135. INT. LANTAI 2 RAWON ROWENA - NIGHT
Rini sedang mencari nama Rena di dalam daftar nama penerimaan beasiswa di Universitas Cinta Negeri menggunakan laptopnya Rena di meja makan. Rena di belakangnya sedang menutup mata. Roni di belakangnya sedang membantu mencari namanya.
RINI
Banyak banget ini namanya.
RONI
Bentar lagi sampai di huruf R.
Rini membaca dengan seksama.
RINI
Ada! Rena Dewanto! Ada Ren!
RONI
Iya, ada!
Rini dan Roni BERSORAK. Rena membuka matanya. Rini bangun dari tempat duduknya dan melompat-lompat. Rena duduk di tempat duduk Rini. Dia membaca namanya, lalu dia menjadi murung.
RENA
Bapak. Rini. Ini aku gak keterima.
Saat itu juga, semua kesenangan berhenti. Roni dan Rini mendekat ke layar laptop.
RONI
Tapi ini ada kok namanya.
RENA
Iya, tapi ini ada catatan di sampingnya. Artinya aku keterima kuliah di Universitas Cinta Negeri, tapi gak keterima beasiswanya.
RINI
Yah. Terus gimana dong?
RENA
Yaa.. Gak dapet potongan harga.
Mereka bertiga tampak kecewa. Rini berjalan menjauhi mereka bertiga.
RONI
Bukannya kamu bisa kerjain ujian dan wawancaranya?
RENA
Bisa sih, aku yakin. Tapi gak tau penilaian mereka gimana?
RINI
Apa mungkin gara-gara bapak?
Rena menengok ke belakang, ke Rini.
RENA
Kok jadi gara-gara bapak.
RINI
Masalah bapak sama si influencer itu lagi viral, kan? Dan orang-orang taunya bapak yang salah.
RENA
Ya enggaklah. Kok jadi nyambung ke sana sih?
RINI
Mereka pasti ngecek background lu lah. Sosmed lu juga pasti dicek. Kalo tau lu anaknya bapak, mana mau mereka kasih beasiswa.
RENA
Rin, uda ya! Jangan nuduh-nuduh sembarangan.
RONI
Enggak. Emang bener.
RENA
Enggak bener pa, Renanya aja yang kurang bisa ngerjain soal dan wawancaranya. Udah jangan dengerin si Rini, dia emang sok tau.
RONI
Rini bener. Bapak dulu di HRD juga ngecek background orang-orang yang mau bapak rekrut. Yang bermasalah bapak gak terima. Itu bener. Bapak minta maaf. Tapi bapak pasti biayain kuliah kamu.
Roni berdiri tegak, lalu berjalan ke kamarnya dan masuk ke sana.
RENA
Rin, lu gila ya?
RINI
Gila apanya, emang bener kok. Gara-gara bapak.
RENA
Yang salah bukan bapak, tapi si Dinda. Lu kira bapak punya pilihan selain minta maaf? Lu mau bapak dipenjara?
RINI
Ya bapak kan bisa lawan, apa kek, sewa pengacara kek.
RENA
Lu kira murah? Lu aja yang bayarin, bisa gak?
Rini terdiam.
RENA
Bapak udah usaha bikin kita bisa sekolah, jalan-jalan, beliin gue laptop, beliin lu motor. Kalo bapak tiba-tiba susah, jangan salahin dia dong.
RINI
Tau deh, gue cape mau tidur.
Rini pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Rena sendirian.
136. EXT. DEPAN RAWON ROWENA - DAY
Roni membuka rolling door Rawon Rowena. Dia lesu, tidak bersemangat seperti biasanya.
137. INT. RAWON ROWENA - DAY
Roni duduk termenung di meja kasir, terlihat frustasi. Meja-meja kosong, tidak terisi sama sekali.
138. INT. RAWON ROWENA - NIGHT
Meja-meja kosong, tidak terisi sama sekali, perlahan terlihat cahaya matahari di pintu warung rowena berubah menjadi gelap malam. Roni masih duduk di meja kasir. Dia sedih dan frustasi. Dia beranjak dari sana dan pergi. Di atas meja kasir ada sebuah BUKU NOTA yang masih tebal tanpa robekan sama sekali
139. EXT. DEPAN RAWON ROWENA - NIGHT
Roni keluar sambil melihat handphonenya dan berdiri di bawah neon box rawon rowena. Dia menelepon seseorang.
RONI
Halo, selamat malam. Saya Roni, pemilik Rawon Rowena.
(jeda)
Saya ingin undang Matthew untuk mereview rawon rowena.
(jeda)
Oh tidak bisa ya? Akan saya bayar.
(jeda)
Oh, tetap tidak bisa ya?
(jeda)
Baik, selamat malam. Terima kasih.
Roni menutup teleponnya. Dia memegangi dahinya, seperti orang yang sedang sangat sakit kepala.
140. INT. RAWON ROWENA - DAY
Jam menunjukkan pukul 12.04. Seluruh meja di rawon rowena kosong, tidak ada pengunjung sama sekali. Roni duduk di belakang meja kasir, dia menelepon seseorang dengan handphonenya.
RONI
Halo, Benny?
BENNY (VOICE OVER)
Halo pak Roni. Selamat siang! Apa kabar nih?
RONI
Baik-baik. Kamu apa kabar?
BENNY (VOICE OVER)
Baik juga pak.
RONI
Ben, bapak boleh minta tolong?
BENNY (VOICE OVER)
Minta tolong apa pak?
RONI
Di kantor ada lowongan Head of HR tidak ya?
BENNY (VOICE OVER)
Wah, untuk itu belum ada pak. Posisi bapak udah ada yang isi, Ibu Gita namanya, cerewet banget pak gak asik. Enakan bapak yang jadi head.
RONI
Ah, bisa aja kamu Ben. Kalo staff HR ada?
BENNY (VOICE OVER)
Staff HR? Bapak kan udah jadi head dulu masa mau jadi staff lagi? Lagian belum ada pak lowongan untuk HR.
RONI
Begitu ya.
BENNY (VOICE OVER)
Saya coba rekomendasiin bapak ke perusahaan teman-teman saya ya, barangkali ada lowongan pak.
RONI
Boleh Ben.
BENNY (VOICE OVER)
Dengan senang hati pak, saya rekomendasikan ya. Tetap semangat ya pak. Saya kenal bapak sudah lama, saya tau yang di medsos itu pasti bukan salah bapak.
RONI
Makasih udah percaya sama saya Ben.
141. INT. RAWON ROWENA - NIGHT
Roni sedang duduk di balik kasir sambil menopang dagunya. Rini sedang duduk di tangga. Rena sedang duduk di salah satu meja makan. Jam menunjukkan pukul 21.55.
RENA
Bapak, hari ini beneran cuma lima orang yang dateng?
RONI
Iya. Beneran.
RINI
Tutup aja pa? Jem segini mana mungkin lagi ada yang dateng.
RENA
Janganlah, belum jem sepuluh. Siapa tau ada lagi yang dateng.
RINI
Siapa yang mau dateng jem segini? Setan?
FAJAR
Permisi.
Mereka bertiga kaget, sedikit melompat dari tempat duduk masing-masing. Di depan pintu, Fajar, seorang kakek yang memakai topi, berjalan masuk ke dalam.
FAJAR
Masih buka?
Roni segera berjalan menghampiri Fajar.
RONI
Masih, Ki. Mau duduk di mana?
FAJAR
(menunjuk tempat duduk di sebelah kiri pintu)
Di sana saja.
Roni menarik kursi untuk Fajar duduk.
FAJAR
Terima kasih ya mas.
RONI
Sama-sama. Mau pesan berapa, Ki?
Fajar melepas topinya dan meletakkannya di meja makan.
FAJAR
Satu aja.
RONI
Minumnya?
FAJAR
Teh tawar hangat.
RONI
Baik, Ki. Ditunggu ya.
142. INT. RAWON ROWENA - DAPUR - NIGHT
Roni membuka tutup panci besar, di dalamnya kuah rawon masih penuh dan terlihat sudah dingin. Roni menyendok kuah beserta isinya ke dalam sebuah panci kecil. Roni menaruh panci tersebut ke atas tungku kompor yang lain dan menyalakannya.
143. INT. RAWON ROWENA - NIGHT
Sepiring nasi diletakkan di hadapan Fajar, kemudian semangkuk rawon, dan sebuah piring sambal berisi tauge, jeruk nipis dan sambal.
RONI
Silahkan dinikmati, Ki.
FAJAR
Terima kasih.
Roni berjalan ke belakang meja kasir. Di sana ada Rini dan Rena yang hanya berdiri saja sedari tadi. Roni bergabung dengan mereka. Fajar mencicipi rawonnya. Dia menikmatinya.
FAJAR
Rawon ini enak sekali. Persis seperti buatan mendiang ibu saya. Kamu ingat saya gak? Saya pernah makan di sini dulu.
RONI
Ingat Ki, dulu ya waktu baru awal-awal buka.
FAJAR
Betul. Kamu ke sini aja, duduk di depan saya, temenin saya makan.
RONI
Gapapa, Ki?
FAJAR
Gapapa, saya lagian keseringan makan sendirian sekarang. Enakan ditemenin.
Roni berjalan ke sana dan duduk di depan Fajar. Fajar terus melahap rawon itu.
FAJAR
Rawon kamu rasanya luar biasa. Saya suka sekali. Saya jadi keinget ibu saya dan kampung saya di Jawa Timur.
RONI
Wah, saya jadi tersanjung, Ki.
FAJAR
Apa jangan-jangan kamu orang Jawa Timur?
RONI
Bukan, Ki. Istri saya yang orang Jawa Timur.
FAJAR
Ohh. Pantesan. Pasti resepnya dari istri kamu ya?
RONI
Betul.
FAJAR
Di mana istri kamu sekarang?
RONI
Sudah meninggal, Ki.
FAJAR
Oh, maaf. Saya tidak tahu.
RONI
Tidak apa-apa, Ki.
Jeda.
FAJAR
Saya sebenernya pernah mau makan di sini lagi, tapi ramenya gak tahan. Sekarang tumben lagi sepi.
RONI
Iya, belakangan memang lagi sepi.
FAJAR
Apa jangan-jangan udah mau bangkrut?
Roni hanya menjawabnya dengan nyengir.
FAJAR
Wah, masa rawon enak begini bisa bangkrut. Gila kali orang-orang kalo gak ke sini.
RONI
Ya begitulah kehidupan ini, Ki. Yang kita bangun susah-susah bisa runtuh dalam sekejap.
FAJAR
Betul kata kamu. Tapi nasihat saya, kamu jangan menyerah. Karena ketika kamu menyerah maka semuanya berakhir sampai di situ.
RONI
Iya, saya setuju, Ki.
FAJAR
Saya ngerti betul yang kamu alamin, karena saya juga pengusaha.
Rena yang menunduk menegakkan kepalanya. Rini juga.
RONI
Serius, Ki?
FAJAR
Serius. Banyak yang gak nyangka kalo saya pengusaha, padahal usaha saya besar, cabang di mana-mana, pembeli saya di mana-mana. Saya juga banyak invest ke resto-resto dan rumah makan kecil, saya bantu kembangkan sampai besar.
Mendengar itu, mata Rena seperti bercahaya, ada harapan baru, dia tersenyum. Begitu juga dengan Rini. Roni membuka matanya lebar-lebar, dia menjadi bersemangat dan berharap dengan sangat.
FAJAR
Tapi itu dulu.. Sekarang saya udah bangkrut.
Fajar tertawa-tawa. Sinar di mata Roni redup, dia langsung lesu, harapannya hilang. Begitu juga Rini, dan juga Rena.
FAJAR
Makanya, kamu jangan sampe bangkrut. Gak enak. Saya nih yang udah pernah ngerasain. Jangan sampai kayak saya, ya!
144. INT. RUANG INTERVIEW KERJA - DAY
Roni sedang duduk di ruang interview. Di hadapannya, seorang manager HRD, DANU (38) menginterviewnya. Di hadapan Danu, sebuah laptop. Dari ruang interviewnya, dapat diketahui bahwa perusahaan ini bukan perusahaan yang besar.
DANU
Apabila bapak bergabung dengan perusahaan kami, bapak akan mengisi posisi senior. Karena posisi headnya untuk saat ini adalah saya. Bagaimana, pak?
RONI
Tidak apa-apa, Pak.
DANU
Kalau boleh tahu kenapa bapak bersedia untuk turun jabatan? Karena biasanya kalau seseorang sudah jadi head tidak mau turun ke posisi manager, atau bahkan senior.
RONI
Saya bisa berkontribusi terlepas dari apa jabatannya.
Danu menganggukkan kepalanya. Danu mengetik jawaban Roni di laptop.
DANU
Kapan bapak bisa mulai bekerja?
145. INT. LANTAI 2 RAWON ROWENA - NIGHT
Rena, Roni dan Rini berdiri di ruang tamu. Posisi mereka terpisah-pisah.
RINI
Bapak gak bisa tutup rumah makan kita. Bapak kan udah kerja keras, masa maen ditutup gitu aja?
RENA
Iya, pasti ada jalan lain pa.
RONI
Bapak udah coba segala cara, dan bapak rasa rumah makan kita gak akan bisa bangkit lagi. Sudah jatuh terlalu jauh. Bapak gak bisa bayar sewa untuk tahun depan. Bentar lagi Rena juga masuk kuliah. Rini tinggal setahun lagi sekolah, terus masuk kuliah juga.
RINI
Rini gapapa gak kuliah, Rini cari kerja buat bantu bapak juga gapapa.
RENA
Iya, Rena juga. Rena gapapa gak kuliah. Asalkan bapak jangan tutup rumah makannya.
RINI
Bapak udah rencanain ini sejak lama, jangan menyerah dong.
RONI
Kalian jangan bekerja, biar bapak yang kerja. Bapak akan biayain kalian. Kalian kejar cita-cita kalian, harus tercapai. Oke?
Rini dan Rena mulai menangis.
RINI
Kenapa bapak selalu mikirin cita-cita Rini, cita-cita Rena, cita-cita Ibu, gak pernah mikirin cita-cita bapak sendiri.
RONI
Bapak mikirin kok. Cita-cita bapak ya kalian. Melihat kalian tumbuh dewasa, berhasil capai apa yang kalian ingin, itu udah lebih dari cukup buat bapak. Bapak gak minta lebih.
RENA
(menangis)
Ini gak adil. Bapak gak salah apa-apa.
RONI
Memang hidup gak selalu adil. Bapak udah gagal mempertahankan cita-cita ibu, tapi bapak gak mau gagal membantu kalian mewujudkan cita-cita kalian.
Rini dan Rena menghampiri Roni, lalu memeluknya. Mereka berdua menangis.
RONI
Udah, jangan nangis. Ini bukan akhir dari segalanya. Semua akan baik-baik saja.
146. INT. RAWON ROWENA - DAPUR - DAY
Segalanya terlihat rapih. Tidak ada apapun di atas kompor. Panci besar yang biasa digunakan untuk memasak rawon kini diletakkan di atas lantai begitu saja, kosong. Mangkok-mangkok dan piring-piring tersusun rapih di atas kardus.
147. INT. RAWON ROWENA - DAY
DUA ORANG PEKERJA mengangkut keluar masing-masing sebuah meja makan. Meja makan dan kursi di ruangan itu sudah tinggal sedikit.
148. EXT. DEPAN RAWON ROWENA - DAY
Mobil box berisi meja-meja dan kursi-kursi rawon rowena. Dua orang pekerja itu memasukkan sebuah meja lagi ke dalamnya.
Di atas tangga, SEORANG PEKERJA mencopot neon box rawon rowena dari tiangnya.
Pekerja yang sama, dengan menaikki tangga, melepas banner rawon rowena yang dipasang di atas pintu.
149. INT. RAWON ROWENA - DAY
Ruangan itu sudah kosong. Roni sedang berdiri di hadapan mural Rowena. Dia sedang memegang sebuah ROLL CAT dengan gagang yang panjang. Roni menatap mural itu dalam-dalam. Dari tatap matanya, kita tahu bahwa dia sedang mengingat masa dulu bersama istrinya.
150. INT. DAPUR ROWENA - DAY
FLASHBACK
Di dalam sebuah panci berukuran sedang terisi kuah rawon yang mendidih.
Roni (25) memasukkan potongan-potongan kecil daging sapi dari sebuah baskom ke dalamnya. Rowena (25) sedang berdiri di sebelahnya, memperhatikannya. Mereka berada di sebuah dapur rumahan sederhana.
ROWENA
Nah, pelan-pelan, entar kuahnya bisa nyiprat, panas loh bisa melepuh.
RONI
Kalo melepuh kan kamu rawat.
ROWENA
Kalo sengaja ya enggak!
Roni menaruh baskom ke dalam wastafel, lalu kembali melihat ke dalam panci.
RONI
Terus abis ini gimana?
ROWENA
Udah selesai, tinggal tutup terus tunggu sekitar 5 menit.
Roni menutup panci itu.
ROWENA
Gimana? Gampang kan?
RONI
Gampang kalo berdua, kalo sendiri susah.
ROWENA
Kamu harus bisa masak ini ya! Ini makanan kesukaan aku.
RONI
Kok kamu suka banget sih sama rawon?
ROWENA
Emangnya kamu gak suka?
RONI
Sebenernya biasa aja. Enak sih. Tapi ya gak makan tiap hari juga kayak kamu.
ROWENA
Aku juga gak tiap hari kok.
RONI
Tapi kan sering.
ROWENA
Iya sih. Aku suka banget sama rawon, mungkin karena ibuku sering banget masakin aku rawon dari aku kecil. Sangking sukanya, aku dari kecil pengen banget punya rumah makan rawon. Sampe sekarang belom kesampean.
Roni menatap Rowena dalam-dalam, kita bisa tahu kalau laki-laki ini benar-benar mencintai istrinya.
RONI
Nanti kita bikin sama-sama ya.
ROWENA
(senang sekali)
Serius?
RONI
Serius dong, aku modalin.
ROWENA
Janji?
RONI
Janji.
Rowena melompat kegirangan lalu memeluk Roni erat-erat hingga dia susah bernapas.
ROWENA
Makasih sayang!
RONI
Iya.. Iya.. Sama-sama..
Rowena melepas pelukannya, dia berlari ke ruang tamu dan tidak terlihat lagi.
ROWENA
Tunggu sini ya.
Roni berdiri menunggu Rowena. Rowena kembali dengan membawa KAMERA POCKET dan tripod. Dia memasang kamera itu di atas tripod.
RONI
Loh kok tiba-tiba mau foto?
ROWENA
(sambil memasang kamera dan tripod)
Karena hari ini hari bersejarah. Hari ini pertama kalinya aku ajarin kamu masak rawon dan juga hari di mana kamu janji mau bikin rumah makan rawon sama aku.
Rowena berlari dan berdiri di samping Roni.
ROWENA
Ayo cepet bergaya! Timernya cuma 5 detik.
Mereka siap-siap pose berfoto dengan senyum bahagia, awalnya mereka menatap ke kamera, tetapi tiba-tiba mereka menatap satu sama lain dan saling tersenyum bahagia.
Roni dan Rowena, lalu SHUTTER KAMERA BERBUNYI, FLASH MENYALA.
END FLASHBACK
151. INT. RAWON ROWENA - DAY
Mural bergambar wajah Rowena di dinding.
Roni menatap mural itu dalam-dalam, seakan tidak tega mengecatnya. Roni mengangkat roll cat itu. Kuas rollnya mengenai bagian atas mural. Roni mulai menggerakan roll cat itu. Dia mengecatnya satu baris ke bawah. Kemudian mengecatnya satu baris lagi ke bawah.
Kuas cat itu menempel lagi di dinding, tetapi tidak bergerak. Mural itu sudah seperempat dicat putih. Roni menjatuhkan roller cat itu. Lututnya mengenai lantai. Kedua telapak tangannya terjatuh di lantai. Air matanya menetes jatuh ke lantai. Wajahnya menghadap ke lantai.
RONI
Maaf. Maaf Rowena.
Untuk beberapa saat, dia seperti itu, di hadapan mural istrinya.