sudah tua, usianya kini 56 tahun. Dia masih terlihat sehat, namun sudah tidak lincah dan kuat seperti dulu. Rini mengunci pagarnya, lalu menggandeng Roni dan menuntunnya berjalan ke mobil.

Rini membuka pintu mobil bagian depan, Roni masuk ke dalam mobil.

 

RINI
Pelan-pelan pa.
 
RONI
Iya tenang aja, bapak kan belom tua-tua amat.

 

Roni duduk. Rini membuka pintu belakang mobil, lalu duduk. Rena mulai mengemudikan mobilnya.

 

RONI
Gak disangka puteri bapak udah pada besar. Dulu bapak yang boncengin kalian ke sekolah, sekarang bapak yang numpang.
 
RINI
Itu semua kan berkat bapak.
 
RENA
Iya, kalo gak ada bapak, kita gak bakal bisa kayak gini.
 
RONI
Enggaklah, udah tugas bapak sebagai orang tua. Tapi sisanya kan kalian yang berjuang sendiri. Ngomong-ngomong kita mau makan di mana sih?
 
RENA
Emangnya Rini belom bilang?
 
RONI
Belom.
 
RINI
Ituloh pa, ada restoran yang baru buka deket sini. Mau cobain rasanya siapa tau enak.
 
RONI
Ya sudah, bapak mah ngikut aja. Apa nama restonya?
 
RINI
Apa ya Ren? 
 
RENA
Apa ya? Gak inget juga, cuman tempatnya yang inget.

 

155. INT. RESTORAN RAWON - NIGHT

Rini, Rena dan Roni masuk ke dalam sebuah restoran yang bagus, tidak mewah, tetapi bagus, indoor dan ber-AC. Interiornya sederhana. Ada sebuah TIRAI BESAR BERWARNA MERAH di dinding restoran itu. Meja-meja terisi penuh oleh PELANGGAN-PELANGGAN. BEBERAPA PELAYAN mondar-mandir. Di depan pintu, SEORANG PELAYAN menyambut mereka.

 

PELAYAN 1
Selamat malam, sudah reservasi?
 
RENA
Sudah mas, atas nama Rena.
 
PELAYAN 1
Atas nama Rena ya, Silahkan ikuti saya.

 

Pelayan 1 menuntun mereka ke sebuah meja kosong yang terletak di tengah-tengah. Dia mengangkat papan acrylic bertuliskan "Reserved" dari atas meja itu.

 

PELAYAN 1
Silahkan bapak, ibu.
 
RONI, RENA DAN RINI
Terima kasih, mas.

 

Rini, Rena dan Roni duduk. Roni duduk membelakangi tirai merah di dinding.

 

PELAYAN 1
Di sini menunya cuma ada rawon ya, bapak, ibu.
 
RONI
Cuma ada rawon?
 
RINI
Kalo gitu rawonnya 3 ya.
 
PELAYAN 1
Baik, minumnya ada teh manis dan teh tawar.
 
RENA
Bapak mau apa?
 
RONI
Teh hangat saja.
 
RENA
Elu Rin?
 
RINI
Es teh manis aja.
 
RENA
Teh hangat 1, es teh manis 2.
 
PELAYAN 1
Baik, rawon 3 porsi, teh hangat 1 dan es teh manis 2 ya, mohon ditunggu. Terima kasih.

 

Rena tersenyum ke pelayan itu. Pelayan itu pergi dari sana. Roni melihat-lihat ke sekitar. Dia menengok ke belakang, perhatiannya tertuju pada tirai merah di dinding.

 

RONI
Jadi ini sebenarnya restoran rawon toh. Interiornya unik juga ya. Bapak jadi keinget dulu.
 
RINI
Rini juga.
 
RENA
Kalo gak ada si influencer itu, pasti rumah makannya sudah besar banget ya sekarang.
 
RONI
Gak boleh ngomong gitu. Belom tentulah jadi besar.
 
RENA
Emangnya bapak gak marah ya?
 
RONI
Sama si influencer itu? Awalnya marah, tetapi setelah dipikir-pikir, bapak marah juga gak ada gunanya. Dia tetep senang-senang gak mikirin bapak, sedangkan bapak hatinya malah panas dan gak bisa hidup tenang. Jadi buat apa juga bapak marah lama-lama.
 
RINI
Bapak coba dong sekali-sekali jadi orang jahat.

 

Mereka bertiga tertawa. Pelayan 1 datang membawa sebuah NAMPAN berisi 3 PIRING NASI YANG SUDAH DIBULATKAN, 1 GELAS TEH HANGAT dan 2 GELAS ES TEH MANIS. Dia menyajikan 3 piring nasi untuk Roni, Rini dan Rena. Lalu menyajikan segelas teh hangat untuk Roni, dan dua gelas es teh manis untuk Rini dan Rena.


PELAYAN 1
Rawonnya ditunggu ya.

 

Rena, Roni dan Rini mengangguk. Pelayan itu pergi.

 

RONI
Mereka sajiin nasi dan minumannya duluan ya. Beda sama kita dulu. Kalo kita dulu nasi dan rawonnya barengan, baru minumnya abis itu.
 
RENA
Emang bagusnya gimana pa?
 
RONI
Gimana aja juga bagus sih. Yang penting pelanggan senang.

 

Pelayan 1 kembali membawa nampan berisi 3 MANGKUK RAWON dan 3 PIRING SAMBAL 3 SEKAT berisi sambal, jeruk nipis dan toge-togean. Pelayan itu menyajikannya kepada masing-masing Roni, Rini dan Rena.

 

PELAYAN 1
Pesanannya sudah semua ya. Kalo ada apa-apa, bisa panggil saya, Amir.
 
RONI, RENA DAN RINI
Terima kasih, mas.

 

Pelayan 1 pergi.

 

RENA
Ayo dicicip, enakan siapa sama rawonnya bapak.
 
RONI
Rawonnya ibu, kan resepnya dari ibu.
 
RINI
Yang masak kan bapak.
 
RONI
Tetap aja rawonnya ibu.
 
RENA
Oke. Rawon ibu. Yuk. Bapak, makan ya.
 
RINI
Bapak, makan.
 
RONI
Iya.

 

Roni mencicipi kuah rawon itu. Dia tidak terlihat menikmati. Rini dan Rena belum makan. Mereka memperhatikan bapaknya.

Roni menyendok nasi, lalu mencampurnya dengan kuah rawon dan daging sapi, lalu memakannya. Dia tidak terlihat menikmati, malahan dia seperti terkejut.

 

RENA
Bapak kenapa? Gak enak?
 
RONI
(menggelengkan kepala)
Bukan.
 
RINI
Terus?
 
RONI
Rasanya enak, mirip sama resep ibu kalian.
 
RINI
Mirip banget?

 

Kini Roni terlihat sedih.

 

RONI
Iya, walaupun rasanya ada yang kurang. Bapak gak tau apa. Tapi bapak lumayan terharu. Semenjak ibu kalian gak ada, bapak gak pernah dimasakin rawon sama orang lain. Yang ada bapak masak rawon sendiri terus-terusan. Bapak jadi keinget dulu sering dimasakin rawon sama ibu kalian.
 
RENA
Maaf ya pak, kita udah coba kok, tapi ternyata rasanya ada yang kurang ya.
 
RINI
Iya, emang ya kalo yang namanya master susah ditiru.
 
RONI
(bingung)
Maksudnya?

 

Tirai merah terjatuh, kita tidak melihat apa yang ada dibalik tirai itu. Suara TIRAI TERJATUH membuat Roni menengok ke belakang. Dia melihat apa yang ditutupi tirai itu sedari tadi, lalu matanya berlinang, dan dia menangis.

Di dinding yang ditutupi oleh tirai itu, ternyata sebuah mural bergambar wajah Roni dan Rowena, yang terlihat bahagia sambil menatap satu sama lain, persis seperti foto yang Roni dan Rowena ambil di dapur di masa lalu. Di bawah wajah Roni dan Rowena, merupakan mural tipografi yang bertuliskan "Rawon Roni dan Rowena."

Semua orang di sana berdiri dan BERTEPUK TANGAN. Roni berdiri. Dia melihat ke orang-orang itu, satu per satu. Roni melihat seseorang menghampirinya, dia tampak mengenali orang itu. Dialah Aswan yang sudah menjadi pemuda. Usianya sekarang 30 tahun. Dia memakai atribut pelayan.

 

ASWAN
Bapak.
 
RONI
Aswan?

 

Aswan dan Roni berpelukan.

 

RONI
Kok kamu di sini?
 
RENA
Aswan manajer restoran di sini, pa.
 
RONI
Manajer restoran? Gimana maksudnya?

 

Pelayan 1 datang memberikan sebuah CELEMEK kepada Aswan, lalu berjalan pergi. Aswan memakaikan celemek itu kepada Roni. Celemek itu berlogo Rawon Roni dan Rowena. Roni terlihat bahagia dan terharu. Rena dan Rini mulai menangis bahagia melihat ayahnya.

 

RENA
Ini hadiah untuk bapak.
 
RINI
Bapak selalu berkorban demi cita-cita kami. Sekarang, biar kami yang wujudin cita-cita bapak dan ibu ya.
 
RONI
Kalian gak perlu ngelakuin ini semua.
(jeda)
Tapi ya bapak gak bisa tolak. Semua ini terlalu manis buat ditolak. Terima kasih, Rini, Rena.

 

Rini dan Rena bergegas menghampiri Roni. Mereka bertiga berpelukan. Semua orang BERTEPUK TANGAN. Aswan ikut bahagia dan bertepuk tangan melihat mereka berpelukan. Dalam pelukan itu, mereka bertiga larut di dalam tangis.

Lalu kita melihat Mural Roni dan Rowena, seakan mural tersebut merupakan lambang cinta abadi antara Roni dan Rowena.


SELESAI

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar