Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Qorun's Family
Suka
Favorit
Bagikan
6. Pasien Covid-19

EXT. AREA SAWAH - TEPI PEMATANG SAWAH - MALAM

Ayah, Ibu, Onal dan Qorun tiarap di petak di pematang sawah tak jauh dari tepi jalan. Tandu Pak Julid ada di dekat mereka.

ONAL

Lama banget sih mobilnya datang.

IBU

Ayahmu sampe ketiduran, tuh.

Onal melirik Ayahnya. Ia melihat Qorun juga mulai ngantuk.

ONAL

Qorun jangan tidur, ya.

Qorun mengangguk.

Terdengar suara mendengkur yang naik mengudara.

Ibu dan Onal melirik, Mengernyitkan dahi. Suara dengkur datang dari arah tandu.

Terdengar suara mobil dari kejauhan. Ibu dan Onal melayangkan pandangan ke arah jalanan.

CUT TO

EXT. (-+) 300 METER SEBELUM POS PENJAGAAN COVID-19/ PERBATASAN DESA SUKAMAKMUR - JALANAN - MALAM

Eva berdiri di pinggir jalan sambil teleponan. Cahaya mobil memendar datang mendekat. Mobil Pick-Up.

EVA

(melihat mobil Pick-Up)

Iya, Aditku sayang. Ini aku doang nih yang di pinggir jalan. Tinggal kamu ”Pick-up” aja.

ADIT (o.s)

”Pick-Up”? Wah, tau aja itu genre felem favorit aku.

Mobil Pick-Up itu menepi di dekat Eva. Pintunya dibuka.

ADIT

(tersenyum)

Ayo masuk, Beb.

EVA

Dit, di tengah sawah, aja ya kita.

Adit terpana. Terbata-bata.

ADIT

Wow! Oh...ok. Kirain di mobil. (beat) Tapi kok nyuruh bawa mobil segala?

EVA

Ga usah dibahas. Buruan turun.

ADIT

Oh...ok. Bentar. (beat) aku pake handsanitizer dulu. (beat) Kamu juga pake, ya, Va. Biar kita safety.

EVA

Buruan, Dit.

Adit turun sambil membasuh tangannya dengan cara kimia itu. Sambil bacot.

ADIT

Udah gak sabar, ya. Dulu pas kita pacaran, kamu diajak di hotel malah nolak. Giliran putus malah ngajak. Di_

Sebuah batu melayang dan hampir mengenai Adit. Meleset. Kena kaca jendela mobil. Prakkk. Pecah!

Adit dan Eva terkejut.

Adit menatap Eva, curiga, takut waspada. Eva melirik batu yang tergeletak di atas apa itu ternyata Bongkahan emas. Adit mau komentar.

Sebuah bongkahan emas melayang lagi.

Kali ini kena kepala Adit.

Bukkkkk!

Pemuda itu tumbang ke aspal. Pingsan.

Ibu, Onal yang menggendong Qorun, dan Ayah yang sedang menghapus kantuknya, muncul naik dari pematang sawah, naik ke atas jalan aspal.

EVA

(Protes)

Mah!

IBU

Mantan kamu banyakan bacot.

EVA

Tapi kan gak gini rencananya! Adit aku ajak ke tengah sawah dulu, trus...

IBU

Ah, kelamaan. (beat) Dan sebenarnya kurang masuk akal ide-ide kalian semua dari tadi. Heran, ya. Pokoknya mulai_

ONAL

(memotong)

Mah!

Kemudian.

Qorun memperhatikan anggota keluarganya sambil menguap.

---Ayah, Ibu, Onal dan Eva goton-royong mengangkat Adit, diletakan di atas bak mobil. Lalu langsung berlari ke arah sawah. Lalu tampak gotong-royong mengangkat Pak Julid di tandu pasungannya.

Terdengar sirene ambulans.

Keluarga Qorun tercekat, menoleh. Lalu saling tatap.

Keluarga Qorun pun bergerak lebih cepat lagi.

Ayah dan ibu menopang dari bawah. Sementara Onal dan Eva menyambut di atas bak.

Onal dan Eva menutupi Pak Tulus dan Adit dengan terpal. Ayah dan Ibu lari berlindung ke badan mobil.

Onal dan Eva masuk ke dalam terpal, berbaring-tiarap-sembunyi.

Ayah dan Ibu mengajak Qorun ikut berlindung. Namun Qorun diam saja.

Mobil ambulans lewat. Cahaya sirene yang sekelebat lewat menerpa wajah Qorun yang tampak tidur. Qorun tidur berdiri?

CUT TO

INT. CAR - MOVING - JALANAN - GERBANG MASUK DESA SUKAMAKMUR - MALAM

Qorun tampak duduk tidur di antara Ayah yang sedang menyetir dan ibu yang membelai dahinya. Raut wajah Ayah dan Ibu berubah tegang.

P.O.V dari dalam mobil. Kita melihat di depan ada mobil ambulans tampak dicegat oleh warga pos penjagaan Covid-19 plus warga desa lainnya yang ikut gabung. Ayah memelankan mobil hingga berhenti. Pak Tulus tampak menoleh dan melayangkan pandang dari arah kerumunan. Ia memberi isyarat menyuruh mundur ke arah kita.

Ayah melongok keluar dari jendela kaca yang pecah. (Yang telah ditambah luas pecahannya itu)

PAK

Pak Tulus. Ini saya, Pak.

Pak Tulus tampak berlari kecil menghampiri Ayah.

PAK TULUS

Pak Qorun? Baru pulang? Mobil siapa, nih?

Ia mengamati kaca jendela yang rusak. Heran. Curiga. Tapi tak ingin terlihat punya heran dan curiga.

AYAH

Ini ada apa Pak Tulus?

PAK TULUS

(tersentak dari fikirannya)

Oh. Warga nolak jenazah Pak Syamsul dibawa masuk ke desa....

IBU

Tapi kami bisa masuk kan ya Pak?

Pak Tulus mencoba tersenyum santun. Ia lalu melirik ke Qorun yang sedang tidur dipangkuan sang ibu.

CUT TO

EXT. GERBANG MASUK DESA SUKAMAKMUR - MALAM

Mobil pick-up mulai berjalan ke depan seiring mobil ambulans mundur ke belakang.

Eva duduk menyender di kepala mobil bak itu. Onal duduk di buntut mobil bak itu. Mereka duduk menjaga terpal tersingkap.

Portal dibuka. Mobil pick-up menelusup di antara kerumunan yang memberi jalan.

Onal dan Eva mencoba tersenyum kepada warga yang menatap heran mereka.

Pak Tulus mencermati plat nomor belakang mobil pick-up itu. Ia berkernyit.

CUT TO

INT. DAPUR - MEJA MAKAN - MALAM

Ibu menguap berat. Ia tampak menahan kantuk.

IBU

Heh, bangun kalian? Diskusi kita belum selesai.

Onal dan Eva tampak tertidur di atas meja makan.

Ayah datang duduk di kursi kosong itu. Untuk sesaat Ayah dan Ibu diam tanpa suara. Hanya bergantian menguap.

IBU

(bicara tanpa menatap, mengawang ke depan)

Apa yang udah kita bikin, Mas...gak usah dipikirin. Apa yang nanti harus kita bikin, itu yang harus dipikirin. Pokoknya...malam ini juga harus....

Terdengar suara dengkur. Ibu menoleh. Ayah ikut tertidur di meja bersama putra-putrinya.

Ibu merenggut kesal. Ia pun membenamkan wajah kantuknya ke atas meja.

CUT TO BLACK

INT. GUDANG - PAGI

P.O.V mata yang terbuka perlahan. Kita melihat Eva tersenyum ke arah kita.

Adit yang diikat di salah satu tiang di dalam gudang dan mulutnya disumbat itu tampak membuka mata perlahan. Sebetik kemudian. Meronta. Ingin dilepaskan.

EVA

Maaf, ya, Dit. Cuman sampe besok pagi kamu di sini, kok. Besok pagi, kamu dan mobil bak kamu bisa pulang. Eva janji.

Adit menatap Eva lekat-lekat. Eva mencoba tersenyum.

Adit memutar bola matanya. Dengan sudut matanya ia melihat seorang hansip sedang diikat di tiang yang lain, dimana dudut pandang Adit tepat pada bagian tangan Pak Tulus yang terikat.

Kini dia mengerti apa yang sedang terjadi. Adit tampak berfikir. Taktik.

Adit meronta-ronta. Dengan matanya dia berisyarat agar sumpelan mulutnya dibuka.

EVA

Hah? Dibuka? jangan, jangan...nanti kamu teriak lagi!

Adit menggeleng. Memohon.

Eva menimbang.

Eva membuka sumpelan mulut Adit. Perlahan. Dan Adit memang tak teriak. Adit mengatur nafas.

ADIT

(pelan)

Va, ikatan tanganku longgarin dikit, ya. Pergelangan tanganku sakit.

Eva menatap Adit.

IBU (o.s)

Eva!

Ibu muncul di ambang pintu.

CUT TO

EXT. DEPAN RUMAH - PAGI

Eva menempelkan punggung tangannya ke dahi Qorun yang tampak pucat dalam gendongan Ayah. Qorun batuk-batuk lalu pilek berulang kali. Eva mundur sambil menoleh ke Onal yang baru memasang maskernya.

ONAL

Masuk angin. Tenang.

AYAH

(sambil memperbaiki letak maskernya)

Masker!

Eva segera memakai masker. Pintu dibuka. Eva menoleh. Ibu muncul menghampiri. Ia tampak memegang sebuah kalung emas dan dua buah cincin emas.

EVA

Digadein apa dijual, Mah?

Ibu terus berjalan buru-buru dan diikuti oleh Ayah yang menggendong Qorun.

IBU

Kalian jaga rumah, jangan tidur lagi. (berhenti dan berbalik) Beras yang ibu utang di warung tadi udah jadi bubur, jangan lupa kalian kasih makan orang-orang itu.

Perut Onal keroncongan. Onal dan Eva saling pandang.

ONAL

(sambil menutup kepalanya dengan tudung hoodie)

Lu laper juga, kan? Gue cari makan yang bergizi dulu, ya.

Eva memandangi Onal yang berlari menyusul di belakang mobil pick-up yang mulai jalan disupiri Ayah itu. Onal melompat-memanjat ke atas bak truk.

CUT TO

INT. DAPUR - PAGI

Eva tampak menyendok bubur dari panci disalin ke piring.

Onal muncul membawa dua bungkus nasi.

ONAL

Nasi padang. Masih anget. Mau gak?

EVA

(menoleh)

Wih. Punya duit lu, Kak.

ONAL

Hape gue gue tuker duit di ibukota. 1 juta buat bayar utang. 300 ribu buat ongkos pulang kampung. Nah, sisanya ini, 30 ribu buat nasi padang.

Eva meletakan dua piring berisi bubur di atas meja.

EVA

(duduk)

Kita yang makan dulu. Atau mereka yang kita kasih makan dulu? (beat) kita yang makan dulu.

ONAL

(menatap bubur)

Bisa mati lemes tu orang-orang kalo makan makanan ginian doang. (beat) kita nunggu ibu bawa makanan aja, ya...Nasi padangnya kita kasih ke mereka dulu. Kasian.

EVA

Lha? Semalam pengen dibunuh. Sekarang dikasihanin.

ONAL

(tertawa kecil)

Ya, namanya manusia, Va. lagi kepepet bisa mikir ape aje. Eh, btw, kamu gak kasian ama mantan kamu itu?

Onal tertawa. Eva malu-malu.

ONAL (cont'd)

Ciee...lama-lama Clbk, nih.

EVA

Yee.

INT. GUDANG - PAGI

Eva hendak menyuapi Adit dengan nasi padang. Tapi Adit enggan membuka mulut.

EVA

Dit, makan dong. Nanti kamu sakit, lho.

ADIT

Biarin.

EVA

Ntar kalo kamu sakit, nambah lho pasien korona di desa kamu.

Adit tetap kukuh menolak.

ONAL

(to Adit)

Heh! Lu kalo pengen mati kelaparan, ya! (beat) atau lagi diet!

Pak Julid yang sedang mengunyah makanan itu: KENTUT.

Bau!

Onal langsung menjauh. Eva tertawa terbahak-bahak.

EVA

(sambil menutup hidung)

Rasain....

Dan...Onal mendengar sayup-sayup suara seseorang memanggil.

Ia mengangkat tangan menyetop tawa Eva. Eva diam ikut mendengarkan.

Suara tamu tak diundang itu semakin jelas memanggil yang punya rumah.

Onal langsung memasang kembali penyumbat mulut Pak Julid seiring Eva melakukan hal yang sama terhadap Adit.

ONAL

Aku aja yang ke depan. Kamu jaga-jaga di sini.

Eva mengangguk.

EVA

Ati-ati, bang. Jangan-jangan polisi...

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar